Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Sunday, 10 November 2013

Semua Bisa Menjadi Penulis


Dua minggu yang lalu saya bertemu dengan pemuda-pemudi hebat dari berbagai penjuru tanah air di Bogor, kali ini saya kembali bertemu dengan wajah pemuda-pemudi generasi penerus bangsa peserta Training Soedirman 1 UKMPR Unsoed. Saya berdiri di sini, di tempat yang penuh sejarah bagi saya. Dulu, disini saya pernah menjadi peserta, paskibra, panitia hingga SC untuk event-event organisasi di tempat ini. Kali ini, saya menjadi pembicara. Berbagi inspirasi dan motivasi tentang pengalaman menulis yang telah saya dapatkan. Kata Ustadz Yusuf Mansur, “semua bisa menjadi pengusaha”. Kalau kata saya, “semua bisa jadi penulis”.


Semua Bisa Jadi Penulis, syaratnya gampang:
Pertama: Menulis...! Kedua: Do Write...!! Ketiga: Uktub..!!! = Tulislah...!!!

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” 
kata Pramoedya Ananta Toer, Novelis Indonesia.

Kenapa sih harus menulis? Jawaban beberapa peserta bervariatif. Apa yang menyebabkan Ahmad Fuadi terkenal dengan karya Man Jadda wajada dalam bukunya “Negeri 5 Menara”?  Kenal  dengan Inspirator Sukses Mulia? Salah satu buku terbarunya berjudul “ON” yang saat ini masuk dalam daftar Top Ten buku terlaris di Gramedia Purwokerto? Iya, betul Pak Jamil Azzaeni namanya. Beliau adalah motivator, trainer, sekligus penulis buku juga. Tahukah kalian dengan Novelis No. 1 Indonesia? Beliau sudah menerbitkan puluhan novel Bestseller dan sudah difilmkan juga, salah satunya “Ketika Cinta Bertasbih”. Betul, Kang Abik atau nama lengkapnya Habiburrahman El-Shirazy. Siapakah  tokoh  ustadz yang terkenal dengan Spiritual Entrepreneur dengan konsep sedekah? Betul, beliau adalah Ustadz Yusuf Mansur, juga telah menulis dan menerbitkan puluhan buku. Tahukah kalian dengan penulis buku-buku parenting dan urusan rumah tangga? Benar, Asma Nadia namanya. Beliau juga telah menerbitkan puluhan buku. Begitu juga dengan Helvy Tiana Rosa, sastrawan dan penulis novel inspiratif. Kenapa mereka semua bisa menulis? bisa menghasilkan puluhan karya tulis? Menerbitkan berbagai macam jenis buku? Apa motivasi kamu untuk MENULIS…???? Buat apa sih MENULIS itu…..????? Coba SIMAK baik-baik video berikut ini:



Gimana, sudah tahu kan manfaat menulis? kenapa harus menulis? Sekali lagi saya katakan “semua bisa jadi penulis”. Terus apa yang mau ditulis? Baik, saya uraikan sedikit macam-macam jenis tulisan yang bisa kamu tulis, yaitu: karya tulis ilmiah, essay, cerpen, novel, artikel, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), surat kabar, dan lain-lain masih banyak lagi. Kalau bedanya apa dari macam-macam tulisan tersebut, bisa dipelajari sendiri yah, hehe. Atau nanti bisa konsultasi langsung dengan saya. Jika ingin menulis salah satu dari jenis tulisan tersebut, coba perhatikan modal utama untuk menulis, yaitu:
1. Niat dan kemauan 
2. Pilih sesuai passion, bakat dan minat 
3. Pilih yang paling disukai 
4. Tekuni dengan sungguh-sungguh 
5. Memiliki ide/gagasan 

Bagaimana caranya menggali ide? Ada banyak sumber untuk menggali ide/gagasan yaitu berdasarkan pengalaman pribadi, media cetak & elektronik, lingkungan sekitar, observasi ke lokasi tertentu, diskusi dan wawancara dengan narasumber/pakar tertentu. 

Bagaimana langkah selanjutnya setelah menemukan ide? Kiat-kiat setelah menemukan ide (khusunya jika mau buat karya tulis atau essay yang akan dilombakan) adalah:
Cari referensi tambahan 
Observasi langsung 
Menyusun outline / map maping 
Segera menulis 
TAKWA (ikuti panduan yang ada  & hindari hal-hal yang tidak sesuai dengan panduan)
Berdiskusi dengan kelompok 
Berkonsultasi dengan dosen pendamping 

Bagaimana cara mengasah kemampuan menulis? sebenarnya caranya sama dengan syarat Semua Bisa Jadi Penulis, yaitu: Pertama: Menulis...! Kedua: Do Write...!! Ketiga: Uktub..!!! = Tulislah...!!! Ini ada sedikit tips tambahan untuk mengasah kemampuan menulis, yaitu:
1. Sering berlatih
Membiasakan diri untuk menulis. Pasti bisa! Pasti Teyeng! Update status aja bisa, berkicau di twitter aja sanggup, mengerjakan laporan praktikum aja gampang, apalagi menulis?

2. Banyak membaca
Seorang penulis pasti tak lepas dari membaca. Membaca dan menulis adalah dua sejoli yang tak bisa dipisahkan. Membaca adalah amunisi yang canggih, senjata yang tepat untuk bisa menulis. Seorang Lisa See lewat tokoh Paman Lu, dalam novelnya berjudul Snow Flower berkata, “Bacalah seribu buku, maka kata-kata akan mengalir seperti sungai”. Membaca yang utama memang dari buku, jurnal, majalah, internet atau bentuk tertulis lainnya. Tapi jika yang tidak suka membaca dalam bentuk buku, bisa lakukan membaca dengan melihat film, membaca situasi atau peristiwa tertentu, membaca lingkungan, membaca travelling dan membaca alam semesta yang begitu luas ini.

3. Bertanya dan berdiskusi dengan teman yang ahli dalam menulis
Belajarlah kepada mereka yang sudah berpengalaman lebih dulu. Minta dikoreksi, dan dibimbing dalam proses penulisannya. Bisa juga dengan membaca karya orang tersebut dan berdiskusi dengannya.

4. Mengikuti lomba menulis (LKTI, essay, dan lain-lain), pilih yang paling disukai dan diminati
Manfaatkan peluang emas jika ada lomba, karena dengan mengikuti lomba kita akan tahu sejauh mana kemampuan menulis kita. Walau masih pemula tidak apa-apa, itu sebagai sarana melatih kemampuan kita. Gagal/kalah tak masalah, namanya aja belajar. Kalau tips dari saya begini: cari lomba sebanyak mungkin, cari yang gratis tapi hadiahnya lumayan gede dan pilih yang paling mudah, paling kita sukai dan paling kita anggap mampu mengerjakannya.

5. Jangan pernah bosan menghadapi kegagalan, nikmati saja prosesnya. 
Karena kegagalan adalah guru terbaik untuk mengevaluasi kekurangan tulisan yang kita tulis. Jika kita gagal/kalah dan tak pernah lolos dalam lomba menulis, jangan sedih, jangan menyerah. Kita evaluasi diri, evaluasi tulisan kita kekurangannya apa. Kembali minta masukan dan saran kepada yang sudah berpengalaman, minta dikoreksi sebelum dikirim ke panitia lomba, banyak baca lagi, ikut workshop/pelatihan tentang menulis, setelah itu action dan teruslah berkarya.


“Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika Anda berhasil, teruslah berkarya. Jika Anda gagal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik, teruslah berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya”
(Michael Crichton, penulis novel “Jurassic Park” )

Tuesday, 5 November 2013

Funtastic Camp 1435 H: “Tafakur Alam”

Maka apakah mereka tidak pernah berjalan di muka bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, atau telinga mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada” (Q.S. Al-Hajj ayat 46)


Melihat diri lebih jauh ke belakang, evaluasi, introspeksi diri. Menyimak hari ini yang penuh dengan kegetiran, kegelisahan, dan tantangan kan ku rajut menjadi kekuatan baru. Menatap diri lebih jauh ke depan, resolusi. Menatap bulan, tutup buku 1434 H. Mari sejenak mengevaluasi diri kita, internal dan eksternal kita. Mengevaluasi ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah kita. Menyambut 1 Muharram 1435 H, sebagai awal recharge kita memetamorfoselfkan  menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Melakukan perjalanan diri. Travelling dan tafakur alam. Mari berfikir sejenak merenungi ciptaan-Nya yang indah ini. Coba perhatikan ayat-ayat dalam Al-Qur’an, begitu banyak seruan pada manusia yang ditujukan kepada kita untuk berfikir: “apakah kamu tidak memikirkan…?”, “apakah mereka tidak berfikir….?”, “apakah mereka tidak merenungkannya…?”, “apakah mereka tidak mengambil pelajaran…?, “agar kamu mengerti”, “agar kamu berfikir”, “jika kamu memahaminya”, “jika kamu berfikir”, “bagi kaum yang berfikir”, dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lainnya. Sudahkah kita memikirkannya…? Memang betul, sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

Bertafakur alam. Meneguk inspirasi, merefleksi diri. Bermuhasabah diri. Bukan sekedar bermalam dan camping di tepian danau atau berkunjung di kawasan bukit yang katanya merupakan daerah tertinggi di Pulau Jawa, bukit Sikunir namanya. Daerah ini terletak di kawasan puncak dataran tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Ternyata banyak juga yang berkunjung dan camping di tempat ini, tepat di malam 1 Muharram 1435 H. Jumlahnya ratusan, bahkan ribuan orang. Berdasarkan informasi dari petugas loket yang saya temui, setiap akhir pekan daerah ini ramai dikunjungi orang-orang (jumlahnya bisa ribuan, kata petugas loket tersebut) baik yang camping atau hanya sekedar melihat sunrise dari atas bukit. Semoga niat mereka bukan hanya sekedar camping, bukan hanya sekedar melihat sunrise, apalagi hanya sekedar senang-senang dan hobi saja. Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.

Aku termenung. Menatap langit tak lagi tampak. Hanya gelap yang terlihat menyisakan satu warna, hitam pekat. Bersama dengan rasa dingin tingkat kutub utara. Dingin yang menusuk hingga ke dasar tulang. Desiran angin membawa butiran kabut tak kunjung berhenti hingga larut malam. Sungguh nikmatnya desiran angin yang berlalu lalang ini, menghampiriku duduk diantara 2 tenda dom. Menyaksikan lilin yang begitu tulus ikhlas menerangi, menjadi pelita dan bahan bakar penyala untuk api unggun, hingga habis tak bersisa lilin itu.

Refleksi diri. Apakah yang sudah saya lakukan selama ini? Apakah sudah berbakti kepada kedua orangtua? Sudahkah membalas semua kebaikan mereka? Apakah yang sudah saya berikan, kontribusikan bagi masyarakat, umat, bangsa dan bumi semesta tempat kita berpijak? Sudahkah beramal terbaik sepanjang hidup ini? Sudahkah beribadah dengan baik? Gimana kabar hatimu, apakah selama ini digunakan untuk merasakan syukur, menghirup sabar? Gimana matamu, sudahkah digunakan untuk membaca dan melihat hal-hal yang baik? Gimana dengan telingamu? Kakimu? Tanganmu? Dan semua anggota badan yang lain, sudahkah digunakan sebagaimana mestinya. Ingat, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.


Usai melintasi perjalanan diri, lanjut dengan perjalanan mendaki tebing bukit Sikunir di fajar yang sunyi. Mengejar melihat sunrise bersama ratusan pendaki lainnya. Sampai juga di ketinggian yang menjulang ini. Menikmati panorama sunrise yang begitu memukau, memancarkan kilau di antara Sindoro, Sumbing dan Merapi. Gunung Slamet pun nampak terlihat dari ketinggian puncak bukit ini. Semerbak angin lembah terasa merasuki pori-pori. Alam semesta Indonesia memang indah dan memukau, tapi yang lebih hebat adalah jika kita bisa senantiasa mensyukurinya dan memikirkannya. Bertafakur. Alhamdulillah wasyukurillah, begitu agung nikmat-Mu ini. Semoga kita bisa senantiasa menjadi hamba yang pandai bersyukur. Aamiin yaa robbal’alamiin.

_Funtastic Camp, Bukit Sikunir Dieng Wonosobo, 1 Muharram 1435 H_
Bersama keluarga besar Rumah Funtastic Purwokerto