Menulis itu memang mudah, jika kita mau memulainya. Mulai dari mana? Mulai dari kata pertama. Menulis huruf pertama itu bisa menjadi apa saja. Tergantung penulisnya mau dibawa kemana tulisan tersebut. Dari kata pertama, menjadi kalimat hingga menjadi paragraf. Dari paragraf satu menjadi paragraf selanjutnya yang akan mengalir indah seperti sungai bila kita kaya akan kosakata, kaya pengalaman dan kaya data. Bagaimana menulis yang baik agar bisa menjadi buku atau novel? Tentu harus banyak latihan, banyak membaca, banyak riset dan terus belajar untuk menggoreskan pena dimanapun berada.
“Tulisan yang baik adalah tulisan yang bisa
menginformasikan, menginspirasi dan menggerakkan HATI kalau diramu dengan RASA & DATA” begitu kata Ahmad Fuadi saat
menjadi narasumber Mini Workshop Writing From The Hearth (14 Februari 2021) yang
saya ikuti. Kegiatan workshop tersebut dilakukan secara daring menggunakan zoom
cloud meeting. Banyak insight baru yang saya dapatkan ketika mengikuti kegiatan
yang berlangsung malam hari. Meski sempat terkendala jaringan yang kurang
stabil, tapi alhamdulillah bisa mengikuti acara tersebut sampai selesai. Banyak
ilmu yang bisa saya serap dari penulis novel trilogi Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna
dan Rantau 1 Muara ini. Ketiga novel penggugah jiwa tersebut menjadi cemilan
pemantik motivasi saat saya masih kuliah mengerjakan tugas akhir kala itu.
Ahmad
Fuadi menceritakan proses panjang dan lika-likunya menekuni bidang kepenulisan.
Mulai dari menulis novel hingga novel tersebut diangkat ke layer lebar
(difilmkan). Menulis itu seperti membangun rumah. Proses menulis Ahmad Fuadi
dimulai dari pondasi hati (inner journey) dan bangunan: rasa, data dan logika
(outer journey). Pondasi pertama tulisan itu adalah perjalanan ke dalam dari
hati kita masing-masing. Dibangun dari Why, What dan How. Mengapa kita menulis?
Itu yang harus kita luruskan dulu. Why ini berkaitan dengan niat (suntikan
stamina yang tidak putus). Berasal dari kegelisahan dan kontribusi atau peran
yang akan kita bagikan melalui tulisan. Kebermanfaatan apa yang akan kita tebar
melalui goresan aksara tersebut?
Tahapan
kedua dari pondasi hati adalah What. Apa yang akan kita tuliskan? Kenal,
peduli, familiar dan tahu adalah obat kuat sebuah tulisan. Saat menjelaskan
materi ini Ahmad Fuadi menceritakan kisah perjuangannya saat masih menjadi
santri di Gontor dengan segala lika-likunya. Dari kisah tersebut Fuadi berpesan
“menulislah dari hati, maka akan sampai ke hati”. Seperti contohnya saat
menulis sebuah surat cinta. Tulisan yang dibuat dengan sepenuh hati, maka
pesannya akan mudah sampai ke hati pembacanya juga.
Tahapan
selanjutnya adalah how. Bagaimana menulis yang baik agar sampai ke hati? Ada Tiap
penulis punya Teknik tersendiri, namun ada banyak kesamaan. Diantaranya adalah
harus banyak riset dan banyak baca. Bagaimana riset untuk menulis buku atau novel?
Bisa dengan wawancara, observasi dan mengumpulkan data-data pendukung lainnya. Ahmad
Fuadi menceritakan riset itu bisa dari buku diari atau tulisan yang pernah kita
catat, surat menyurat dengan ibunya saat masih di Gontor, kumpulan catatan
mahfudzot, catatan yang personal maupun dari dokumen yang sifatnya sangat
rahasia jika berkaitan dengan tempat tertentu. Selain riset kunci untuk menulis
selanjutnya adalah banyak membaca buku, kamus, tesaurus, dan observasi. Dalam tulisan slide
presentasinya Ahmad Fuadi menulsikan “Saya tidak
berbakat menulis, tapi saya berlatih & belajar menulis”.
Beliau menceritakan buku-buku pendukung
yang digunakan sebagai bahan baku meramu tulisannya yang menjadi best seller.
Setelah tahu tentang teknik menulis, tahapan selanjutnya
adalah when? Kapan kita menulisnya jika sudah memiliki ide. Menulislah kapan
saja. Cicil setiap hari. Cicil sedikit-sedikit, lama-lama jadi buku. Menulislah
dimana saja. Carilah topik yang dekat dengan hati. Tulislah yang paling mudah
dan paling bisa dituangkan ke dalam kata-kata. Lakukan dengan konsisten. Sebagaimana
kata para motivator dan buku motivasi menulis lainnya bahwa kunci menulis itu
ada 3 hal yaitu menulis, menulis dan menulis. Sama halnya dengan menulis dari
hati, maka menulislah sesuka hatimu. Kapan waktunya? Sekarang juga. Menulislah.
Sebenarnya masih panjang materi dan poin-poin penting dari mini workshop Ahmad
Fuadi tersebut, tapi sementara cukup sampai disini. Untuk lebih lengkapnya
silahkan nanti bisa ikuti worshop full selengkapnya. Info selengkapnya bisa
ikuti akun IGnya beliau.
Salam Literasi
#EduWriter