Friday, 20 July 2012

Meneropong “Indonesia Superpower”: Kita Mampu, Bisa, dan Teyeng


Ini ceritaku, mana ceritamu??? Indonesia itu kaya akan sumberdaya alam yang melimpah sehingga terkenal dengan istilah ‘gemah ripah loh jinawi’, tapi masih banyak permasalahan yang melanda bangsa ini. Pertanyaannya, mampukah Indonesia menjadi negara superpower di masa mendatang? Jawabannya adalah mampu, bisa, dan teyeng (hehe). Saatnya saintis muda berkarya dan berkontribusi untuk bangsa. Tentunya bukan hanya saintis muda saja, tapi semua pemuda dan pemudi Indonesia dari berbagai disiplin ilmu pasti mampu, bisa dan teyeng berperan sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk menyongsong masa emas Indonesia. Mari kita meneropong Indonesia melalui talkshow Indonesia Superpower. Semoga tidak hanya sampai tahu di talkshow saja, tapi yang terpenting adalah kontribusi nyata dalam tindakan kita. Inilah ceritaku saat setelah mengikuti talkshow Indonesia Superpower, semoga bisa menginspirasi.

“Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya” (lirik lagu nasional Indonesia Pusaka) bergema di Balai Sidang UI, Depok pada tanggal 16 Juli 2012 dan dilanjutkan dengan lirik lagu berjudul ‘Kita bisa (Wa e wa e o)’ Yovie and friends - yang dinyanyikan oleh Klub musik VIVA! FMIPA UI “Kita bisa, kita pasti bisa, kita akan raih bintang-bintang. Kita bisa, kita bisa jadi yang terdepan, bersatu bersama dalam satu irama terbang raih kejayaan, kita bisa”. Kedua lagu tersebut mengawali kegiatan talkshow sekaligus membakar semangat nasionalisme para peserta talkshow yang bertemakan “Indonesia Superpower”. Sedikit berbagi cerita inspiratif tentang kegiatan talkshow tersebut, mudah-mudahan bermanfaat dan bisa memotivasi buat para pembaca sekalian.

“Talkshow ini merupakan salah satu rangkaian acara MIPA UNTUK NEGERI 2012 yang diselenggarakan oleh BEM FMIPA UI. Setelah sebelumnya telah sukses juga diadakan Konferensi Ilmuan Muda Indones`ia pada tanggal 13-15 Juli 2012 yang dihadiri oleh mahasiswa mahasiswi dari 24 perguruan tinggi (berjumlah sekitar 230 orang) yang telah memaparkan gagasan dan ide mereka yang kontributif untuk bangsa” begitu papar Ilham dan Eka yang menjadi MC dalam talkshow ini. Dedi Mahardika, selaku koordinator acara MUN 2012 (yang mewakili sambutan ketua panitia) mengatakan event MUN ini diselenggarakan dengan maksud untuk menggali potensi saintis-saintis muda Indonesia untuk mengatasi dan memecahkan permasalahan bangsa yang sangat kompleks. Selain itu dengan hadirnya pembicara yang akan mengisi acara talkshow ini semoga bisa menginspirasi saintis-saintis muda penerus bangsa untuk memajukan sains di Indonesia, tambahnya. Sambutan kedua disampaikan oleh Rivan Triyono, selaku presiden BEM FMIPA UI. “tema yang begitu bombastis dalam talkshow ini yang dihadiri oleh mahasiswa dari ujung Medan sampai Sulawesi, semoga tahun depan bisa dihadiri oleh seluruh perwakilan Indonesia dari Sabang sampai Merauke” papar Rivan dengan semangatnya yang menjulang tinggi. Indonesia memiliki banyak potensi sumber daya alam yang melimpah akan tetapi banyak permasalahan yang harus dipecahkan untuk menuju Indonesia Superpower. Eksistensi pemuda dalam hal ini sangat diperlukan untuk memperbaiki dan menyongsong kemajuan bangsanya, karena pemudalah yang akan menjadi tonggak kepemimpinan selanjutnya, tambahnya. Rivan mengakhiri sambutannya dengan membacakan kalimat penutup berupa sajak perubahan.

Talkshow ini dibagi dalam 2 sesi. Sesi 1 bertemakan: “Indonesia: Menuju Negara Maju Berbasis Sains” dan sesi 2 bertemakan: “Kontribusiku untuk Bangsa”. Sesi pertama menghadirkan pembicara yang luar biasa yaitu Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan (Deputi Kepala Penelitian Dasar dan Terapan, BATAN) dan Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M.Sc (Dosen Biologi Kelautan dan mantan Kepala Departemen Biologi FMIPA UI (2007-2012) yang menggantikan Prof.dr.Usman Chatib Warsa, SpMK, Ph.D (Rektor UI periode 2002-2007) yang berhalangan hadir dalam talkshow ini karena beliau sakit. Sesi pertama ini dipandu oleh moderator yang bernama Faldo Maldini (Ketua BEM UI 2012). Faldo mengawali talkshow ini dengan gaya yang santai agar mudah dipahami dan tidak tegang. Sebelum kedua pembicara maju ke depan, dilakukan pemutaran video yang menceritakan tentang banyaknya permasalahan yang kita hadapi, dan salah satu solusinya adalah dengan sains. Peran sains dapat memecahkan permasalahan tersebut dan Indonesia bisa menjadi negara maju dengan kemajuan iptek dan sains-nya.

Faldo memulai talkshow sesi 1 ini dengan memberikan pertanyaan pertama tentang pandangan sains menurut kedua pembicara tersebut. Pak Anhar Riza Antariksawan mengawali yang pertama menjawabnya. Dengan lugas dan nadanya yang tegas pak Anhar memaparkan bahwa sains secara umum berarti ilmu pengetahuan. Tanpa sains, Negara tidak akan maju. Dengan sains yang kuat akan menjadi Negara yang superpower (seperti Cina, India, dan Rusia). Mereka bisa maju karena didukung dengan kemajuan sains dan ipteknya. “Saintis itu harus gaul, tanpa gaul kita tidak akan bisa maju” tambah beliau. Saintis jangan diam di tempat saja, harus bergaul terutama di level internasional. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4. Sebagai bonus demografi, utang Indonesia pada tahun 2030 udah jatuh tempo. Oleh karena itu peran saintis muda sangat diperlukan untuk menyongsong masa emas pada tahun tersebut. Kini giliran pak Mufti yang berbicara, Pak Mufti mengatakan sains secara umum berarti pengetahuan, ada yang ilmu dasar dan ada yang pengembangan / terapan. Sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara biodiversitas rangking 2 dunia (nomor 1-nya Brazil), dan kelautan kita merupakan nomor 1 di dunia, akan tetapi pemanfaatan atau pun penelitian dalam bidang ini masih jarang. Pak Mufti juga bercerita tentang pengalaman hasil penelitiannya yaitu meneliti antenna pada udang. Awalnya beliau berpikir buat apa penelitian seperti itu? sangat sederhana dan sepertinya tidak bermanfaat. Akan tetapi setelah pergi keluar negeri, ada ilmuan asing yang memberinya acungan jempol terhadap penelitiannya tersebut, karena ternyata penelitian tentang antenna udang tersebut dapat membuka ilmu terapan lainnya yaitu ilmu elektro yang ternyata bisa diaplikasikan untuk dampak yang lebih luas. (Penelitian yang sederhana, tapi bisa menginspirasi bagi ilmu terapan yang lainnya dan membuka wacana kebermanfaatan yang luas-red). Oleh karena itu, mulailah pengembangan sains dengan berkolaborasi sama bidang lain, tambah beliau.

Talkshow semakin menarik dan peserta pun sangat antusias merasakan atmosfir talkshow ini. Faldo kembali berperan sebagai moderator dan mengajukan pertanyaan kedua, kenapa negara-negara besar seperti Cina, India, dan Rusia bisa maju dengan sains? (sebenarnya pertanyaan ini dijawab dulu, tapi sekalian sambung ke pertanyaan ketiga yah-red). Ketiga, bagaimana kita memposisikan diri dan idealnya seperti apa bagi sains di Indonesia? Orientasi pada hasil, bukan pada proses, lantas bagaimana menurut Bapak? Pak Anhar menjawab: saintis harus berkomitmen yang kuat untuk negeri, 3M (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulai sekarang juga), harus gaul dan mau berkolaborasi dengan bidang yang lain. Pendidikan sejak usia dini sangat menentukan arah masa depannya. Kalau anak-anak di luar negeri, mereka belajar langsung dari alam (mengamati, eksplorasi dan diskusi), bukan menghafal. Anak itu harus kreatif dan gaul dengan alam sekitar, papar bapak yang lulusan Perancis ini. Terkait pertanyaan ketiga, pak Anhar mengatakan kita jangan mau yang instan, harus punya roadmap yang jelas (terutama untuk pengembangan sains terapan). Sebenarnya sudah pernah ada roadmap, tapi belum terlaksana dengan baik setiap kali pergantian kepengurusan dalam pemerintah. Sains tidak cukup hanya sampai paper saja, tapi sains harus mendukung teknologi. Jangan hanya pengembangan sains di hulu saja, tapi kembangkan yang hilir juga untuk skala yang lebih besar. Komitmen jangan hanya di awal saja, tapi harus punya long therm komitmen. (Intinya, harus punya roadmap yang jelas dan komitmen jangka panjang-red). Pak Mufti menjawab pertanyaan kedua, harusnya anak-anak di Indonesia sudah diajarkan eksplorasi sejak kecil (bukan hafalan). Sebagai contoh mengumpulkan semut atau nyamuk dan mengamatinya. “Biologi itu bukan hafalan, tapi pengertian” papar dosen Biologi kelautan lulusan Jerman ini. Pak Mufti menambahkan di negara-negara maju anak-anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi. Terkait pertanyaan ketiga, pak Mufti memaparkan sains di Indonesia harus ada roadmap, pembagian dana yang jelas dan pijakan yang jelas juga.

Sesi pertama usai, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Luar biasa sekali antusiasme peserta yang bertanya. Sekitar 15 pertanyaan datang bertubi-tubi. Pertanyaannya pun luar biasa berbobot dan membuat pembicara terkesima mendengarnya. Tapi disini saya tidak akan menguraikan dan menjabarkan pertanyaan satu per satu. Saya hanya akan menguraikan satu kalimat saja: dari pertanyaan yang dilontarkan dan jawaban yang disampaikan pembicara, mari kita aplikasikan dan wujudkan dalam kehidupan kita, take action with your action to build the nation. Usai sudah sesi pertama berakhir, dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan dan MC kembali memegang kendali dan menyampaikan bahwa waktunya untuk ishoma.

Talkshow tidak hanya sampai pada sesi 1 saja, berlanjut pada sesi 2: Kontribusiku untuk Bangsa yang dimoderatori oleh Abdul Karim (Mahasiswa Berprestasi Utama FMIPA UI 2012) dengan pembicara Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono, SpMK, Ph.D (Astronot wanita Indonesia pertama dan merupakan ahli mikrobiologi dari Kedokteran UI) dan Dr. Noviar Andayani, M.Sc (Country Director Wildlife Conservation Society (WCS). Perjuangan Ibu Pratiwi Sudarmono mencapai cita-citanya merupakan pengalaman yang begitu berharga. Beliau telah berhasil mengukuhkan dirinya sebagai salah satu wanita kebanggaan Indonesia dalam perjalanan meraih cita-citanya sebagai astronot wanita Indonesia pertama. Pembicara yang satunya lagi pun tak kalah hebatnya. Dikenal sebagai ilmuwan dan pejuang konservasi bangsa, Noviar Andayani merupakan wanita yang telah berkontribusi besar dalam mengangkat pentingnya isu konservasi untuk melestarikan alam Indonesia. Kedua pembicara yang luar biasa kontribusinya tersebut mengesksplor lebih mendalam mengenai pengalaman, perjalanan hidupnya, perjuangan serta kontribusi yang telah diberikannya untuk bangsa Indonesia. (Waduh, tapi sayangnya pada sesi 2 ini saya tidak bisa mengikuti karena waktu itu saya harus pulang duluan ke Purwokerto untuk kembali lagi ke laboratorium untuk penelitian, jadi tanya saja ceritanya pada yang mengikuti yah, hehehe….). Satu kalimat penutup dalam ceritaku ini, mereka (4 pembicara yang luar biasa kiprah dan kontribusinya untuk bangsa), “mereka saja bisa, mampu dan teyeng, kita pun pasti bisa, mampu, dan teyeng seperti mereka berkontribusi untuk bangsa menuju Indonesia Superpower”.


0 comments: