Saturday, 18 February 2012

GALAU MENULIS, "BACA" OBATNYA..!


Menulis itu mudah tapi susah. Dibilang mudah tapi terkadang susah untuk mengawalinya. Tapi kalau sudah berani mengawali kata pertama yang ditulis, maka akan terasa mudahnya. Akan tetapi dibilang susah juga sebenarnya itu salah karena dikatakan susah karena tidak mau mengawali dan mencoba untuk menulis kata pertama. Karena kata-kata pertama yang kita tulis sebenarnya itulah yang menjadi pemicu dan inisiator yang akan meningkatkan langkah kita untuk meneruskan kata-kata selanjutnya. Mungkin menulis sama halnya dengan sebuah presentasi. Ada yang mengatakan bahwa kekuatan dan suksesnya presentasi berada di 5-7 detik pertama. Sama halnya dengan menulis yang terletak juga di kata pertama yang ditulis. Kata-kata pertama itulah kunci utama yang akan membuka, menerobos dan menembus rangkaian kata-kata, kalimat, hingga paragraf selanjutnya. Tapi bagaimana mau mulai menulis, kalau sama sekali tidak punya ide untuk memunculkan kata-kata pertama itu, sudah bingung, dicampur lagi dengan adanya kebuntuan berpikir di jalan yang buntu. Selain itu, terkadang juga muncul rasa bingung tidak bisa membuat kata-kata yang indah, putus asa di tengah jalan lantaran pikirannya mentok, gagasannya kurang bermutu, tidak mampu mencairkan suasana yang enak dibaca dan tidak percaya diri dengan apa yang dituliskannya. Itulah sekelumit permasalahan yang terjadi dan dirasakan oleh penulis pemula. Hal ini juga seperti yang aku rasakan juga tatkala mau memulai untuk menulis dan menjadi penulis pemula.

Pada awal sebelum aku menyukai dunia tulis menulis, aku hanya bisa bermimpi dan menganggap menulis itu sesuatu yang sebenarnya mudah tapi juga susah. Padahal sudah ada ide-ide yang bagus dan cemerlang menurutku tapi aku bingung dari mana aku memulai menulisnya. Akhirnya aku hanya bisa bermimpi dan bermimpi ingin menulis tapi tak pernah terlaksana. Aku bermimpi tulisanku dimuat di suatu majalah tertentu atau memenangkan suatu ajang perlombaan hasil karya menulisku. Ternyata waktu itu aku hanya bisa bermimpi tanpa ada aksi. Tanpa mau mencoba dan berusaha untuk memulai menulis apa yang sebenarnya sudah ada dalam benakku waktu itu. Ditambah lagi kesibukan aktivitasku yang tak kunjung henti (kuliah, praktikum dan kegiatan organisasi) telah menidurkanku dari mimpi-mimpi untuk menulis itu. Sejak pertama kali aku menjadi mahasiswa, aku memimpikan akan menjadi seorang penulis terutama menulis sebuah karya tulis ilmiah dan menjadi juara dalam ajang tersebut . Itulah impianku sejak pertama kali menjadi mahasiswa dan sebenarnya juga sudah sejak dari SMA tapi belum pernah terlaksana sama sekali. Hingga aku sudah duduk di semester 4 pun belum terealisasikan sama sekali. “Bagaimana Aku bisa menulis kalau tidak mau mencobanya sama sekali?” Itulah pertanyaan besar yang aku lontarkan ke diriku sendiri.

Hingga akhirnya secara tidak sengaja aku membaca pengumuman tentang adanya lomba menulis surat dengan tema “Jika Aku Menjadi Lingkungan” yang diadakan oleh salah satu UKM di Fakultas Biologi dan hari itu juga adalah deadline terakhir pengumpulannya jam 18.00 WIB. Entah ada angin apa tiba-tiba aku merasa tertarik dan mencoba menulis tentang tema tersebut. Seketika itu aku pun langsung menuliskannya dalam dua lembar kertas HVS dan tiada ku sangka tiada ku duga akhirnya selesai juga dalam jangka waktu kurang lebih 2 jam dan langsung aku kumpulkan naskah itu menjelang detik-detik deadline pengumpulan terakhir. Minggu depannya tibalah saat-saat yang dinantikan, yaitu pengumuman pemenang lomba menulis surat tersebut. Waktu itu tiba-tiba saja ada sms masuk yang menyatakan bahwa naskahku lolos dan menjadi juara 2 dalam lomba tersebut. Pada mulanya aku tak percaya dengan semua sms itu, tapi setelah aku konfirmasi lagi ternyata memang benar dan aku dengan polosnya malah balik menanyakan “kenapa karyaku bisa menang yah?” Dia menjawab dalam sms itu, kata dewan juri yang menilai, karyaku memang menarik dan isinya sangat sesuai dan tepat dengan isu tema yang diangkat. Aku pun mendapat penghargaan berupa sertifikat dan uang pembinaan. Ini merupakan prestasi pertamaku selama menjadi mahasiswa setelah sudah hampir 2 tahun menjadi mahasiswa. Bermula dari peristiwa inilah yang melatarbelakangiku untuk menulis lagi dan mewujudkan impianku dalam menulis karya tulis ilmiah. Ternyata aku bisa dan punya bakat untuk menulis. Mencoba merupakan kunci utama yang harus dilakukan untuk menulisnya. Setelah mencobanya, ternyata ada satu faktor lagi yang paling mempengaruhi untuk bisa menulis, yaitu dengan banyak membaca. Karena dengan banyak membaca kita pun akan lebih banyak punya kosa-kata untuk menuliskannya.


Membaca disini bukan sekedar membaca dari buku saja, akan tetapi membaca dalam artian yang lebih luas yaitu ‘membaca itu ada dimana-mana’ dan bisa dilakukan dimana saja kita berada. Seperti membaca kondisi yang ada, membaca sesuatu yang tertulis maupun tidak tertulis, membaca pengumuman informasi, membaca contoh karya-karya para penulis terdahulu beserta biografi mereka, membaca kondisi lingkungan sekitar kita, mencari informasi lomba-lomba tentang menulis, dan masih banyak lagi lainnya yang bisa kita lakukan sebagai aktivitas membaca. Karena pada dasarnya berawal dari membaca inilah maka akan memunculkan imajinasi, inspirasi, dan motivasi untuk meramu dan meracik kata-kata yang akan kita tulis. Kalau kita ibaratkan dengan sebilah pedang, ia tidak akan mampu menebas apabila tidak pernah diasah sama sekali, sehingga ia mudah berkarat. Sama halnya dengan menulis, aktivitas membaca diibaratkan dengan mengasahnya agar bisa tajam dan runcing sehingga mampu menebas dan menggoreskan kata-kata yang bisa kita tulis. Berawal dari membaca inilah akhirnya aku pun bisa menulis sebuah karya tulis ilmiah dan berhasil memenangkan sejumlah kompetisi karya tulis ilmiah, mulai dari tingkat lokal sampai tingkat nasional. Selain itu, dampak dari membaca juga akhirnya aku juga mampu menulis tulisan lainnya yang berbentuk true story, essai, cerita pendek, puisi, dan tulisan tentang motivasi. Ternyata membaca dan mau mencobanya adalah kunci utama yang membuatku mampu untuk menulis tulisan-tulisan seperti itu.

Berawal dari membaca, mencoba, menulisnya dan berhasil meloloskan tulisan itu hingga menjadi juara, aku pun dihadapkan dengan sebuah permintaan untuk menjadi pembicara tentang menulis karya tulis dan essai. Wah, padahal waktu itu aku belum pernah jadi pembicara sama sekali, apalagi disuruh menjelaskan tentang cara dan strategi menulis karya tulis dan essai yang baik. Bisa dibilang aku hanyalah penulis pemula yang sedang dan terus mencoba untuk menulis dan waktu itu juga kalau essai aku sebenarnya belum pernah membuatnya, akan tetapi aku tahu cara membuatnya karena aku sebelumnya pernah membaca tentang jenis tulisan yang berbentuk essai itu. Walau pada awalnya aku sempat ragu, tapi akhirnya aku pun memberanikan diri dan mampu menjadi pembicara dalam acara tersebut. Ini merupakan pertama kalinya juga aku menjadi pembicara tentang menulis. Pada waktu itu ketika sesi diskusi, ada salah seorang peserta yang bertanya dan pertanyaan ini masih teringat sampai sekarang dan pertanyaan ini juga yang memacu aku untuk terus menulis. Pertanyaannya sederhana, tapi maknanya sangat luas apalagi bagi seorang penulis pemula seperti aku ini. Pertanyaannya yaitu “bagaimana kita bisa membuat tulisan atau karya tulis yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat luas?” Karena menurut peserta yang bertanya ini katanya selama ini banyak orang yang jago menulis karya tulis dan bahkan berhasil memenangkannya akan tetapi jarang yang tulisannya itu bisa dirasakan manfaatnya bagi masyarakat atau orang lain di sekitarnya. Jawabannya sebenarnya juga cuma satu yaitu membaca, membaca, dan membaca. Pertanyaan ini juga yang telah membuatku untuk senantiasa membaca, mencoba, memperbaiki, dan menulis sebuah tulisan yang bermanfaat, mampu memotivasi dan menginspirasi orang lain.

Selain itu, terkadang juga yang sering jadi masalah dan problematika bagi penulis pemula terutama aku juga adalah mengalami kebuntuan dan bingung di tengah-tengah jalan. Padahal sudah menulis hampir setengah halaman tapi terkadang ide kita mentok dan bingung apa yang akan kita tuliskan lagi. Bingung apa yang harus ditulis lagi karena sudah benar-benar buntu dan tidak ada ide lagi yang muncul untuk ditulis. Ketika menghadapi yang seperti ini aku harus istirahat sejenak, bisa dengan menggerakkan badan, makan snack, minum, atau keluar mencari udara yang segar dan terkadang juga menutup atau menghentikan aktivitas menulis itu untuk sementara waktu. Biasanya ide itu akan muncul lagi tatkala kita sedang di luar dari aktivitas menulis itu. Refreshing itu sangat diperlukan untuk mengobati kejenuhan dan kebosanan. Selain itu juga untuk menambal dan mengobati rasa kebuntuan dan kebingungan itu, sesekali juga mencoba untuk membaca lagi referensi atau tulisan pendukung yang lainnya yang bisa membantu mengatasi masalah kita itu. Nah, sebenarnya kunci utama untuk menulis adalah membaca, membaca, dan membaca. Kalau sudah membaca baru kita harus mencoba untuk memulai menulis apa yang akan kita tulis.

0 comments: