
Hidup itu penuh dengan pilihan. Ketika itu pula kita dihadapkan sebuah pertanyaan, “ketika harus memilih?” ketika itu pula kita harus mengambil tindakan bijak untuk memutuskan dan menentukan sebuah pilihan itu. Pilihan itu juga yang akan menentukan dan mengawal hidup kita menuju masa depan kelak. Pilihan untuk belajar yang giat guna meraih prestasi setinggi mungkin, memilih sahabat, teman, tempat tinggal, kos-kosan (terutama saat menjadi anak perantauan), bahkan sampai menentukan pilihan hidup (pasangan hidup) untuk menuju bahtera kehidupan kelak kalau sesudah lulus kuliah. Itulah yang saya rasakan saat pertama kali masuk dan menjadi seorang mahasiswa di kampus Universitas Jenderal Soedirman ini. Sejak pertama kali mendaftar hingga registrasi ulang, saya sendirian tanpa ditemani sahabat-sahabatku yang satu SMA denganku dulu, karena sebagian besar mereka melanjutkan kuliah di daerah Semarang dan Jakarta. Tapi tak menjadi masalah bagi saya tanpa mereka, saya pasti akan menemukan teman-teman baru dan motivasi yang baru lagi. Saat masih semester 1, dibalik kesendirianku di sebuah kamar kos-kosan di gang gunung Cermai nomor 23 Karangwangkal, saya menulis sepatah dua patah kata guna mengobati rasa kerinduanku pada sahabat-sahabatku sewaktu saya masih di Pemalang yang ku tuliskan dalam blog pribadiku:
Sahabat.....
tak terasa derasnya waktu
mengalir begitu derasnya
arus demi arus tlah berlalu
gelombang demi gelombang tlah melayang
rasanya, baru kemarin kita bersama
bermain, bersenda gurau, bertatap,
dan bertawa ria disana
alangkah indahnya kebersamaan dulu
hingga aku tak sanggup menulisnya lagi
kebahagiaan bersamamu
Sahabat.....
meski kita tak bersama lagi
tapi, engkau tetap sahabatku
dimanapun, kapanpun, dan sampai kapan pun waktunya nanti
pasti kita akan bertemu lagi
Sahabat.....
ingin rasanya aku kembali lagi
tapi, sekarang apa daya tak sampai
kalau gaya pun enggan membantu
sekarang jalanku penuh dengan liku
terjang, menurun, mendaki dan menyelami
itulah arusnya kehidupanku kini
betapapun besarnya gelombang,
aral melintang, godaan menantang, hambatan menghadang
tapi aku tetap hadapi semuanya itu
Sahabat....
aku cuma ingin berpesan
jadilah engkau orang yang berguna
dimanapun engkau berada, dan
ingat terus tujuan hidup kita ini untuk apa
jangan mau terjajah zaman dan
tertipu rayuannya
semoga engkau akan ingat selalu
kebersamaan yang tlah kita jalin dulu
see you sobat....
Meski raga ini tak bertatap dan bersama lagi dengan sahabat-sahabatku itu, tapi bukanlah masalah yang berarti. Komunikasi diantara kita tetap terjalin baik lewat telepon, sms, maupun lewat jejaring sosial facebook. Masa-masa semester 1 merupakan fase Lag (fase beradaptasi) dengan lingkunganku yang baru, teman baru, dan lagi-lagi harus berhadapan dengan berbagai pilihan ikut berorganisasi di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) baik UKM di tingkat Fakultas, Universitas bahkan sampai tingkat wilayah Jateng-DIY. Disitulah saya menemukan teman-teman baru, relasi dan informasi-informasi terbaru. Memasuki semester 2 sampai semester 4 merupakan fase Log (fase dimana saya aktif di berbagai organisasi atau UKM tersebut, selain aktivitas kuliah dan praktikum). Saat semester 4 pula, saya menemukan wadah baru selain UKM, yaitu menjadi asisten mikrobiologi. Tidak mudah menjadi asisten Mikrobiologi, karena banyak kriteria yang harus dipenuhi saat open recruitmen seperti IPK minimal 3, mampu bekerja sama dalam tim, loyal, harus lolos seleksi micro teaching, skill, pengetahuan umum, sampai tahap wawancara. Alkhamdulillah saya lolos dan diterima menjadi asisten mikrobiologi saat semester 4. Disinilah saya menemukan sahabat-sahabat hebat, luar biasa, tak kenal lelah dan berbeda dari mahasiswa pada umumnya. Asisten Praktikum Mikrobiologi merupakan asisten yang paling terkenal di Fakultas Biologi, terkenal disiplin, tegas, kompak, dan selalu bersama-sama. Itulah perasaan saya saat pertama kali menjadi asisten mikrobiologi, selain harus membagi waktu untuk kuliah, berorganisasi di UKM, kini ditambah lagi menjadi seorang asisten yang super padat aktivitasnya. Manajemen waktu, manajemen diri dan manajemen hati itu kuncinya. Selain itu, asisten mikro juga merupakan kumpulan mahasiswa pilihan di kampus biru ini, karena waktu itu juara Mapres (Mahasiswa Berprestasi), peraih IPK tinggi dan beberapa ketua UKM Fakultas Biologi ada disini juga. Sungguh luar biasa dan lengkap sudah sahabat-sahabatku ini. Sahabat yang luar biasa hebat dan kompaknya dalam kerja sama tim. Sahabat “Mikroholic” begitulah sebutan bagi para asisten mikrobiologi Fakultas Biologi Unsoed.
Beragam warna satu keluarga, beragam itu ternyata lebih indah daripada seragam, dan wir sind immer zussamen (kita selalu bersama), bersama keluarga besar mikroholic dalam suka duka, tertawa merana, hingga bahagia bersama. Itulah yang saya rasakan hingga sekarang sejak menjadi asisten mikrobiologi. Meskipun kita berasal dari angkatan yang berbeda (angkatan 2006, 2007, dan 2008), latar belakang dan asal daerah yang berbeda-beda, watak serta karakter yang berbeda-beda pula, tapi hal itulah yang menjadikan kita menjadi lebih indah, sakinah, mawadah, warokhmah seperti halnya sebuah keluarga. Padahal waktu efektif kita untuk ngasistenin saat praktikum hanya sekitar 2 jam saja dalam setiap rombongannya. Akan tetapi waktu di balik itu jauh lebih banyak kita berinteraksi, mulai dari persiapan alat, media, persamaan konsep, hingga evaluasi cukup banyak menyita waktu. Praktikum minggu depan, kita satu minggu sebelumnya sudah persiapan. Memang praktikum mikrobiologi merupakan praktikum yang banyak dengan persiapan ekstra, dan kesibukannya mengalahkan praktikum-praktikum yang lainnya.
Berangkat jam 6 pagi (06.00 WIB) dan pulang lebih dari jam 10 malam (22.00 WIB) itu sudah merupakan rutinitas yang saya lalui bersama sahabat mikroholic. Senin sampai Minggu dan kembali ke Senin lagi, seperti tiada hari liburnya. Aktivitasnya mengalahkan kesibukan sang dosen maupun mahasiswa pada umumnya. Disiplin dan tegas sangat kita junjung bersama. Rapat persamaan konsep untuk membahas praktikum pekan depan selalu dimulai jam 6 pagi dan jika ada asisten yang telat selalu akan mendapat sanksi/denda setiap kelipatan menitnya. Padahal kita juga terkadang pulang sampai larut malam, dan pengamatan praktikum berlangsung jam 6 pagi juga, sehingga asisten juga harus datang lebih awal lagi. Kedisiplinan ini juga berlaku dan diterapkan bagi praktikan juga, bila ada praktikan ada yang datang telat tidak diperkenankan masuk, tentunya sesuai dengan kontrak pada waktu asistensi sebelumnya. Selain pagi jam 6, pengamatan juga dilakukan malam jam 7 dan jam 8 malam. Sehingga kita pun sering makan malam di laboratorium. Ada yang masak nasi, beli lauk pauk dan setelah itu dimakan bersama-sama di ruang asisten laboratorium mikrobiologi. Terkadang juga kita beli makan di luar kampus, yang di PJ-kan ke tiap asistennya, jadi ada giliran untuk membeli makan secara kolektif. Sungguh terasa nikmatnya kebersamaan ini, layaknya seperti sebuah keluarga yang begitu solid. Padahal kita berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, tapi kebersamaan kita selalu terjaga.
Suasana kebersamaan juga terasa saat persiapan membuat media dan kebutuhan lainnya, meskipun tiap acara sudah di-PJ-kan (Penanggung Jawab) masing-masing, tapi bukan seutuhnya mutlak dilakukan oleh PJ tersebut, semua asisten juga ikut membantu dalam persiapan tersebut. Membuat sumbat, membungkus pipet ukur, sterilisasi, hingga penuangan media dilakukan secara seksama dan saling bahu membahu. Ditengah-tengah perkuliahan dan tentunya dengan jadwal yang berbeda-beda juga, kita saling bergantian posisi menggantikan untuk meneruskan persiapan lagi di laboratorium. Saling memahami dan menghargai satu sama lain, tiada senioritas, yang ada adalah transfer ilmu dan transfer informasi dari angkatan yang sudah dahulu menjadi asisten menjadi bumbu yang lezat dalam persahabatan sesama mikroholic tercinta ini.
Suasana hangat dan kekeluargaan juga terasa menyatu saat ada diantara sahabat mikroholic ada yang mengadakan syukuran baik syukuran lulus dari Fakultas Biologi, syukuran saat ada yang ulang tahun atau saat syukuran ada yang mendapatkan suatu prestasi tertentu. Warung Makan Tantene, Sawoeng Mas, Tanjlig Kencana, SBC, RM Alfat, RM ABG dan beberapa tempat makan lainnya selalu menjadi tempat untuk syukuran acara tersebut. Kemeriahan dan keceriaan begitu terasa nikmatnya, baik bagi yang punya acara maupun bagi sahabat-sahabat mikroholic yang diundang dalam acara tersebut. Sebagai bentuk wujud syukur, mereka semua ditraktir oleh yang bersangkutan untuk makan di tempat tersebut. Berangkat bersama dan pulang pun bersama dengan naik roda dua (sepeda motor) secara berderet di sepanjang jalan. Begitu juga saat acara refreshing di akhir setelah semua acara praktikum berakhir kita mengadakan tour and trip ke tempat-tempat tertentu seperti ke Baturaden, Goa Jatijajar Kebumen, dan tempat lainnya sebagai refreshing. Disini kita semua menghelakan nafas dan menghirup udara segar setelah sekian lama kurang lebih 2 bulan bekerja di laboratorium dalam praktikum.
Meski beberapa asisten mikro sudah ada yang lulus, akan tetapi komunikasi dan tali silaturahim diantara kita masih terjalin erat. Alkhamdulillah para pendahulu asisten kita sudah bekerja di tempat-tempat penting, baik di perusahaan tertentu, LIPI, BPPT, maupun melanjutkan studi S2 di perguruan tinggi lain. Disinilah keuntungan lain yang didapatkan dari sahabat mikroholic. Terutama saat saya dan teman-teman mikroholic mau PKL (Praktek Kerja Lapangan) kita jadi mudah untuk mencari tempat PKL. Alkhamdulillah, berkat bantuan mas Sugiono (alumni angkatan 2005 dan dulu asisten mikro juga) kita bisa PKL di LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) di Cibinong, Bogor. Padahal biasanya susah untuk urusan PKL ke tempat tersebut, akan tetapi karena mas Sugi sudah menjadi peneliti muda disitu kita pun mudah dan dibantu oleh beliau untuk PKL di tempat tersebut. Saya, Anis, Afifah, Isti, Rosi dan Natalin berangkat bersama ke LIPI Cibinong untuk PKL disana selama 1 bulan (Januari-Februari 2011). Kita mendapat pelajaran dan ilmu baru disana yang nantinya bisa diaplikasikan dan diterapkan saat sudah kembali lagi di kampus. Dari tempat kos-kosan di belakang komplek LIPI, kita berenam berangkat bersama menuju LIPI, pulang juga bersama, makan siang bersama, bahkan belanja bersama dan ketika liburan (sabtu-minggu) kita juga refreshing sejenak ke Botanical Square Bogor dan nonton film perdana “Rindu Purnama” di bioskop yang ada di tempat tersebut. Ini merupakan pertama kalinya saya masuk dan nonton ke bioskop. Saat bekerja di laboratorium LIPI pun kami selalu bersama saat makan siang, makan malam, hingga pulang kembali tempat ke kos-kosan. Banyak kenangan dan ilmu yang saya dapatkan disini, hingga sampai 1 bulan berakhir, akhirnya kita pun kembali ke kampus tercinta dan tentunya kembali lagi ke rutinitas menjadi asisten mikrobiologi.
Semester berganti semester kembali berlanjut lagi aktivitas di laboratorium sebagai asisten mikrobiologi. Karena selain mengasisteni praktikum dari dalam Fakultas Biologi seperti mata kuliah Mikrobiologi Dasar, Mikrobiologi Industri, Mikrobiologi Lingkungan, Bakteriologi dan Virologi, kita juga tim asisten juga mengasisteni praktikum dari fakultas lain seperti Farmasi, Kesehatan Masyarakat, MIPA, JPK Akuatik dan Kelautan serta D3 PSDP, sehingga tiap semester pun kita selalu ada jadwal untuk ngasistenin. Setiap semester minimal harus ada 20 orang asisten Mikrobiologi. Sehingga setiap kali ada yang lulus, terutama saat angkatan 2006 dan 2007 ada yang lulus, kita langsung mengadakan open recruitmen asisten baru yang akan menggantikan dan meneruskan untuk keberlangsungan praktikum selanjutnya. Selain kedua puluh asisten tersebut, kita juga dibantu oleh dua orang Laboran yang senantiasa membantu kami dalam urusan pemenuhan kebutuhan untuk praktikum, baik alat maupun bahan praktikum. Kedua laboran tersebut adalah Mas Arif Mulyanto dan Mba Indrariningrum. Mereka juga merupakan bagian dari keluarga besar mikroholic yang senantiasa melengkapi hari-hari kami di laboratorium. Suasana bahagia dan keceriaan yang menggelora terasa begitu dalam saat mba Indra melahirkan anaknya yang pertama. Sahabat mikroholic semuanya menjenguknya ke Rumah Sakit Margono dan kebahagiaan juga ikut kami rasakan bersama. Sungguh indahnya kebersamaan dan kekeluargaan yang begitu erat ini.
Terima kasih sahabat-sahabat Mikroholic yang telah merasuk ke dalam keluarga ini menjadi begitu eratnya. Dari sahabat menjadi sebuah keluarga. Sedekat hati seerat keluarga. Keluarga yang sakinah mawadah warokhmah. Indahnya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, rasanya tak bisa diuraikan dalam untaian kalimat dan kekompakkan, kedisiplinan, ketekunan, serta kebersamaan sesama sahabat mikroholic akan selalu dikenang di hati sampai kapan pun juga dan menjadi kado terindah dalam hidupku ini tentang arti sebuah persahabatan yang tertanam dan terinkubasi menjadi keluarga yang utuh. Kalian akan selalu terkenang di incubator hatiku dan kekuatan autoklaf dalam mensterilisasi alat dan bahan pun tidak bisa mengalahkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan ini tetap utuh dan menyatu walau Escheria coli dan Bacillus subtilis datang membawa senyawa metabolit sekunder sekalipun.
Membangun dan menjaga sebuah persahabatan memang sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ini. Karena sahabat ada di setiap kita butuhkan dan menjadi obat di kala kita sedang rapuh. Kiat dan tips dalam bersahabat kuncinya adalah harus saling mamahami dan menghargai satu sama lain, toleransi, tolong menolong, kerja sama, serta saling bantu membantu baik secara pikiran, nasihat, maupun material. Walaupun kita sudah lulus atau menjadi alumni dengan sahabat itu, komunikasi dan silaturahmi harus tetap terjalin erat bisa melalui telepon, atapun lewat dunia maya (email, facebook, twitter) dengan saling berbagi informasi maupun memberi nasihat dan solusi-solusi tertentu. Sahabat itu akan selalu terkenang di hati, walau kelak dipisahkan oleh jarak dan waktu.
(Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Biologi UNSOED, 25 November 2011 dan selesai digarap ga nyampe sehari, disela2 hbs kuliah, hbs ngasistenin n hbs evaluasi, akhry slsai jg 6 halaman)