Hari ini
penuh dengan kejutan. Kaget bercampur was-was. Ketar ketir mengejar waktu. Berpacu
dengan sepeda motor. Antara dag dig dug bercampur dengan aneka rasa yang
lainnya. Berbaur menjadi satu. Mungkin jika ada kolam atau sungai yang jernih,
ingin rasanya menceburkan diri ke dalamnya. Biar adem, hehe. Apalagi kalau ada
air terjun yang bening airnya atau laut yang tenang ombaknya, maka sudah
dipastikan aku ingin menyelamnya. Tapi aku yakin dibalik semua hambatan itu ada
hikmah yang bisa dipetik. Setiap masalah yang menimpa diri kita, pasti ada
pelajaran berharga yang bisa kita jadikan refleksi diri. Emang ada hambatan
apa? Ada masalah apa? Tidak ada. Ini hanya sepenggal kisah yang terjadi antara
Leuwiliang hingga Pasar Senen, hehe
Singkat cerita begini kisahnya:
Tepat jam
7.40 WIB aku sudah berangkat dari Leuwiliang. Selepas nyuci pakaian, lalu
sarapan pagi aku langsung berkemas-kemas meninggalkan asrama sekolahku, SMA
Plus Liwaul Furqon Bogor. Rencana kepergianku hari ini sudah aku persiapkan
sejak kemarin sore. Semalam sudah memesan tiket kereta juga untuk tujuan Pasar
Senen ke Tegal. Jadwal kereta di Stasiun Senin jam 12.00. Kalau sesuai
perhitungan jarak dan waktu, diperkirakan sampai lokasi bisa tepat waktu.
Bahkan bisa lebih awal 1 jam dari waktu yang tertera di tiket tersebut. Aku pun
mengendarai motor agak santai. Tidak terlalu terburu-buru.
Cuaca hari ini cukup
bersahabat. Langitnya cerah dan matahari pun tampak cerah memancarkan senyum manisnya.
Perjalanan dengan motor plat G pun aku nikmati dengan sepenuh hati, hehe. Di
tengah perjalanan tiba-tiba rantai motor putus. Tepatnya di daerah Dramaga. Mau
gak mau harus dorong motor sembari mencari bengkel. Tak jauh dari lokasi, aku
temukan bengkel yang masih sepi itu. Aku pikir gak lama, rupanya lewat 1 jam
lebih motor baru normal kembali. Karena pikirku memasang rantai cuma sebentar,
lepas rantainya, lalu pasang, beres! Tapi ternyata nggak. Rantai sepeda motorku
ini sepertinya sudah usang dan ada yang peot (bengkok), akhirnya mau gak mau
harus ganti yang baru. Pas mau dipasang ternyata kurang panjang, akhirnya
tukang bengkel tersebut harus menambahnya dengan tambahan rantai. Setelah
dipasang, ternyata malah kepanjangan rantainya. Harus bongkar lagi, diputus
(dipendekin) lagi. Nah, ini yang berlangsung lama. Karena ternyata peralatan di
bengkel kecil tersebut juga tidak lengkap. Nah, yang sempet bikin kesel juga,
di saat motorku tersebut belum beres, tiba-tiba ada pasien lain yang mau
menambal ban. Motorku sempat ditinggal sebentar, tukang bengkel tersebut
mengerjakan motor pasien yang baru datang tersebut. Aku sempat protes dan
menegur tukang bengkel tersebut. tapi rupanya pasien yang baru datang tersebut
tidak lama, Cuma tambah angin karena tidak bocor.
Detik demi detik berlalu. Menit
demi menit pun terlewati. Hingga hitungan sejam lebih pun berlalu pergi. Sudah
hampir jam 10 rantai motorku sudah beres. Saat mau membayar ongkos jasa
tersebut, muncul masalah baru. Uang yang aku bayarkan tidak ada kembaliannnya. Mau
gak mau harus menukar uang tersebut. Agak lama, gak ketemu juga. Sepertinya si
abang tukang bengkel tersebut harus mencari ke komplek warung sebelah naik ke
atas. Begitu beres, aku pun langsung capcus menyalakan starter motorku dan
melaju dengan kecepatan tinggi. Awalnya masih optimis bakalan terkejar
waktunya. Sampai depan IPB seperti biasa macet berkepanjangan. Jalannya selangkah
demi selangkah melewati jalan super macet tersebut. Mulai khawatir terlambat.
Aku lanjutkan perjalananku
menuju Ciomas untuk menitipkan motorku di rumah Pak Febi. Jalanan yang macet
tak bisa membuatku melaju cepat, harus pelan menyalip satu per satu mobil atau
kendaraan yang ada di depanku itu. Ada perasaan lega saat sudah tiba di lokasi.
Usai menitipkan motorku tersebut, aku langsung bergegas keluar dari komplek
perumahan Bukit Asri Ciomas tersebut. Aku pun berjalan cepat menuju jalan raya.
Sambil buka hp mencari aplikasi gojek. Kok gak ada? Wah, sepertinya terhapus.
Aku mulai panik. Berjalan terburu-buru berharap ada ojek pangkalan. Sampai
pertigaan rupanya gak ada. Mau naik angkot, tapi di daerah Ciomas sedang macet.
Apalagi hari libur. Aku pun akhirnya download lagi aplikasi gojek. Dengan wajah
berkeringat aku utak atik aplikasi tersebut. Sudah terdownload, kini giliran
sinyal yang naik turun. Karena panik, sampai-sampai 2x salah mengorder gojek.
Sudah ditelpon sama drivernya tapi ternyata salah lokasi. Baru ketiga kalinya
berhasil. Sudah hampir jam 11. Gojek yang aku order pun datang. Terdengar nada
telepon dari 2 orderan gojek sebelumnya yang belum sempat aku cancel. Akhirnya aku
matikan HP sejenak. Gojek melaju melewati kemacetan dan akhirnya memotong jalan
lewat jalan pintas. Melewati gang kecil. Melewati lorong demi lorong, karena
saat melewati jalan pintas ternyata ada pemilihan kepala desa di daerah
tersebut. Sang driver pun mengambil jalan yang lebih kecil.
Singkat cerita
sampailah di stasiun bogor jam 11 setelah melewati jalanan yang macet. Si driver
gojek cukup lincah menyalip. Aku berpamitan dengan abang tersebut saat aku tiba
di stasiun. Kepanikan tidak sampai disitu, saat masuk stasiun aku harus antri
juga untuk memesan tiket KRL. Antrian cukup panjang akhirnya terlewati juga. Sejak
sampai di stasiun ini aku sudah menduga, gak bakalan terkejar waktunya. Saat sudah
menempelkan kartu KRL dalam mesin pintu masuk, aku langsung berlari mencari
kereta. Akhirnya aku sampai juga di dalam Commuter Line. Terdengar suara
pemberitahuan kalau KRL ini baru akan berangkat tepat jam 11.32. Waktu tinggal
setengah jam lagi. Jam 12 harus sampai di Senin? Wah kayaknya gak mungkin.
Alhasil tiket di pasar senen pun sudah hangus. Selamat tinggal tiket yang sudah
kadaluarsa tersebut. Aku masih dalam perjalanan KRL dari Bogor menuju Jakarta.
Terus melaju
hingga titik akhir perjuangan. Karena sudah tahu tiket hangus, aku tak berubah
pikiran untuk balik langkah. Aku tetap melaju hingga menuju Senen. Saat itu
juga aku coba searching tiket yang lain lewat aplikasi KAI Acces. Masih ada
beberapa kursi yang tersedia. Tapi ternyata kuota yang masih ada di hari ini
sudah tidak bisa dipesan lagi lewat aplikasi tersebut. Reservasi tiket bisa
dilakukan maksimal 10 jam sebelum kereta itu berangkat. Mau gak mau harus pesan
di stasiun keberangkatan yaitu Senen. Tertera di kuota yang tersedia, ada yang
jam 14.00 hingga pukul 23.00. Kuota
tersisa tinggal beberapa kursi lagi, kecuali yang jadwal malam yang masih agak
banyak.
Saat sampai
Stasiun Manggarai, aku putuskan turun disini untuk transit sejenak ambil jalur
tercepat yaitu lewat jatinegara lalu ambil yang arah senen. Rupanya kesabaranku
kembali diuji, saat tiba di manggarai, selang beberapa menit aku berdiri hujan
lebat disertai angin kencang tiba-tiba turun. Kereta arah Jatinegara belum juga
datang. Sementara hujan lebat terus mengguyur. Karena disertai angin kencang,
para penumpang pun banyak yang basah kuyup. Hampir 25 menit lebih diPHPin oleh
KRL yang tak kunjung datang juga. Sementara para penumpang sudah pada gelisah. Salah
seorang bapak yang sudah tua usianya tampak masuk angin, duduk lemas di bawah. Sepertinya
bapak tua tersebut kelelahan. Terlihat istrinya mengoleskan minyak angin di
seluruh tubuh bapak tua tersebut. Sang istri begitu perhatian dengan bapak tua
tersebut. Kedatangan kereta membuat semua orang bahagia.
Aku terus
melaju hingga Jatinegara, awalnya sempat mau balik arah. Tapi pikirku terus
melaju, mudah-mudahan keburu tiket yang jam 2 siang. Saat tiba di stasiun
jatinegara, aku turun dan coba mau pesen tiket lewat alfamart. Aku cek sendiri
di mesin e-tiket alfamart tapi tidak bisa juga. Kata petugas alfamart untuk
tiket hari ini harus pesen di stasiun keberangkatannya, yaitu di Senen. Aku tiba
stasiun Senen jam 13.50. Kayaknya gak bisa terkejar untuk tiket yang jam 14.00.
Apalagi banyak penumpang lain yang cukup padat, jadi tidak bisa lari untuk
menyalip.
Setelah berpikir
panjang sembari minum teh dingin dan makan roti, akhirmnya aku putuskan pesen
tiket yang jam 23.00 biar bisa istirahat dulu. Setelah pesan tiket di loket
otomatis tersebut, aku lanjutkan perjalanan KRL lagi menuju stasiun pasar
minggu untuk istirahat dulu di tempat teman. Alhamdulillah, ada banyak
pelajaran berharga hari ini. Perjalanan kesabaran dan ujian mengelola emosi dan
menata hati. Perjalanan penuh makna antara Leuwiliang hingga Pasar Senen. Kini
perjalanku berlanjut dari Pasar Senen menuju kampung halamanku. Bismillah,
subhanalladzi sakhoro lanaa hadza wamaa kunnaa lahu muqrinin. Wainnaa ila
robbinaa lamunqolibun. Lelah itu hanyalah siklus, laluilah dengan segenap
keikhlasan. Karena dibalik masalah, pasti ada hikmah. Maka teruslah mengambil
pelajaran, dari setiap lika-liku perjalanan.
Perjalanan
Jakarta - Tegal
KA Tawang
Jaya, 12 Maret 2017
Pukul 23.45
WIB