Pendidikan sejatinya merupakan hak setiap warga negara. Tapi pada kenyataannya masih banyak anak bangsa yang belum dan tidak bisa menikmati bangku pendidikan. Banyak alasan yang menjadi kendala penyebab masalah ini. Faktor ekonomi dan mahalnya biaya pendidikan merupakan penyebab utama bagi sebagian masyarakat yang tidak bisa menjangkau dunia pendidikan. Menyikapi faktor tersebut sangat kontradiktif dengan berbagai institusi pendidikan yang malah menjauh dari yang diharapkan oleh masyarakat yaitu adanya pendidikan yang murah dan bermutu. Saat ini banyak sekolah yang berlomba-lomba untuk menjadi Sekolah Standar Nasional maupun Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional. Begitu juga dengan universitas yang tak mau kalah untuk bersaing menjadi universitas yang World Class University. Hal ini berdampak dengan semakin mahalnya biaya pendidikan ke sekolah maupun universitas tersebut. Sehingga hanya kalangan menengah ke atas saja yang bisa menjangkau ke pendidikan-pendidikan tersebut, sedangkan kalangan ekonomi ke bawah hanya bisa meratapi nasibnya yang tak kunjung usai untuk mengatasi permasalahan hidupnya. Selain permasalahan tersebut, masih banyak lagi permasalahan yang menjangkit pendidikan bangsa saat ini. Sepertinya pendidikan bangsa ini sedang menderita penyakit kronis akut dan membutuhkan obat untuk segera menyembuhkannya. Sungguh sangat ironi melihat polemik-polemik yang menyengat pendidikan bangsa saat ini. Di satu sisi masih banyak yang tidak bisa mengakses dan menikmati bangku pendidikan, tapi di sisi lain banyak permasalahan yang menjangkit di dunia pendidikan bangsa saat ini, diantaranya adalah terjadinya kasus kekerasan di tingkat sekolah dasar sampai tingkat atas, banyak siswa yang bolos sekolah dan terjaring razia satpol PP, tawuran dan perkelahian antar siswa sekolah, menyontek saat ujian berlangsung, hingga yang terbaru adalah kasus buku lembar kerja siswa sekolah dasar yang berisikan tentang “istri simpanan”. Sampai di kalangan mahasiswa juga tak kalah ramenya, ada mahasiswa yang terjerat kasus kriminal, kekerasan, tawuran sampai tindakan demo yang berlangsung anarki. Begitulah sekelumit permasalahan yang kerap melanda dan terjadi di dunia pendidikan saat ini. Masalah-masalah tersebut hanyalah sebagian masalah yang tersorot oleh media, mungkin masih banyak lagi polemik-polemik yang lainnya. Masalah demi masalah tak kunjung usai. Apa yang salah dibalik semua ini. Apakah yang salah adalah siswa atau mahasiswanya? Atau salah guru, dosen, atau tenaga pendidiknya? Atau yang salah sistem pendidikannya? Kalau sudah terjadi masalah seperti ini, kerap terjadi spekulasi dan saling mengkambing hitamkan satu sama lainnya. Lantas dimana esensi dan cita-cita luhur yang diinginkan dari pendidikan tersebut. Apakah KPK juga harus turun tangan untuk mengatasi carut marut pendidikan di bangsa ini. Padahal KPK saja sudah cukup banyak dihadapkan dengan kasus-kasus korupsi yang melanda para konglomerat. Sepertinya KPK juga memang perlu turun tangan untuk mengatasi polemik pendidikan bangsa, tapi KPK yang dimaksud disini bukanlah KPK “Komisi pemberantasan Koruspi” melainkan “Konservasi Pendidikan Karakter”. Pendidikan karakterlah yang bisa mengobati semua permasalahan pendidikan tersebut. Seperti yang sudah diamanatkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan karakter mulai dari ‘Ing Ngarso Sung Tulodho’, ‘Ing Madya Mangun Kerso’ dan ‘Tut Wuri Handayani’. Ketiga pesan tersebut sangat dalam sekali maknanya terutama untuk pengembangan pendidikan karakter bangsa saat ini. Karakter yang bermoral dan berakhlak sangat penting untuk diterapkan di dunia pendidikan guna menjadi manusia yang cerdas, berdedikasi tinggi, dan bermartabat. Oleh karena itu konservasi pendidikan karekter menjadi sangat penting untuk mengatasi problematika pendidikan bangsa saat ini. Konservasi adalah upaya untuk melestarikan sesuatu yang baik agar terus menjadi lebih baik. Kata konservasi selama ini lebih sering digunakan untuk menyebut konservasi lingkungan, tapi pada dasarnya kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan bersumber dari pendidikan karakter bagi setiap individu. Dengan karakter yang baik, seseorangpun akan menjadi sadar dan peduli untuk melestarikan lingkungannya. Upaya konservasi pendidikan karakter harus diterapkan sejak mulai usia dini, sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Selain membenahi sistem pendidikannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan yang berbasis karakter, diperlukan juga peran dari semua pihak yang terkait, mulai dari orang tua, guru, dosen, hingga pemerintah. Peran orangtua sangat vital sekali, karena orangtua adalah pihak yang pertama mengajarkan dan mendidik anak tentang pendidikan karakter. Karakter tentang bagaimana berbuat baik dengan orang lain, menghormati yang lebih tua, sopan santun, bertata karma, disiplin di rumah, menjaga kebersihan, membantu orangtua, hingga saling tolong menolong harus sudah diajarkan orangtua sejak usia dini. Kalau orangtua sudah mengajarkan dan sudah melekat pada diri anak tantang karakter-karakter tersebut, ketika anak di sekolah hingga kampus pun akan menjadi terbiasa. Tentunya harus didukung dengan pendidikan dan pelajaran karakter dari guru maupun dosen yang menjadi kunci selanjutnya. Guru dan dosen adalah orang kedua yang mengajarkan tentang pendidikan karakter, beretika yang baik dengan sesama temannya, peduli dengan lingkungan dan teman di sekitarnya, hingga karakter pergaulan yang baik saat siswa mulai menapaki usia pubertas hingga menjelang dewasa menjadi sosok mahasiswa yang mandiri dan tangguh. Satu lagi peran yang sangat penting dalam menunjang pendidikan karakter adalah pemerintah beserta kementerian pendidikan dan dinas pendidikan yang dalam hal ini berperan dalam menerapkan tentang kebijakan tentang sistem pendidikan yang harus menitiberatkan pada pengembangan pendidikan karakter secara terperinci. Apabila langkah-langkah konservasi pendidikan karakter tersebut sudah bisa diterapkan dengan baik maka permasalahan dan polemik yang menjangkit pendidikan bangsa tersebut dapat diatasi dan seharusnya apabila setiap diri siswa sampai mahasiswa sudah melekat karakter yang baik, maka bangsa ini pun akan menjadi bangsa yang berkarakter, dan berwibawa. Pendidikan karakter-ku, pendidikan karakter-mu, pendidikan karakter kita semua, mari kita konservasikan bersama untuk Indonesia lebih baik. Karya essaiku dalam Lomba Essay Airlangga Islamic Book Fair 2012
Saturday, 19 May 2012
Home »
» Konservasi Pendidikan Karakter (KPK)
Konservasi Pendidikan Karakter (KPK)
10:19
No comments
0 comments:
Post a Comment