“Betapa pun kerasnya hidup dan sulitnya
himpitan ekonomi tak menjadikan orangtua patah semangat untuk menyekolahkan
anaknya. Apa pun usahanya akan ditempuh. Meski secara akal sesuatu itu
mustahil, tapi yang namanya jerih payah itu pasti akan membuahkan hasil. Itulah
yang dilakukan oleh Tupon untuk pendidikan anaknya”
Begitulah segores makna yang bisa aku simpulkan setelah
menonton film Mimpi Ananda Raih Semesta (MARS)
Kerren
filmnya. Bikin haru tentang perjuangannya. Sesekali membuat air mataku ini
berlinang. Tak terasa aku pun dibuatnya menangis saat menonton film tersebut. Betapa
pun kerasnya kondisi ekonomi tak menyurutkan semangatnya Tupon utk mengenyam
pendidikan bagi anaknya. Meski harus mengayuh sepeda hingga 14 km. Menaiki
jalan terjal dan menapak. Jalan yang berliku. Lelah sudah pasti. Tapi kata
Tupon demi anaknya semua usaha apa pun akan ia tempuh.
Tupon, wanita tua di kaki gunung kidul, yang tanpa kenal lelah
membesarkan Sekar Palupi untuk terus sekolah. Sikap ini dia tularkan pada Sekar
Palupi untuk tidak gampang menerima nasib yang mereka jalani. Ikhtiar dan kerja
keras adalah jawaban dari takdir. Karena semua kehendak itu bisa diraih lewat
ilmu pengetahuan. Untuk membeli seragam sekolah anaknya Tupon harus menjual
kambingnya di kota.
Saat pertama kali Tupon hendak mendaftarkan Sekar ke sebuah SDN
di Gunung Kidul, sekolah masih sepi. Ternyata pendaftaran baru dibuka satu
minggu lagi. Tupon dan Sekar pun pulang lagi dengan jarak berkilo-kilo meter itu
dengan menaiki sepedanya. Pada saat waktu itu tiba, semua pendaftar sudah
mengumpulkan berkasnya, tapi Tupon belum diisi sama sekali lantaran ia tak bisa
membaca dan menulis. Ternyata KTP dan identitas berkas lainnya pun tertinggal.
Terpaksa ia pun harus pulang lagi.
Hingga
akhirnya Sekar pun diterima di sekolah itu. Moment pertama kali sekolah rupanya
banyak masalah yang dihadapi Sekar seperti diolok-olok temannya karena dia
berasal dari kampung dan keluarga miskin, bolos sekolah dan membuat ulah di sekolah.
Hingga membuat Sekar tak mau sekolah lagi dan benci dengan dunia sekolah. Pada
suatu keputusan ia pun harus dikeluarkan dari sekolah tersebut. Walau demikian
Tupon dan suaminya terus berusaha agar anaknya itu tetap bisa dan harus sekolah
agar menjadi anak yang pintar.
Tupon
melewati semua itu dengan kecerdasan emosional yang dipunyai, bahwa tuhan
selalu beserta orang-orang yang mau bekerja keras dan berikhtiar. Spirit ini
yang terus menempanya untuk mendidik Sekar Palupi supaya jadi seorang anak yang
lebih baik hidupnya dimasa depan, dibandingkan dirinya. Sang ibu yang buta
huruf yang selalu membawa Sekar Palupi melihat alam semesta, Tupon selalu
menunjukan lintang lantip (bintang yang cerdas) adalah planet MARS. Ibunya
selalu bilang bahwa kamu bisa kesana dengan ilmu pengetahuan
Hingga akhirnya Sekar diterima lagi di sekolah yang lain.
Lambat laun Sekar pun tumbuh menjadi anak yang cerdas dan cemerlang di
kelasnya. Adegan yang paling haru adalah saat Sekar kehilangan pensilnya.
Padahal malam itu Sekar mau belajar malam. Sang ibu (Tupon) tak tinggal diam
begitu saja. Meski sedang hujan deras, sang ibu tangguh tersebut rela keluar
rumah hujan-hujanan menggunakan sepeda untuk membeli pensil. Karena sudah malam
beberapa toko yang ia datangi sudah habis atau tidak ada pensil di toko
tersebut. Tupon terus berjalan dengan sepedanya di tengah derasnya hujan.
Sampai menemukan pensil buat belajar Sekar.
Nasib malang menimpa Tupon. Tatkala suaminya yang baru
saja habis mengantarkan Sekar ke sekolah bersama Tupon juga. Habis itu sang
suaminya berangkat ke pertambangan batu dan musibah menimpa suaminya tersebut
yaitu tertimpa reruntuhan batu tambang. Hingga akhirnya meninggal. Kini, Tupon
tinggal sendiri bersama Sekar. Tupon terus berusaha keras dan berjuang agar Sekar
terus bisa sekolah hingga tinggi. Tupon berusaha dengan menjadi tukang jual
tempe keliling.
Saat Sekar sudah lulus SMA, ada salah satu tokoh
masyarakat hendak melamar dan menikahi Sekar, putri semata wayang Tupon. Tupon
menyerahkan semua jawabannya ke Sekar. Hingga akhirnya Sekar menolak lamaran
orang tersebut, dengan alasan Sekar mau melanjutkan kuliah. Niat dan rencana
Sekar untuk kuliah ini sontak langsung ditertawakan orang-orang, diremehkan dan
bahkan dicaci oleh mereka. Tupon tetap sabar menghadapi mereka.
......................................................................................................................................
Singkat
cerita, sebenarnya masih panjang. Tapi akhirnya Sekar pun bisa kuliah dengan
beasiswa di salah satu kampus di Jogjakarta. Setelah itu dia juga pernah
diminta menjadi keynote speaker. Berkat kerja keras dan kegigihannya itu Sekar
akhirnya bisa melanjutkan kuliah lagi di Oxford University of London. Dan
menjadi wisudawan terbaik disana. Dia menceritakan tentang kampung halamannya
yang miskin di Gunung Kidul, angka bunuh diri tinggi, kelaparan dan terisolir.
Itulah daerah asal kelahirannya. Tapi, di tengah kondisi itu Sekar tumbuh
dibawah asuhan sang ibu yang luar biasa perjuangannya. Meski ibunya itu buta huruf,
tapi ibunya itu sangat gigih memperjuangkan pendidikan bagi anaknya.
“Siapa yang harus kau hormati? ibumu, ibumu, ibumu, baru
bapakmu…!”
Begitulah salah satu kutipan hadits ini disampaikan oleh Sekar saat pidato
wisudawan terbaik Oxford University. Tak terasa air mata Sekar pun ikut menetes karena teringat ibunya di rumah. Pidato yang begitu menyentuh dan bermakna. Semua wisudawan lain dan tamu hadirin riuh memberi tepuk tangan yang meriah untuk Sekar.....