Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Thursday, 8 March 2012

Ketika Eropa Bersinar, Bacalah “99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa”


“Mantap, dahsyat, luar biasa, dan meresap ke hati” begitulah kesan pertama saya setelah membaca novel yang bukan sembarang novel ini, karena novel ini menyuguhkan perjalanan spiritual mengungkap sejarah peradaban Islam. Novel yang berjudul “99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa” ini begitu enak dibaca, bahasanya mengalir indah, mudah dipahami, renyah segurih krispi, lezat selembut yoghurt, dan saya terasa seperti ikut terlibat langsung dalam perjalanan menjelajahi Eropa bersama penulis novel ini yaitu Hanum Salsabiela Rais (putri M. Amien Rais) dan Rangga Almahendra (suaminya). Membaca novel ini serasa seperti melihat dan berkunjung langsung ke Eropa, mulai dari Wina, Paris, Cordoba, Granada, hingga Istanbul. Siapa yang tak mengenal Eropa? Eropa memang megah, tapi bukan sekedar dari Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, Stadion Sepakbola San Siro maupun Colloseum Roma. Akan tetapi jauh sebelum itu ada semua, keluarbiasaan Eropa adalah karena kejayaan Islam yang pernah bersinar menerangi benua ini. Subhanallah, begitu indahnya peradaban Islam tatkala masih bersinar di Eropa. Sejumlah misteri, sejarah dan teka teki di balik Katedral Mezquita Cordoba, Istana Al-Hambra Granada, atau Hagia Sophia Istanbul pun ikut menghiasi perjalanan Hanum di Eropa. Novel ini mendeskripsikan dengan begitu eloknya peradaban Eropa kala itu, dan menggambarkan bahwa Islam itu memang rahmatanlil’alamin. Ukhuwah Islamiyah dan persaudaraan terasa menjelma bak sebuah ikatan keluarga tatkala Hanum berteman dengan seorang muslimah Austria bernama Fatma Pasha, yang mengajarkannya untuk menjadi “Menjadi agen Islam yang baik di Eropa”. Hanya dengan kebaikanlah kebatilan bisa diluluhkan, ditengah-tengah Islam menjadi minoritas di Eropa seperti sekarang ini. Seperti halnya Fatma yang bisa menjadi agen Islam yang baik di Eropa dengan menebarkan kebaikan di manapun berada, begitu juga dengan konsep Restoran Der Wiener Deewan yang memiliki slogan “All You Can Eat. Pas As You Wish: Makan sepuasnya, bayar seikhlasnya”. Bukan hanya itu saja yang saya dapatkan di novel ini, masih banyak lagi pesan moral, kebaikan, dan nilai-nilai peradaban Islam di Eropa yang pernah bersinar kala itu. Lebih lengkapnya bacalah novel ini agar lebih terasa nikmatnya. Segera miliki, koleksi dan bacalah novel ini secara keseluruhan.

Saturday, 3 March 2012

“Negeri 5 Menara” Berjaya, Pesantren Memang Luar Biasa


Man Jadda Wajada (Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil) begitulah mantra luar biasa yang telah membawa Alif sampai pada puncak kesuksesannya. Berangkat dari Maninjau menuju ke Pondok Madani (Gontor) dengan setengah hati karena dilemanya dia tidak bisa melanjutkan ke SMA, tak seperti teman dekatnya, Randai. Akan tetapi keputusan setengah hatinya itu adalah pilihan tepat dari kehendak ibunya. Manajemen pendidikan dan pembelajaran di PM telah banyak mendidiknya menjadi sosok yang luar biasa bersama lima teman dekatnya yang dikenal dengan Sohibul Menara, yaitu Raja, Baso, Dulmajid, Atang, dan Said. Persahabatan yang terjalin erat, saling membantu satu sama lain baik dalam urusan pelajaran maupun urusan lainnya. Satu sama lain memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itulah yang membuat mereka semakin akrab, kompak dan saling mengisi satu sama lain. Aturan yang ketat, disiplin tinggi, tegas, dan hukum ditegakkan sesuai dengan aturan yang berlaku telah membuat mereka semakin kuat dan menjadi sosok yang pantang menyerah menghadapi hidup. Keikhlasan, ketulusan, dan motivasi yang tinggi dari para ustadz dan kyai di PM dalam mendidik mereka berbuah hasil yang lebat. Sampai pada akhirnya semangat, kesungguhan yang kuat, dan disertai doa, telah mengantarkan mereka mencapai impiannya masing-masing.

Begitulah sekilas tentang isi dari novel “Negeri 5 Menara” karya A. Fuadi yang sekarang lagi naik daun. Novel ini laris dimana-mana dan diburu oleh para peminatnya. Novel N5M sedang berjaya dan laris diburu oleh para pembaca, kolektor dan peminatnya. Sukses dalam novelnya, kini N5M juga telah berhasil di filmkan dalam film yang berjudul “Negeri 5 Menara” yang sudah tayang sejak 1 Maret 2012. Apreasi, sanjungan, dan tanggapan yang luar biasa pun datang bertubi-tubi. Novel dan film “Negeri 5 Menara” memang sangat luar biasa, penuh motivasi dan inspirasi, perjuangan yang tinggi dalam meraih cita-cita, persahabatan yang saling memberi dan menasehati, serta sistem pendidikan dan pembelajaran yang diterapkan di Pondok Madani yang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan, kejujuran dan tanggung jawab. Novel dan film N5M ini sangat cocok untuk kalangan pelajar, mahasiswa dan siapa pun juga yang mempunyai motivasi tinggi untuk meraih cita-cita dan impiannya. Tentunya dengan mantra Man Jadda Wajada ini yang harus diterapkan bagi siapa pun juga untuk menggapai impian kita masing-masing.

Kesuksesan novel dan film Negeri 5 Menara ini tentunya tak lepas dari penulisnya A. Fuadi yang telah meraciknya menjadi novel yang menarik dan inspiratif, maupun produser dan semua kru yang terlibat dalam pembuatan film itu menjadi tontonan yang tentunya bisa menjadi tuntunan yang mendidik bagi generasi kita. Terlepas dari semua itu, disini saya ingin menyoroti peran yang sangat luar biasa yaitu pesantren itu sendiri. Selama ini mungkin pesantren masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orang. Padahal sebenarnya banyak sekali lulusan pesantren yang menjadi orang yang luar biasa di negeri ini. Pesantren terkalahkan dengan trend sekolah umum, karena sekolah umum dipandang lebih diprioritaskan oleh sebagian orang tua yang enggan memasukkan anaknya ke pesantren. Alasannya satu, yaitu pesantren dipandang sebelah mata karena hanya mengajarkan tentang agama saja yang biasanya cuma hanya mengaji. Padahal lebih dari itu, bukan hanya mengaji saja yang diajarkan. Pesantren juga mendidik kita untuk hidup mandiri, manajemen diri, disiplin, tanggung jawab, berorganisasi, kerja sama, gotong royong dan kekeluargaan yang tentunya akan kita aplikasikan untuk kehidupan kita kelak. Pesantren itu ibarat miniatur dari sebuah Negara, karena di pesantren juga ada struktur seperti layaknya sebuah negara. Mulai dari rakyatnya adalah santri itu sendiri, ketua bilik/kamar itu ibarat kepala daerahnya, sampai jajaran pengurus inti diibaratkan adalah pemerintah pusat dari sebuah negara.

(Pengalaman ketika masih jadi santri dulu, membaca Negeri 5 Menara serasa terlibat langsung dalam adegan tersebut. Jadi terkenang masa-masa ketika masih di pesantren)