Foto : Dokumentasi Sesi Elaborasi Pemahaman CGP 6 Kota Depok
“Pendidikan
adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang
hidup dalam masyarakat kebangsaan “ (Ki
Hadjar Dewantara)
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)
tentang pendidikan dan pengajaran adalah sebuah pemikiran yang mampu melintasi
zaman. Mengapa demikian? Karena pemikiran yang beliau cetuskan dahulu kala,
hingga kini masih sangat relevan untuk diterapkan dalam sistem pendidikan saat
ini. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) tersebut diantaranya adalah tentang
konsep pendidikan yang menggunakan 3 sistem yaitu taman siswa, among dan
pamong. Pemikiran beliau yang hingga kini masih dipegang teguh tentang filosofi
pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan),
ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat, kemauan), dan tut
wuri handayani (di belakang memberi dorongan). Trilogi semboyan pendidikan
tersebut hingga kini terus digaungkan dalam pengajaran dan pendidikan di
Indonesia. Prinsip ini yang harus dipegang teguh oleh seorang guru dalam
menjalankan amanahnya sebagai seorang pendidik. Guru adalah teladan bagi
peserta didiknya, maka sebagai guru harus senantiasa bertutur kata yang jujur,
bertindak dengan perilaku yang santun dan memiliki attitude yang baik dalam
setiap aktivitasnya baik selama berada di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Relevansi pemikiran KHD dengan konteks
pendidikan Indonesia saat ini sangat dibutuhkan sekali. Mengingat kondisi
pendidikan Indonesia yang masih perlu perbaikan di setiap lininya. Dari sekian
hitam buramnya permasalahan pendidikan Indonesia yang pertama harus dibenahi
adalah gurunya. Karena guru adalah aktor utama dalam dunia pendidikan. Setiap
guru harus memiliki pemahaman yang kuat tentang pemikiran KHD agar tupoksinya
sebagai guru bisa selaras dengan tujuan pendidikan tersebut. Relevansi
pemikiran KHD dengan konteks pendidikan di sekolah secara khusus sebagian
sudah diterapkan dalam proses pembelajaran yang ada di sekolah. Maka dari itu
setiap guru harus senantiasa melakukan refleksi diri atas pembelajaran yang
dilakukan selama di sekolah. Refleksi diri tentang penerapan pembelajarannya di
kelas, tentang tupoksinya sebagai pendidik dan amanahnya sebagai pengajar di
sekolah tersebut.
Berikut ini adalah kesimpulan dan refleksi
pembelajaran modul 1.1 yang saya pelajari baik secara mandiri lewat LMS maupun
dalam pembelajaran virtual melalui Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing,
Demonstrasi Kontekstual, dan Elaborasi Pemahaman.
1.
Tentang
murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari modul 1.1
Sebelum saya mempelajari modul 1.1 ini saya beranggapan
murid itu seperti kertas kosong yaitu mereka belum memiliki pengetahuan atau
informasi tentang materi yang saya ajarkan saat itu. Seperti yang diungkapkan
Ki Hadjar Dewantara dalam modul tersebut tentang teori rasa (lapisan
lilin yang masih dapat dicoret-coret oleh si pendidik) yaitu anak yang lahir di
dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas yang belum ditulis, sehingga kaum
pendidik boleh mengisi kertas yang kosong itu menurut kehendaknya. Artinya, si
pendidik berkuasa sepenuhnya untuk membentuk watak atau budi seperti yang
diinginkan. Sebelumnya saya beranggapan demikian, murid adalah anak yang polos
dan masih belum memahami informasi apapun sehingga guru sebagai sumber ilmu
yang lebih dahulu mendapatkan informasi tersebut.
Dalam pembelajaran di
kelas pun sebenarnya saya sudah mengetahui bahwa pembelajaran yang terbaik
harus menitikberatkan anak supaya lebih aktif atau yang dikenal dengan student
center learning atau siswa sebagai pusat pembelajaran, sedangkan guru sebagai
fasilitatornya. Namun dalam prakteknya terkadang saya masih kurang mengesplore
kemampuan siswa atau kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran yang lebih
aktif. Saya menyadari masih banyak metode pembelajaran aktif (cooperative
learning maupun yang lainnya) yang belum saya praktekkan dalam kelas yang saya kelola.
Begitu juga dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara sebelumnya saya hanya
sedikit yang mengetahuinya dan banyak yang belum saya pahami secara mendalam
dan mendetail.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau
perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari modul 1.1
ini banyak ilmu baru yang saya dapatkan, khususnya tentang pemikiran (filosofi Pendidikan)
Ki Hadjar Dewantara. Sebelumnya saya hanya mengetahui secara singkat tentang
semboyan pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun kerso dan
tut wuri handayani. Ternyata dibalik semboyan tersebut masih banyak
pemikiran-pemikiran beliau yang sangat mendalam maknanya dan hingga saat ini
masih diterapkan dalam pelaksanaan Pendidikan di Indonesia.
Selama mempelajari modul ini baik
secara mandiri, hasil elaborasi dan sharing dari guru-guru lain dalam Pendidikan
CGP Angkatan 6 ini perubahan yang saya rasakan antara lain:
- Wawasan
saya terbuka dan pola pikir saya tentang siswa juga berubah. Seperti yang sebelumnya
saya beranggapan siswa itu seperti kertas kosong dalam hal pengetahuan, ilmu
dan informasi. Ternyata dalam mendidik siswa tersebut harus menyesuaikan dengan
kodrat alam dan kodrat zamannya juga. Seperti yang diungkapkan dalam modul ini
sebagai berikut: “kekuatan sosio-kultural menjadi proses
‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan
untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar
agar dapat memperbaiki laku-nya untnuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak
bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa”. Iya betul
sekali. Karena setiap anak itu punya keunikan, punya bakat, minat dan potensi
yang berbeda-beda. Maka kita sebagai guru harus mengakomodir dan mengembangkan
segala potensi yang ada dalam diri anak tersebut
- Pengetahuan
dan pemahaman saya tentang “merdeka
belajar” dan “pembelajaran berpihak pada siswa” jadi semakin paham dan mengerti
cara mempraktekkannya dalam kelas. Seperti yang diungkapkan dalam modul
tersebut, bahwa dalam proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun
pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak
kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat memberikan
‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga
secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan
anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru mampu mengelola dirinya untuk
hidup bersama dengan orang lain (menjadi manusia dan anggota masyarakat).
3.
Apa
yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan
pemikiran KHD?
Setelah saya mempelajari dan memahami modul 1.1 ini yang
akan saya terapkan di kelas agar mencerminkan pemikiran KHD yaitu sebagai
berikut:
- a. Menerapkan pembelajaran yang berpihak
atau berpusat pada siswa yaitu dengan menggunakan metode yang sesuai
diantaranya dengan metode pembelajaran diferensial dan saya akan mencari metode
lainnya agar pembelajaran yang saya lakukan lebih bermakna dan benar-benar
berpihak pada siswa
- b. Saya akan mengajak rekan guru lain untuk
melihat praktek pengajaran saya dan berkolaborasi dengan rekan guru tersebut
(pertama dengan rekan guru serumpun dengan saya yaitu guru biologi)
- c. Saya akan melakukan refleksi
pembelajaran yang telah saya lakukan dan menuliskannya dalam buku refleksi dan
menjadi pengingat bagi saya untuk perbaikan selanjutnya
- d. Secara perlahan saya akan
sosialisasikan kepada rekan-rekan guru yang ada di sekolah saya tentang pembelajaran
yang berpihak pada siswa dalam bentuk workshop dan sharing guru pembelajar.
Harapan saya sebagai
seorang pendidik setelah mempelajari modul ini semoga saya bisa terus
belajar dan kembali merutinkan untuk membaca buku-buku tentang pendidikan
(minimalnya 1 bulan 1 buku) seperti yang sudah pernah saya lakukan sebelumnya.
Namun beberapa bulan ini sering terlewatkan dan kurang menyempatkan untuk
membaca buku. Saya berharap setelah mempelajari modul ini bisa berubah sedikit
demi sedikit terkait kekurangan yang saya miliki. Harapan kedua yang ingin saya
lihat pada siswa-siswa yang saya didik setelah saya mempelajari modul ini
adalah siswa-siswa saya bisa memahami apa yang saya ajarkan dan mereka menjadi
siswa yang berakhlak mulia
#Bergerak #Tergerak #Menggerakkan