Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!
Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)
#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik.
Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.
Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.
Dimana ada rencana (seharusnya) disitu
ada hasil juga. Rencana yang sudah kita rancang sebelumnya, membutuhkan
pembuktian yang nyata, tindakan yang serius, dan pengorbanan yang tak
terhingga. Seberat apapun cobaannya, serumit apapun rintangannya, entah itu
mudah, susah, ringan, berat, atau bahkan menemui banyak onak dan duri dalam
perjalanannya, semua itu harus dilalui dengan penuh semangat, dilakukan dengan
ikhlas, dan diterima denganpenuh kesabaran.
Mau ga mau rencana tersebut akan menemui dua hasil yaitu tercapai atau gagal. Apapun
hasil yang telah kita capai, kita raih, dan kita peroleh itulah yang terbaik
bagi kita. Satu-satunya bentuk apresiasi kita adalah mensyukurinya. Apapun hasilnya,
berhasil atau tidak, maksimal atau kurang, sukses atau gagal, terealisasi atau
tidak maupun hasil-hasil lainnya kita harus mensyukurinya.
# Sebuah pencapaian itu harus disyukuri, apapun
hasilnya.
Belum
lulus dan belum wisuda. Itulah kata-kata yang menjadi kata pamungkas di akhir
tahun 2012. Belum waktunya, insya allah akan lulus dan wisuda juga pada waktu
yang tepat. Telat lebih dari 4 tahun, itulah konsekuensi dan pilihan yang harus
diambil. Bukan maksud untuk menunda kelulusan atau masih betah tinggal di
kampus, akan tetapi karena kondisilah yang mengharuskan seperti itu. Jadi syukuri
apa yang telah terjadi, jangan berkeluh kesah, dan jangan pernah berhenti untuk
senantiasa bersabar, bersyukur dan ikhlas dalam menghadapi semua yang terjadi. Skripsi
oh skripsi, gimana kabarmu? Bertanya pada diri sendiri. Jawabannya pun hanya my self yang tahu dan yang akan
mengeksekusi. Perjalanan KERETA 2012 memang penuh dengan lika liku, banyak
kerikil tajam, duri yang runcing, ombak yang menggelombang dan badai hidup yang
menerjang.
Itulah
capaian yang harus diterima dengan lapang dada, akan tetapi dibalik semua itu
banyak sekali capaian-capaian lain yang hadir dalam hidupku ini yang justru
menjadi pelajaran yang sangat berharga dan pengalaman yang tak akan terlupakan.
Ada yang manis, pahit, hambar, dan aneka macam rasa lainnya, ya begitulah
hidup. Harus disyukuri. Kita memang hanya bisa berencana, tapi walaupun kita
sudah berikhtiar maksimal tapi hasil akhir dari rencana yang telah kita susun
tersebut ditentukan oleh Sang Sutradara kehidupan ini, yaitu Allah SWT. Kita tidak
boleh marah, mengeluh, atau berkeluh kesah jika ketentuan-Nya tidak sesuai
dengan apa yang telah kita rencanakan sebelumnya. Bersyukur, sabar, dan
ikhlaslah atas semua ketetapan-Nya itu.
Berikut ini adalah capaian-capaian
yang yang telah hadir, saya peroleh dan saya dapatkan sepanjang mengarungi
perjalanan bersama KERETA 2012. Capaian tersebut ada yang berupa prestasi
akademik maupun prestasi organisasi, berkunjung ke berbagai tempat, mendapatkan
link/jaringan, dan berbagai pengalaman hidup lainnya yang tak terhitung
banyaknya, karena pengalaman memang
menjadi guru yang terhebat dalam hidup ini. Capaian tersebut adalah sebagai
berikut:
1.Menjadi juara 2 mahasiswa
berprestasi (mapres) tingkat Fakultas Biologi Unsoed tahun 2012
2.Memenangkan beberapa lomba
penulisan dan hingga tahun 2012 telah berhasil menerbitkan antologi buku
sebanyak 6 buku antologi dari hasil lomba tersebut.
3.Menjadi Juara 2 LKTI Nasional dalam
Konferensi Ilmuan Muda Indonesia (KIMI) MIPA Untuk Negeri 2012 untuk kategori
subtema Pendidikan yang diselengarakan oleh FMIPA Universitas Indonesia Depok pada
tanggal 11-17
Juli 2012. Pada kesempatan
tersebut, bertemu lagi dengan teman-teman lama yang seperjuangan ketika LKTI
CS2 Unair 2011 dan YP UGM 2011. Berkunjung juga ke kota lama Jakarta, museum
BI, museum Fatahillah, dan tentunya bertemu dengan mahasiswa dari berbagai
kampus se-Indonesia yang luar biasa semangat dan karyanya. Waktu itu bersama
dengan adik-adikku yang baru kali ini mereka pertama kalinya mengikuti event
tingkat nasional. Mereka adalah Ucup, Ilham, dan Ryan.
4.Mendapatkan penghargaan sebagai “Pengurus
Terbaik” dalam acara Pengurus Award UKKI Unsoed Periode 2011-2012 pada tanggal
27 November 2012.
5.Menjadi Pembicara tentang Motivasi
Menulis dalam agenda Training Soedirman I UKMPR Unsoed pada tanggal 20 Mei 2012
6.Menjadi pembicara Workshop PKM
(Program Kreativitas Mahasiswa) UKMI Fakultas Biologi Unsoed dalam agenda INDIGENUS
2012 pada tanggal 29 September 2012.
7.Menjadi Pembicara dalam Bedah
Karya Tulis dan Teknik Penggalian Ide acara Soedirman Science School UKMPR
Unsoed pada tanggal 10 November 2012
8.Menjadi Pembicara tentang motivasi
menjadi mapres dan berbagi pengalaman menulis dalam acara Paper Empire Unit
Penelitian Ilmiah (UPI) Fakultas Biologi Unsoed
9.Menjadi Pembicara dalam Pelatihan
Kesekretariatan Tahun 2012 yang diadakan oleh Racana Soedirman Unsoed.
10.Menjadi Tentor dalam Mentoring Mahasiswa
Unsoed 2012
11.Menjadi Dewan Riset dalam
kepengurusan UKMI Fakultas Biologi Unsoed periode 2012
12.Menjadi Sekretaris Umum dalam
kepengurusan UKKI Unsoed periode 2012
13.Menjadi Staf Keilmuan dan Kajian
Strategis BPP IKAHIMBI Periode 2011-2013
14.Menjadi Asisten Praktikum Apikultur
Fakultas Biologi Unsoed 2012
15.Menjadi dewan juri dalam Gebyar
Kreasi Cerpen Tingkat Nasional (GKCTN) ke-2 tahun 2012 yang diselenggarakan
oleh UKKI Unsoed.
16.Backpacker dan berburu buku ke
Yogyakarta dalam acara Pesta Buku Jogja 2012 “Jogja Itoe Boekoe” tanggal 2-3
Februari 2012 di Gedung Mandala Wanitatama Yogyakarta, setelah itu mampir juga
ke kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan dilanjutkan ke GOR UNY dalam acara
Islamic Book Fair 17th. Paling seneng kalau ketemu dengan buku-buku
yang bagus-bagus dan berkualitas. Akan tetapi karena kondisi kantong saku
terbatas, akhirnya dari kedua tempat tersebut hanya bisa membawa pulang 11
jenis buku beraneka macam dengan harga yang variatif. Bukan sekedar jalan-jalan,
tapi menimba ilmu juga dari buku, hehe. Waktu itu bareng Faisal Anggi Pradita
(ade kelas).
17.Mengikuti acara Muskernas Badan
Pengurus Pusat Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (IKAHIMBI) di Universitas
Jember pada tanggal 11-13 Februari 2012. Pengalaman yang luar biasa bertemu
dengan biolog muda dan calon ilmuan masa depan dari berbagai kampus di
Indonesia, seperti Papua, Banjarmasin, Palu, Ambon, Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, dan lain sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Yang
jelas warna warni almamater berkumpul disini. Waktu itu bareng mas Taruna
Septiaji kesananya.
18.Ke Jogja lagi pada tanggal 14
September 2012 bersama teman-teman keluarga besar asisten Mikrobiologi, laboran
dan dosen Fabio Unsoed dalam acara Studi Banding ke Wanagama Fakultas Kehutanan
UGM, mengunjungi Pameran, Bazar, dan Lomba dalam Rangka Peringatan Hari Pangan
Se-Dunia (HPS) XXXII di Gedung Mandala Wanitatama Yogyakarta dan dilanjutkan ke
Malioboro.
19.Tepat seminggu kemudian kembali ke
Jogja lagi pada tanggal 22 September 2012, sebagai duta perwakilan mahasiswa
Fabio dalam rangkaian acara Dies Natalis Unsoed ke-49 yang diadakan Unsoed
yaitu dengan berziarah ke makam panglima besar Jenderal Soedirman di makam
pahlawan Yogyakarta dan bersilaturahmi dengan anaknya sang jenderal yaitu, H.M.
Teguh Soedirman. Dilanjutkan dengan berkunjung ke Malioboro dan benteng Vredeburg
Yogyakarta.
20.Berkunjung ke berbagai kampus di
kota Tegal dan sekitarnya dalam acara pembagian undangan dan silaturahmi acara
FSLDKD 2012
21.Bertemu dengan salah satu tokoh
penulis hebat di Tegal yang menjadi direktris Puput Happy Publishing yaitu mba
Puput Happy atau Futicha Turisqoh.
22.Menemani, mengenal dan bertemu
dengan beberapa tokoh nasional dan pembicara profesional dalam beberapa agenda
yang diselenggarakan oleh UKKI Unsoed, yaitu:
a)Habiburahman El-Shirazy atau kang
Abik (penulis dan novelis nasional) dalam acara bedah buku Cinta Suci Zahrana
dan GKCTN 2 UKKI Unsoed
b)Ustadz Ferry Noor (ketua KISPA
Indonesia) dalam acara FUSI MABA UKKI 2012
c)Ustadz Fatan Fantastik (trainer
dari Yogyakarta) dalam agenda GO Mentoring 2012
d)Bapak Drs. Imam
Gunawan, M. AP (Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda Kementerian Pemuda dan
Olahraga (KEMENPORA) RI dalam FSLDKD XVI 2012
e)Bapak M. Ilyas,
Lc (ketua KAMMI Pusat) dalam agenda FSLDKD XVI 2012
f)Ustadz Ahmad
Lukman, S.Pd.I dari KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina) dalam agenda FSLDKD
XVI 2012
g)Tim Nasyid IZZIS
dalam agenda FSLDKD XVI 2012
h)Mas Novel dan
Mas Putra (Trainer ESQ) dalam agenda ESQ for Dhuafa kerjasama dengan Yayasan
Salsabila Purwokerto
i)Akh
A’la Dzunnuroin, juara 1 GKCTN (dari LIPIA Jakarta) dan Akh Muzaki Bashori,
juara 3 GKCTN (dari UNNES Semarang) dalam acara bedah buku GKCTN UKKI Unsoed
j)Bapak
Edi Santoso (Redaktur Pelaksana majalah Tarbawi) dalam acara bedah buku GKCTN
UKKI Unsoed
Ketika
usaha kita maksimal, hasilnya pun akan maksimal. Walau menjadi humas dadakan, atau menjadi orang yang
dituakan (SC) dalam beberapa event tersebut ternyata itu semua membuka banyak
akses jaringan dan kemitraan yang begitu besar manfaatnya bagi saya, inilah
kuliah kehidupan yang saya dapatkan ketika mengenyam kuliah di bangku
organisasi dalam barisan aktivis dakwah kampus.
23.Bertemu dengan Direktur
Tempo-Institute, Ibu Mardiyah Chamim dalam acara Workshop sehari menulis essay
di Auditorium Faperta Unsoed
24.Bertemu dengan Presiden Taman Baca
Masyarakat (TBM), bapak Gol A Gong di Ruang kuliah I jurusan Sastra Indonesia
FISIP Unsoed
25.Menjadi Steering Comitee (SC)
dalam agenda Rakordwil BPW IKAHIMBI Jawa 2 wilker Jateng-DIY yang berlangsung
di Fakultas Biologi Unsoed dan Wisma Wijayakusuma Baturaden. Alhamdulillah banyak
yang datang peserta perwakilan dari 11 universitas yang ada di Jateng-DIY.
Demikianlah
sekilas tentang sebuah capaian selama tahun 2012 yang tentunya tidak semudah
membalikkan telapak tangan dalam mencapai apa yang sudah direncanakan
sebelumnya. Beberapa capaian di atas hanyalah segores yang tercapai menjadi
benih-benih pengalaman yang berharga, dibalik semua itu masih banyak pula
kegagalan ataupun sesuatu yang belum tercapai dari apa yang sudah direncanakan.
Capaian yang berbuah tentunya tidak berhenti sampai disini saja, tapi harus
ditingkatkan kembali syukurnya, maksimalkan kembali usaha dan ikhtiarnya,
semangatnya harus terus berkobar, sabar harus terus menyala, dan ikhlas tidak
boleh padam. Bersiap segera menyongsong masa pasca kampus lulus S1. Harus lebih
baik lagi….!!! Menjadi pengajar sekaligus pendidik bagi generasi selanjutnya
adalah sebuah cita-cita yang harus diperjuangkan. Entah itu menjadi guru,
dosen, ustadz, atau penulis, dan yang pasti adalah menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat dimanapun berada.
Resolusi
ialah ketetapan hati, kebulatan tekad untuk mengambil sikap, melakukan
tindakan, serta menunjukkan perilaku baru yang berbeda dengan yang sudah-sudah.
Lazimnya yang baru ini lebih baik daripada yang dulu (itulah definisi ‘resolusi’
yang ada di buku antologiku yang ke-2 berjudul “Resolusi Hebatku”). Berbicara resolusi
adalah berbicara diri sendiri mengenai masalah hati, tekad, kemauan, dan
cita-cita. Muhasabah diri atas apa yang telah kita dilakukan, evaluasi secara
mendalam dengan penuh konsentrasi, introspeksi diri atas apa yang telah kita
lakukan selama ini, dan merancang kembali target-target yang akan kita raih.
Apakah yang sudah kita lakukan selama 1 tahun terakhir lebih baik dari
tahun-tahun sebelumnya? 1 tahun yang lalu, 1 bulan yang telah lampau, 1 minggu
yang telah lewat, dan 1 hari kemarin yang telah pergi? Apakah sudah lebih baik?
Atau bahkan mengalami penurunan? Mari kita sama-sama bermuhasabah diri.
Berbicara
resolusi erat kaitannya dengan yang namanya sabar, syukur, dan ikhlas (atau
disingkat SSi). Beda halnya dengan SSi atau Sarjana Sains, walau sekarang masih
menjadi calon SSi, hehe (Insya Allah gelar tersebut pasti akan datang pada
waktu yang tepat, amin!). Sabar, Syukur, dan Ikhlas memang berat dan banyak
tantangannya, tapi itulah yang harus kita lakukan. Ketiganya selalu datang
beriringan menemani kita di saat cobaan datang, masalah menerka, dan
hambatan-hambatan kerikil tajam datang menerjang kita. Semoga sabar senantiasa
berkobar, syukur senantiasa menjamur, dan ikhlas senantiasa menghiasi hati
kita. Amin yaa robbal’alamin. Betapa banyak nikmat-nikmat Allah yang telah
diberikan kepada kita, nikmat sehat, nikmat iman, nikmat islam, nikmat ihsan, dan
berjuta-juta nikmat lainnya yang tak bisa kita hitung banyaknya bagaikan buih
di samudera. Apakah kita sudah mensyukurinya??? Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang
kamu dustakan……??? (Fa-biayyi Aalaa'i Rabbi kuma tukadzdziban, diulang-ulang sebanyak 31 kali dalam surat
Ar-Rahman). “Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan,
‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih”
(QS. Ibrahim: 7).
Berbicara
resolusi tak terlepas juga dari apa yang dibutuhkan oleh jasadiyah, ruhiyah,
dan fikriyah kita. Semuanya harus diisi dan diupgrade secara seimbang. Karena tubuh
kita perlu energi, hati juga perlu nutrisi, dan pikiran pun perlu materi. Mari kita
sama-sama senantiasa mengupgrade diri, hati, dan pikiran kita, serta yang
terpenting adalah mari sama-sama kita meningkatkan derajat ketakwaan kita. Jadi
teringat dengan kata-katanya pak presiden RI yang ke-3 bahwa “yang membedakan manusia
bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat ketakwaannya dan kemampuan pribadinya
utk berbuat mulia bagi masyarakat dan bangsanya”. Itulah kata-kata pak
Habibie dalam bukunya yang berjudul “Habibie & Ainun”. Maklum lagi booming
filmnya pada akhir tahun 2012 kemarin, hehe.
Berbicara resolusi biasanya saling berhubungan dengan
tahun baru. What..??? Why…??? Tahun baru Hijriyah atau tahun baru Masehi? Tahun
baru pasti rame yah??? Tapi kenapa tahun baru masehi lebih rame dibandingkan
tahun baru hijriyah? (pasti tiap orang jawabannya beda-beda). Eits, tapi jangan
dilihat ramenya. Lihatlah esensi dari resolusi itu sendiri. Lantas, apa sih
spesialnya tahun baru, kok malah pada rame-rame menuju pusat keramaian? Alun-alun?
Dan tempat-tempat yang menjadi titik keramaian lainnya? Apa yang dicari disana?
Kesenangan, hura-hura, suara terompet, kembang api atau hanya sekedar
refreshing??? Alhamdulillah hujan turun sejak sore hingga malam hari menjelang
pergantian tahun 2012 menuju tahun 2013. Semoga membawa berkah bagi bumi pertiwi
Indonesia yang memiliki 3 perbedaan waktu ini (WIT, WITA, WIB). Tapi, kenapa
masih banyak saja yang rela hujan-hujanan datang kesana? Saya sendiri tidak
tahu jawabannya apa. Yang tahu jawabannya adalah mereka yang datang kesana,
karena itu adalah hak mereka. Okelah kalo begitu sampai disini saja, lain kali
kita bahas lagi yow. Kembali ke resolusi.
Bersambung dulu………….!!!! Masih ada kelanjutannya. Tunggu
episode selanjutnya y
Pendidikan itu ibarat sebuah pepohonan (tanaman)
yang hijau. Ia mampu menampung oksigen, menyerap polusi, menghasilkan energi
dan menjadi produsen bagi organisme yang ada di sekitarnya. Begitu juga dengan
pendidikan yang merupakan oksigen bagi kemajuan karakter anak bangsa, menjadi
energi bagi generasi muda untuk meneruskan cita-cita bangsa, dan menjadi
produsen dalam mencetak para pemimpin
yang tangguh dan berwibawa. “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu” begitulah kata-kata hebat ini tertuang
dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Sisdiknas No. 23 Tahun 2003. Akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak anak bangsa yang belum bisa merasakan bangku
pendidikan secara maksimal. Sebagaimana yang dialami oleh anak-anak jalanan di
Kampung Sri Rahayu, Purwokerto Selatan. Padahal mereka juga statusnya sama
yaitu warga negara Indonesia dan menjadi generasi penerus bangsa.
Kampung Sri Rahayu atau yang dikenal dengan istilah
“Kampung Dayak” merupakan sebuah kampung yang terletak di Kelurahan
Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Kampung ini
terletak di tengah-tengah perkotaan kota Purwokerto, tepatnya di belakang taman
kota “Andhang Pangrenan” (dulunya menjadi terminal lama Purwokerto). Mayoritas penduduk
kampung ini adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang sangat
kompleks, lingkungannya kumuh, ekonomi lemah, dan tingkat pendidikan yang
rendah. Secara fisik lingkungan
kampung ini terlihat kumuh dan kurang teratur, kondisi MCK yang kurang layak,
serta kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Secara sosial dan ekonomi
masyarakatnya berada di garis perekonomian lemah dan tergolong masyarakat
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti pengamen, anak jalanan,
pengemis, PSK, waria, dan pengangguran. Sebagian besar masyarakat kampung ini
merupakan pendatang dari kota lain dan sangat jarang sekali orang asli
Purwokerto sendiri mengetahui tentang kondisi sosial dan permasalahan yang ada
di kampung ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui secara detail
tentang kondisi masyarakat kampung Sri Rahayu ini. Padahal kampung ini pernah
didatangi oleh tokoh-tokoh nasional dari Jakarta, bahkan tokoh dari PBB pun pernah
mengunjungi kampung ini, akan tetapi permasalahan yang ada belum terpecahkan (Data
observasi1 dan wawancara dengan Pak Musafa2).
[1]
Observasi dilakukan langsung di Kampung Sri Rahayu Purwokerto
2
Pak Musafa merupakan Pembina Yayasan Sri Rahayu Purwokerto
Anak jalanan di Kampung
Sri Rahayu (Kampung Dayak), Karangklesem, Purwokerto Selatan memiliki
permasalahan sosial yang sangat kompleks dan tingkat pendidikan mereka masih
rendah. Anak-anak ini sebagian besar berprofesi mengikuti
jejak orangtuanya secara turun temurun. Sejak kecil anak-anak ini sudah
diajarkan orangtuanya untuk mencari uang sebagai anak jalanan dengan cara
menjadi pengamen maupun pengemis. Padahal seharusnya usia anak-anak adalah
masa-masa untuk mendapatkan pendidikan dasar, bermain, bersenang-senang, dan
bersuka ria. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Musafa, anak jalanan di Kampung Sri Rahayu berjumlah
sekitar 200 anak yang berusia 2 tahun sampai 17 tahun. Jumlah ini berubah-ubah
dan cenderung mengalami peningkatan karena adanya anak jalanan yang merupakan
pendatang dari kota maupun daerah lain. Anak jalanan di kampung ini terbagi
atas dua macam, yaitu anak jalanan yang turun di jalan (pengamen) dan anak
jalan yang tidak turun ke jalan (masih bisa bersekolah). Anak jalanan yang
turun ke jalan (pengamen) jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak
turun ke jalan. Dari jumlah 200 anak jalanan yang ada, hanya 20 persen saja yang
bisa mengenyam pendidikan sekolah dasar sampai lulus SD, sebagian mengalami
putus sekolah atau drop out sehingga
tidak sampai lulus SD, dan sisanya lagi tidak bersekolah sama sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan anak jalanan di kampung ini masih sangat
rendah. Faktor utama yang menjadi penyebab terhambatnya proses pendidikan anak
jalanan ini adalah kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua mereka.
Orangtua beranggapan pendidikan itu tidak penting dan yang terpenting adalah
mencari uang dengan jalan mengamen atau meminta-minta. Pak Musafa menambahkan
bahwa orangtua mereka hanya berperan sebagai orangtua biologis (yang melahirkan
anaknya) saja, akan tetapi orangtua tersebut secara psikis (kejiwaan) kurang
merasa memiliki dan membina anak mereka dengan baik.
Penanganan anak jalanan
di Kampung Sri Rahayu sudah beberapa kali dilakukan oleh beberapa pihak
terkait, seperti pemerintah setempat dan LSM, akan tetapi upaya tersebut masih
belum memecahkan permasalahan pendidikan di kampung ini. Menurut Anggrayni3
(2009) upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang di
Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak) antara lain mengadakan perkumpulan remaja,
kerja sama dengan LSM Biyung Emban, melakukan himbauan kepada warga. Akan
tetapi upaya tersebut kurang optimal karena rendahnya kesadaran anak jalanan,
kurangnya partisipasi orang tua dan warga, kompleksnya permasalahan dan
dampaknya.
3Anggrayni, R. 2009. Perilaku
Menyimpang Anak Jalanan Kampung Sri Rahayu Purwokerto. Skripsi. Jurusan Sosiologi FISIP Universitas
Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Sosok Pak Musafa
merupakan tokoh yang luar biasa berjasa dalam penanganan pendidikan di kampung
Sri Rahayu, beliau merupakan lulusan STAIN Purwokerto. Padahal beliau adalah
asli dari Cilacap, akan tetapi setelah menikah beliau memilih untuk mendirikan
tempat tinggalnya di Kampung Sri Rahayu dengan alasan ingin merubah kondisi
kampung Sri Rahayu menjadi lebih baik. Tekad dan semangat Pak Musafa tak pernah
menyerah, walau menghadapi berbagai macam kendala dan rintangan dari masyarakat
sekitar beliau tak pernah goyah hingga jiwa dan raganya pun menjadi taruhannya.
Terbukti beliau masih bertahan sampai sekarang dan telah berhasil mendirikan
Yayasan Sri Rahayu Purwokerto dan menjadi Pembina yayasan tersebut. Menurut Pak
Musafa, upaya yang pernah dilakukan pemerintah setempat (Dinas Sosial) untuk
mengatasi masalah anak jalanan belum bisa mengatasi masalah anak jalanan secara
tuntas, karena hanya dibekali dengan pelatihan saja tapi tidak ada pembinaan
secara intensif. Sehingga setelah selesai pelatihan itu anak jalanan kembali
pada profesi sebelumnya yaitu pengamen atau pengemis. Oleh karena itu, usaha yang dilakukan oleh Pak
Musafa melalui Yayasan Sri Rahayu adalah dengan membentuk sebuah Pesantren “Tombo
Ati” sebagai tempat untuk pembinaan agama dan spiritual anak jalanan. Akan
tetapi hal ini mengalami kendala, yaitu kurangnya tenaga pengajar dan tantangan
yang dihadapi semakin kompleks. Pak Musafa hanya dibantu oleh adiknya dalam
mengelola yayasan dan pesantren “Tombo Ati” ini.
Melihat kendala dan
perjuangan yang dihadapi oleh Pak Musafa, aktivis mahasiswa dari Unit Kegiatan
Kerohanian Islam (UKKI) Unsoed berinisiatif untuk ikut mengelola dan menjadi
bagian dalam mengajar dan membina anak-anak jalanan tersebut. Kegiatan ini
sudah berjalan sejak bulan Maret 2012 hingga sekarang. Di tengah-tengah
padatnya aktivitas perkuliahan, relawan pengajar dari UKKI Unsoed ini akhirnya
membentuk manajemen sendiri dalam mengelola, membagi, dan mengajar anak-anak
jalanan ini. Bahkan relawan pengajar tidak hanya dari Unsoed saja, akan tetapi
beberapa relawan dari masyarakat sekitar Banyumas pun ikut ambil bagian dalam
menjadi pengajar di pesantren ini. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
kepada anak-anak jalanan ini tidak hanya mengajarkan huruf-huruf hijaiyah saja
berupa Iqro4, akan tetapi
diberikan juga pembelajaran mengenai akhlak, akidah, dan sejarah tentang
keislaman. Metode yang diterapkan dalam pengajaran adalah berupa nyanyian,
tepuk tangan, cerita-cerita inspiratif, dan permainan karena melihat sisi
psikologis anak-anak tersebut. Kegiatan ini dilakukan setiap sore hingga
menjelang maghrib sesuai dengan jadwal masing-masing pengajar.
4Iqro’
adalah buku berjilid yang digunakan
untuk mengaji
Banyak kendala dan
rintangan yang dihadapi dalam proses pendidikan belajar mengajar bagi anak jalanan
di kampung ini, terutama masalah dana karena relawan pengajar ini tidak digaji
dan tidak mendapat sokongan dana dari pihak manapun. Hanya dibutuhkan kesabaran
dan keikhlasan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui anak jalanan ini. Kesabaran
yang ekstra dalam hal membina dan mengajar sangat diperlukan karena karakter
anak jalanan yang agresif berbeda dengan karakter anak-anak pada umumnya.
Terkadang ada kalanya mengajar harus penuh dengan kelembutan dan kasih sayang
yang tinggi agar anak jalanan tersebut simpatik dan mau ikut kegiatan ini, akan
tetapi perlu juga sikap yang tegas dan penuh pengertian manakala anak jalanan
tersebut susah diatur. Setidaknya usaha seperti inilah yang bisa dilakukan
untuk mengatasi pendidikan bagi anak jalanan, mengubah karakter mereka ke arah
yang lebih baik dan mengarahkan mereka menuju kehidupan yang lebih layak lagi
dibandingkan kehidupan sebelumnya. Kesabaran dan keikhlasan ini pun akhirnya
menghasilkan sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi anak-anak pesantren
“Tombo Ati”, yaitu tim TPQ Tombo Ati berhasil mendapat juara 2 dalam Lomba
Cerdas Cermat TPQ se-Purwokerto Utara pada bulan Agustus 2012 kemarin.
Setidaknya inilah hasil jerih payah yang telah diajarkan oleh para relawan
pangajar dalam mendidik anak-anak jalanan ini.
Model
pendidikan alternatif bagi anak jalanan berupa pesantren “Tombo Ati” ini semoga
terus berlanjut sampai benar-benar tuntas mengatasi masalah yang dihadapi anak
jalanan di kampung Sri Rahayu ini. Sehingga mampu mengubah kampung ini menjadi
kampung yang berwibawa, bermartabat, dan menuntaskan semua permasalahan yang
ada di kampung ini. Karena hanya dengan pendidikan yang baiklah karakter
seseorang bisa dirubah walau harus membutuhkan waktu yang lama. Model
pendidikan alternatif seperti ini juga bisa menjadi acuan dalam pengembangan
pendidikan alternatif bagi anak jalanan di daerah yang lain pada khusunya dan
diharapkan mampu menghijaukan pendidikan di Indonesia pada umumnya. Hijau,
seperti hijaunya pepohonan yang hijau lebat bak permadani yang terhampar luas.
Sampah itu masalah.
Sampah itu limbah. Sampah itu “habis
manis sepah dibuang”. Begitulah nasib yang dialami sampah hingga saat ini. Sampah
divonis sebagai terdakwa dalam setiap kasus pencemaran lingkungan. Padahal
sampah tidak muncul dengan sendirinya. Adanya sampah adalah akibat dari
aktivitas manusia. Manusialah yang menyebabkan sampah itu ada. Mencemari
lingkungan, menimbulkan polusi dan menyebabkan banjir itu juga semata-mata
bukan karena sampah, tapi karena ulah beberapa oknum manusia yang berbuat
semena-mena terhadap sampah, membuangnya secara sembarangan, dan kurangnya rasa
kepedulian dalam pengelolaan sampah.
Terkadang manusia tidak
menyadari bahwa setiap hari pasti manusia itu menghasilkan sampah, baik sampah
organik maupun anorganik. Sebagai contoh masalah sampah yang dihasilkan oleh
mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman, yang bertempat tinggal di daerah
Kelurahan Karangwangkal dan Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara. Dalam
satu hari seorang mahasiswa makan di warung sebanyak 3 kali dan dibungkus, artinya
dalam satu hari minimal menghasilkan 3 buah sampah plastik kresek dan 3 buah
kertas pembungkus nasi. Total ada 6 buah sampah yang dihasilkan. Jika total mahasiswa
yang berada di kedua kelurahan ini berjumlah 20.000 mahasiswa, maka jumlah
sampah minimal yang dihasilkan adalah 6 x 20.000 = 120.000 sampah/hari. Ini
hanya baru jumlah minimal dari sampah plastik kresek dan kertas pembungkus nasi.
Belum sampah-sampah yang lainnya seperti kertas, botol, plastik, pembungkus
detergen, pembungkus sabun, dan sampah-sampah lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat
dan warga sekitar. Ternyata tempat-tempat penampungan sampah setiap hari penuh
dengan aneka macam jenis sampah. Ini baru di dua kelurahan yang ada di Purwokerto
Utara. Belum lagi di kelurahan lain, kecamatan lain, atau bahkan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel. TPA Gunung Tugel yang merupakan
satu-satunya TPA untuk menampung sampah yang ada di wilayah Purwokerto.
Ternyata Volume sampah yang dibuang ke TPA ini mencapai kurang lebih 325 m3
per hari. Jumlah itu belum termasuk sampah yang dibuang di sembarangan tempat
sekitar permukiman warga. Dari total volume sampah sekitar 325 m3
tersebut, baru 65 persennya yang tercover dan ditampung di TPA. Sedangkan
sisanya sekitar 125 m3 dibuang di sekitar tempat tinggal warga
(Suara Merdeka, 2010)1.
1Suara Merdeka. 2010. Volume Sampah
Warga Purwokerto Capai 325 m3.Diakses di http://suaramerdeka.com
Sampah yang menumpuk di
TPA Gunung Tugel pun belum menyelesaikan masalah secara tuntas karena
menimbulkan dampak lain bagi warga sekitar yaitu mencemari lingkungan,
menimbulkan bau tak sedap, dan menimbulkanpenyakit. Lagi-lagi sampah selalu menimbulkan masalah tanpa memandang
kompromi. Oleh karena itu diperlukan usaha lain untuk mengatasi masalah sampah
tersebut agar tidak menimbulkan masalah bagi yang lainnya. Tak selamanya sampah
itu berstatus sebagai masalah. Bukan pula limbah. Akan tetapi sampah itu bisa
menjadi “habis sepah dibuang, berkah pun
datang”. Sebagaimana yang dilakukan oleh Koperasi “Babe” yang berada di
Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara. Koperasi pada umumnya menjual
dan mengelola barang-barang yang masih baru, utuh, dan bersih, dan rapi. Akan
tetapi Koperasi “Babe” malah mengelola barang-barang bekas, sampah, rongsok, dan sisa-sisa barang yang sudah
rusak.Sistem yang digunakan dari
koperasi ini pun sama dengan koperasi-koperasi pada umumnya yaitu mensejahterakan
anggota-anggotanya, karena keuntungan yang didapatkan dibagi rata untuk semua
anggota-anggotanya.
Koperasi “Babe” merupakan sebuah koperasi yang
terletak di Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara. Koperasi ini
didirikan pada tahun 2009 atas bantuan dana salah seorang warga yang peduli
dengan lingkungan sekitarnya. Pada awalnya dana koperasi ini masih menggunakan
dana pinjaman dari orang tersebut, akan tetapi sekarang semua dana pinjaman
tersebut sudah terlunasi dan kini keuntungan dana koperasi bisa dirasakan oleh
semua anggotanya. Koperasi “Babe” ini sekarang sudah 3 tahun berjalan dengan
anggotanya berjumlah 235 orang yang terdiri atas anggota tetap dan para
pemulung. Istilah “Babe” disini merupakan singkatan dari “Barang Bekas”. Koperasi
ini menerima semua jenis sampah atau barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan
atau didaur ulang lagi seperti botol bekas, kaleng, besi, sandal bekas, kertas,
koran, plastik, dan barang bekas lainnya dengan harga yang bervariatif
tergantung jenis barang tersebut. Berdirinya koperasi ini tak lepas dari peran
sosok yang sangat berjasa yaitu Pak Arif Sriyanto (ketua koperasi “Babe”). Selain
sebagai ketua koperasi pak Arif juga bekerja sebagai tukang cukur rambut
sebagai usaha tambahannya. Berkat koperasi ini Pak Arif telah berhasil
mensejahterakan ratusan anggotanya yang sebagian besar merupakan pemulung
sampah yang ada di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Karangwangkal dan Kelurahan
Grendeng (Berdasarkan data observasi2
dan wawancara dengan Pak Arif Sriyanto3).
2 Observasi
dilakukan langsung di Koperasi “Babe” Grendeng, Purwokerto Utara
3 Pak Arif
Sriyanto merupakan ketua Koperasi “Babe” Grendeng, Purwokerto Utara
Koperasi “Babe” ini pula merupakan
satu-satunya koperasi di kota Purwokerto yang mengelola sampah dan
barang-barang bekas. Keberhasilan dan kemajuan koperasi ini tak lepas dari
peran berbagai pihak yang bekerja di koperasi ini. Selain Pak Arif, sosok yang
berjasa lainnya dalam penanganan masalah sampah ini adalah petugas pengangkut
sampah dan para pemulung yang selama ini telah menyelesaikan masalah sampah-sampah
tersebut. Setiap pagi sejak pukul 5.30 WIB petugas pengangkut sampah ini
berkeliling dengan gerobaknya dari satu tempat penampung sampah ke tempat
penampung sampah yang lainnya secara rutin. Sungguh luar biasa jasa petugas
ini, walau bau sampah yang menyengat dan kotor, tapi tak pernah mengurangi rasa
semangatnya untuk mengais sampah-sampah tersebut. Satu lagi sosok yang berjasa
dalam mengatasi sampah-sampah tersebut adalah para pemulung sampah yang bekerja
mulai siang hari hingga sore hari. Para pemulung ini berkeliling mengambil
sampah-sampah yang sekiranya masih bisa dimanfaatkan. Para pemulung sampah ini
terdiri atas anak-anak usia remaja yang putus sekolah, bapak-bapak, dan ibu-ibu
dari kalangan keluarga yang tidak mampu. Mereka memulung serpihan-serpihan
sampah yang bernilai rupiah itu di sepanjang Kelurahan Karangwangkal, Kelurahan
Grendeng, hingga seputar kampus Universitas Jenderal Soedirman. Setelah
sampah-sampah dan barang bekas itu terkumpul di Koperasi “Babe”, sampah
tersebut dipilah-pilah dan akhirnya dijual ke pengepul yang lebih besar. Karena
sudah ada kepercayaan, para pengepul pun datang sendiri ke Koperasi “Babe”
untuk mengambil dan membeli barang-barang tersebut untuk didaur ulang. Para
pengepul ini ada yang berasal dari dalam kota dan ada pula yang dibawa keluar
kota Purwokerto.
Melalui Koperasi “Babe”
inilah pak Arif dan para pemulung sampah ini memenuhi kehidupannya. Berawal
dari sampah menjadi berkah bagi kehidupan dan masa depan mereka. Atas jasa
mereka pula sampah tak menjadi masalah. Mereka inilah sosok manusia yang telah
menjadikan kota Purwokerto menjadi lebih asri dan indah. Mereka pula yang telah
mengubah sampah menjadi berkah bagi kehidupan mereka. Koperasi “Babe” telah
membuktikan bahwa sampah atau barang bekas bukan lagi menjadi masalah, bukan
pula limbah yang mencemari lingkungan, akan tetapi menjadi berkah yang
menyinari kehidupan mereka dan menjadikan lingkungan mereka menjadi lebih hidup
tanpa masalah sampah yang berarti. Koperasi “Babe” merupakan langkah yang nyata
dari sebuah kelompok yang peduli untuk melestarikan lingkungan mereka dan
menyadarkan kita untuk ikut serta dalam rangka menghijaukan Indonesia yang
asri. Kita pun bisa mengikuti jejak seperti mereka.