Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Sunday, 13 January 2013

Sebuah Pencapaian, Syukuri dan Jangan Berhenti


Dimana ada rencana (seharusnya) disitu ada hasil juga. Rencana yang sudah kita rancang sebelumnya, membutuhkan pembuktian yang nyata, tindakan yang serius, dan pengorbanan yang tak terhingga. Seberat apapun cobaannya, serumit apapun rintangannya, entah itu mudah, susah, ringan, berat, atau bahkan menemui banyak onak dan duri dalam perjalanannya, semua itu harus dilalui dengan penuh semangat, dilakukan dengan ikhlas, dan diterima dengan  penuh kesabaran. Mau ga mau rencana tersebut akan menemui dua hasil yaitu tercapai atau gagal. Apapun hasil yang telah kita capai, kita raih, dan kita peroleh itulah yang terbaik bagi kita. Satu-satunya bentuk apresiasi kita adalah mensyukurinya. Apapun hasilnya, berhasil atau tidak, maksimal atau kurang, sukses atau gagal, terealisasi atau tidak maupun hasil-hasil lainnya kita harus mensyukurinya.

# Sebuah pencapaian itu harus disyukuri, apapun hasilnya.

            Belum lulus dan belum wisuda. Itulah kata-kata yang menjadi kata pamungkas di akhir tahun 2012. Belum waktunya, insya allah akan lulus dan wisuda juga pada waktu yang tepat. Telat lebih dari 4 tahun, itulah konsekuensi dan pilihan yang harus diambil. Bukan maksud untuk menunda kelulusan atau masih betah tinggal di kampus, akan tetapi karena kondisilah yang mengharuskan seperti itu. Jadi syukuri apa yang telah terjadi, jangan berkeluh kesah, dan jangan pernah berhenti untuk senantiasa bersabar, bersyukur dan ikhlas dalam menghadapi semua yang terjadi. Skripsi oh skripsi, gimana kabarmu? Bertanya pada diri sendiri. Jawabannya pun hanya my self yang tahu dan yang akan mengeksekusi. Perjalanan KERETA 2012 memang penuh dengan lika liku, banyak kerikil tajam, duri yang runcing, ombak yang menggelombang dan badai hidup yang menerjang.

            Itulah capaian yang harus diterima dengan lapang dada, akan tetapi dibalik semua itu banyak sekali capaian-capaian lain yang hadir dalam hidupku ini yang justru menjadi pelajaran yang sangat berharga dan pengalaman yang tak akan terlupakan. Ada yang manis, pahit, hambar, dan aneka macam rasa lainnya, ya begitulah hidup. Harus disyukuri. Kita memang hanya bisa berencana, tapi walaupun kita sudah berikhtiar maksimal tapi hasil akhir dari rencana yang telah kita susun tersebut ditentukan oleh Sang Sutradara kehidupan ini, yaitu Allah SWT. Kita tidak boleh marah, mengeluh, atau berkeluh kesah jika ketentuan-Nya tidak sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan sebelumnya. Bersyukur, sabar, dan ikhlaslah atas semua ketetapan-Nya itu.

Berikut ini adalah capaian-capaian yang yang telah hadir, saya peroleh dan saya dapatkan sepanjang mengarungi perjalanan bersama KERETA 2012. Capaian tersebut ada yang berupa prestasi akademik maupun prestasi organisasi, berkunjung ke berbagai tempat, mendapatkan link/jaringan, dan berbagai pengalaman hidup lainnya yang tak terhitung banyaknya, karena pengalaman memang menjadi guru yang terhebat dalam hidup ini. Capaian tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Menjadi juara 2 mahasiswa berprestasi (mapres) tingkat Fakultas Biologi Unsoed tahun 2012
2.      Memenangkan beberapa lomba penulisan dan hingga tahun 2012 telah berhasil menerbitkan antologi buku sebanyak 6 buku antologi dari hasil lomba tersebut.
3.      Menjadi Juara 2 LKTI Nasional dalam Konferensi Ilmuan Muda Indonesia (KIMI) MIPA Untuk Negeri 2012 untuk kategori subtema Pendidikan yang diselengarakan oleh FMIPA Universitas Indonesia Depok pada tanggal 11-17 Juli 2012. Pada kesempatan tersebut, bertemu lagi dengan teman-teman lama yang seperjuangan ketika LKTI CS2 Unair 2011 dan YP UGM 2011. Berkunjung juga ke kota lama Jakarta, museum BI, museum Fatahillah, dan tentunya bertemu dengan mahasiswa dari berbagai kampus se-Indonesia yang luar biasa semangat dan karyanya. Waktu itu bersama dengan adik-adikku yang baru kali ini mereka pertama kalinya mengikuti event tingkat nasional. Mereka adalah Ucup, Ilham, dan Ryan.
4.      Mendapatkan penghargaan sebagai “Pengurus Terbaik” dalam acara Pengurus Award UKKI Unsoed Periode 2011-2012 pada tanggal 27 November 2012.
5.      Menjadi Pembicara tentang Motivasi Menulis dalam agenda Training Soedirman I UKMPR Unsoed pada tanggal 20 Mei 2012
6.      Menjadi pembicara Workshop PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) UKMI Fakultas Biologi Unsoed dalam agenda INDIGENUS 2012 pada tanggal 29 September 2012.
7.      Menjadi Pembicara dalam Bedah Karya Tulis dan Teknik Penggalian Ide acara Soedirman Science School UKMPR Unsoed pada tanggal 10 November 2012
8.      Menjadi Pembicara tentang motivasi menjadi mapres dan berbagi pengalaman menulis dalam acara Paper Empire Unit Penelitian Ilmiah (UPI) Fakultas Biologi Unsoed
9.      Menjadi Pembicara dalam Pelatihan Kesekretariatan Tahun 2012 yang diadakan oleh Racana Soedirman Unsoed.
10.  Menjadi Tentor dalam Mentoring Mahasiswa Unsoed 2012
11.  Menjadi Dewan Riset dalam kepengurusan UKMI Fakultas Biologi Unsoed periode 2012
12.  Menjadi Sekretaris Umum dalam kepengurusan UKKI Unsoed periode 2012
13.  Menjadi Staf Keilmuan dan Kajian Strategis BPP IKAHIMBI Periode 2011-2013
14.  Menjadi Asisten Praktikum Apikultur Fakultas Biologi Unsoed 2012
15.  Menjadi dewan juri dalam Gebyar Kreasi Cerpen Tingkat Nasional (GKCTN) ke-2 tahun 2012 yang diselenggarakan oleh UKKI Unsoed.
16.  Backpacker dan berburu buku ke Yogyakarta dalam acara Pesta Buku Jogja 2012 “Jogja Itoe Boekoe” tanggal 2-3 Februari 2012 di Gedung Mandala Wanitatama Yogyakarta, setelah itu mampir juga ke kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan dilanjutkan ke GOR UNY dalam acara Islamic Book Fair 17th. Paling seneng kalau ketemu dengan buku-buku yang bagus-bagus dan berkualitas. Akan tetapi karena kondisi kantong saku terbatas, akhirnya dari kedua tempat tersebut hanya bisa membawa pulang 11 jenis buku beraneka macam dengan harga yang variatif. Bukan sekedar jalan-jalan, tapi menimba ilmu juga dari buku, hehe. Waktu itu bareng Faisal Anggi Pradita (ade kelas).
17.  Mengikuti acara Muskernas Badan Pengurus Pusat Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (IKAHIMBI) di Universitas Jember pada tanggal 11-13 Februari 2012. Pengalaman yang luar biasa bertemu dengan biolog muda dan calon ilmuan masa depan dari berbagai kampus di Indonesia, seperti Papua, Banjarmasin, Palu, Ambon, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan lain sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Yang jelas warna warni almamater berkumpul disini. Waktu itu bareng mas Taruna Septiaji kesananya.
18.  Ke Jogja lagi pada tanggal 14 September 2012 bersama teman-teman keluarga besar asisten Mikrobiologi, laboran dan dosen Fabio Unsoed dalam acara Studi Banding ke Wanagama Fakultas Kehutanan UGM, mengunjungi Pameran, Bazar, dan Lomba dalam Rangka Peringatan Hari Pangan Se-Dunia (HPS) XXXII di Gedung Mandala Wanitatama Yogyakarta dan dilanjutkan ke Malioboro.
19.  Tepat seminggu kemudian kembali ke Jogja lagi pada tanggal 22 September 2012, sebagai duta perwakilan mahasiswa Fabio dalam rangkaian acara Dies Natalis Unsoed ke-49 yang diadakan Unsoed yaitu dengan berziarah ke makam panglima besar Jenderal Soedirman di makam pahlawan Yogyakarta dan bersilaturahmi dengan anaknya sang jenderal yaitu, H.M. Teguh Soedirman. Dilanjutkan dengan berkunjung ke Malioboro dan benteng Vredeburg Yogyakarta.
20.  Berkunjung ke berbagai kampus di kota Tegal dan sekitarnya dalam acara pembagian undangan dan silaturahmi acara FSLDKD 2012
21.  Bertemu dengan salah satu tokoh penulis hebat di Tegal yang menjadi direktris Puput Happy Publishing yaitu mba Puput Happy atau Futicha Turisqoh.
22.  Menemani, mengenal dan bertemu dengan beberapa tokoh nasional dan pembicara profesional dalam beberapa agenda yang diselenggarakan oleh UKKI Unsoed, yaitu:
a)      Habiburahman El-Shirazy atau kang Abik (penulis dan novelis nasional) dalam acara bedah buku Cinta Suci Zahrana dan GKCTN 2 UKKI Unsoed
b)      Ustadz Ferry Noor (ketua KISPA Indonesia) dalam acara FUSI MABA UKKI 2012
c)      Ustadz Fatan Fantastik (trainer dari Yogyakarta) dalam agenda GO Mentoring 2012
d)     Bapak Drs. Imam Gunawan, M. AP (Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA) RI dalam FSLDKD XVI 2012
e)      Bapak M. Ilyas, Lc (ketua KAMMI Pusat) dalam agenda FSLDKD XVI 2012
f)       Ustadz Ahmad Lukman, S.Pd.I dari KNRP (Komite Nasional untuk Rakyat Palestina) dalam agenda FSLDKD XVI 2012
g)      Tim Nasyid IZZIS dalam agenda FSLDKD XVI 2012
h)      Mas Novel dan Mas Putra (Trainer ESQ) dalam agenda ESQ for Dhuafa kerjasama dengan Yayasan Salsabila Purwokerto
i)        Akh A’la Dzunnuroin, juara 1 GKCTN (dari LIPIA Jakarta) dan Akh Muzaki Bashori, juara 3 GKCTN (dari UNNES Semarang) dalam acara bedah buku GKCTN UKKI Unsoed
j)        Bapak Edi Santoso (Redaktur Pelaksana majalah Tarbawi) dalam acara bedah buku GKCTN UKKI Unsoed
Ketika usaha kita maksimal, hasilnya pun akan maksimal. Walau menjadi humas dadakan, atau menjadi orang yang dituakan (SC) dalam beberapa event tersebut ternyata itu semua membuka banyak akses jaringan dan kemitraan yang begitu besar manfaatnya bagi saya, inilah kuliah kehidupan yang saya dapatkan ketika mengenyam kuliah di bangku organisasi dalam barisan aktivis dakwah kampus.
23.  Bertemu dengan Direktur Tempo-Institute, Ibu Mardiyah Chamim dalam acara Workshop sehari menulis essay di Auditorium Faperta Unsoed
24.  Bertemu dengan Presiden Taman Baca Masyarakat (TBM), bapak Gol A Gong di Ruang kuliah I jurusan Sastra Indonesia FISIP Unsoed
25.  Menjadi Steering Comitee (SC) dalam agenda Rakordwil BPW IKAHIMBI Jawa 2 wilker Jateng-DIY yang berlangsung di Fakultas Biologi Unsoed dan Wisma Wijayakusuma Baturaden. Alhamdulillah banyak yang datang peserta perwakilan dari 11 universitas yang ada di Jateng-DIY.

Demikianlah sekilas tentang sebuah capaian selama tahun 2012 yang tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan dalam mencapai apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Beberapa capaian di atas hanyalah segores yang tercapai menjadi benih-benih pengalaman yang berharga, dibalik semua itu masih banyak pula kegagalan ataupun sesuatu yang belum tercapai dari apa yang sudah direncanakan. Capaian yang berbuah tentunya tidak berhenti sampai disini saja, tapi harus ditingkatkan kembali syukurnya, maksimalkan kembali usaha dan ikhtiarnya, semangatnya harus terus berkobar, sabar harus terus menyala, dan ikhlas tidak boleh padam. Bersiap segera menyongsong masa pasca kampus lulus S1. Harus lebih baik lagi….!!! Menjadi pengajar sekaligus pendidik bagi generasi selanjutnya adalah sebuah cita-cita yang harus diperjuangkan. Entah itu menjadi guru, dosen, ustadz, atau penulis, dan yang pasti adalah menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat dimanapun berada.

Tuesday, 1 January 2013

RESOLUSI 1434 H / 2013 M


Resolusi ialah ketetapan hati, kebulatan tekad untuk mengambil sikap, melakukan tindakan, serta menunjukkan perilaku baru yang berbeda dengan yang sudah-sudah. Lazimnya yang baru ini lebih baik daripada yang dulu (itulah definisi ‘resolusi’ yang ada di buku antologiku yang ke-2 berjudul “Resolusi Hebatku”). Berbicara resolusi adalah berbicara diri sendiri mengenai masalah hati, tekad, kemauan, dan cita-cita. Muhasabah diri atas apa yang telah kita dilakukan, evaluasi secara mendalam dengan penuh konsentrasi, introspeksi diri atas apa yang telah kita lakukan selama ini, dan merancang kembali target-target yang akan kita raih. Apakah yang sudah kita lakukan selama 1 tahun terakhir lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya? 1 tahun yang lalu, 1 bulan yang telah lampau, 1 minggu yang telah lewat, dan 1 hari kemarin yang telah pergi? Apakah sudah lebih baik? Atau bahkan mengalami penurunan? Mari kita sama-sama bermuhasabah diri.
Berbicara resolusi erat kaitannya dengan yang namanya sabar, syukur, dan ikhlas (atau disingkat SSi). Beda halnya dengan SSi atau Sarjana Sains, walau sekarang masih menjadi calon SSi, hehe (Insya Allah gelar tersebut pasti akan datang pada waktu yang tepat, amin!). Sabar, Syukur, dan Ikhlas memang berat dan banyak tantangannya, tapi itulah yang harus kita lakukan. Ketiganya selalu datang beriringan menemani kita di saat cobaan datang, masalah menerka, dan hambatan-hambatan kerikil tajam datang menerjang kita. Semoga sabar senantiasa berkobar, syukur senantiasa menjamur, dan ikhlas senantiasa menghiasi hati kita. Amin yaa robbal’alamin. Betapa banyak nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita, nikmat sehat, nikmat  iman, nikmat islam, nikmat ihsan, dan berjuta-juta nikmat lainnya yang tak bisa kita hitung banyaknya bagaikan buih di samudera. Apakah kita sudah mensyukurinya??? Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan……??? (Fa-biayyi Aalaa'i Rabbi kuma
tukadzdziban, diulang-ulang sebanyak 31 kali dalam surat Ar-Rahman). Dan (ingatlah juga) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).
Berbicara resolusi tak terlepas juga dari apa yang dibutuhkan oleh jasadiyah, ruhiyah, dan fikriyah kita. Semuanya harus diisi dan diupgrade secara seimbang. Karena tubuh kita perlu energi, hati juga perlu nutrisi, dan pikiran pun perlu materi. Mari kita sama-sama senantiasa mengupgrade diri, hati, dan pikiran kita, serta yang terpenting adalah mari sama-sama kita meningkatkan derajat ketakwaan kita. Jadi teringat dengan kata-katanya pak presiden RI yang ke-3 bahwa “yang membedakan manusia bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat ketakwaannya dan kemampuan pribadinya utk berbuat mulia bagi masyarakat dan bangsanya”. Itulah kata-kata pak Habibie dalam bukunya yang berjudul “Habibie & Ainun”. Maklum lagi booming filmnya pada akhir tahun 2012 kemarin, hehe.
Berbicara resolusi biasanya saling berhubungan dengan tahun baru. What..??? Why…??? Tahun baru Hijriyah atau tahun baru Masehi? Tahun baru pasti rame yah??? Tapi kenapa tahun baru masehi lebih rame dibandingkan tahun baru hijriyah? (pasti tiap orang jawabannya beda-beda). Eits, tapi jangan dilihat ramenya. Lihatlah esensi dari resolusi itu sendiri. Lantas, apa sih spesialnya tahun baru, kok malah pada rame-rame menuju pusat keramaian? Alun-alun? Dan tempat-tempat yang menjadi titik keramaian lainnya? Apa yang dicari disana? Kesenangan, hura-hura, suara terompet, kembang api atau hanya sekedar refreshing??? Alhamdulillah hujan turun sejak sore hingga malam hari menjelang pergantian tahun 2012 menuju tahun 2013. Semoga membawa berkah bagi bumi pertiwi Indonesia yang memiliki 3 perbedaan waktu ini (WIT, WITA, WIB). Tapi, kenapa masih banyak saja yang rela hujan-hujanan datang kesana? Saya sendiri tidak tahu jawabannya apa. Yang tahu jawabannya adalah mereka yang datang kesana, karena itu adalah hak mereka. Okelah kalo begitu sampai disini saja, lain kali kita bahas lagi yow. Kembali ke resolusi.
Bersambung dulu………….!!!! Masih ada kelanjutannya. Tunggu episode selanjutnya y

Tuesday, 20 November 2012

Menghijaukan Pendidikan di Kampung Anak Jalanan



Pendidikan itu ibarat sebuah pepohonan (tanaman) yang hijau. Ia mampu menampung oksigen, menyerap polusi, menghasilkan energi dan menjadi produsen bagi organisme yang ada di sekitarnya. Begitu juga dengan pendidikan yang merupakan oksigen bagi kemajuan karakter anak bangsa, menjadi energi bagi generasi muda untuk meneruskan cita-cita bangsa, dan menjadi produsen  dalam mencetak para pemimpin yang tangguh dan berwibawa. “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” begitulah kata-kata hebat ini tertuang dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Sisdiknas No. 23 Tahun 2003. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak anak bangsa yang belum bisa merasakan bangku pendidikan secara maksimal. Sebagaimana yang dialami oleh anak-anak jalanan di Kampung Sri Rahayu, Purwokerto Selatan. Padahal mereka juga statusnya sama yaitu warga negara Indonesia dan menjadi generasi penerus bangsa.

Kampung Sri Rahayu atau yang dikenal dengan istilah “Kampung Dayak” merupakan sebuah kampung yang terletak di Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Kampung ini terletak di tengah-tengah perkotaan kota Purwokerto, tepatnya di belakang taman kota “Andhang Pangrenan” (dulunya menjadi terminal lama Purwokerto). Mayoritas penduduk kampung ini adalah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang sangat kompleks, lingkungannya kumuh, ekonomi lemah, dan tingkat pendidikan yang rendah. Secara fisik lingkungan kampung ini terlihat kumuh dan kurang teratur, kondisi MCK yang kurang layak, serta kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Secara sosial dan ekonomi masyarakatnya berada di garis perekonomian lemah dan tergolong masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti pengamen, anak jalanan, pengemis, PSK, waria, dan pengangguran. Sebagian besar masyarakat kampung ini merupakan pendatang dari kota lain dan sangat jarang sekali orang asli Purwokerto sendiri mengetahui tentang kondisi sosial dan permasalahan yang ada di kampung ini. Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui secara detail tentang kondisi masyarakat kampung Sri Rahayu ini. Padahal kampung ini pernah didatangi oleh tokoh-tokoh nasional dari Jakarta, bahkan tokoh dari PBB pun pernah mengunjungi kampung ini, akan tetapi permasalahan yang ada belum terpecahkan (Data observasi1 dan wawancara dengan Pak Musafa2).

[1] Observasi dilakukan langsung di Kampung Sri Rahayu Purwokerto
2 Pak Musafa merupakan Pembina Yayasan Sri Rahayu Purwokerto

            Anak jalanan di Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak), Karangklesem, Purwokerto Selatan memiliki permasalahan sosial yang sangat kompleks dan tingkat pendidikan mereka masih rendah. Anak-anak ini sebagian besar berprofesi mengikuti jejak orangtuanya secara turun temurun. Sejak kecil anak-anak ini sudah diajarkan orangtuanya untuk mencari uang sebagai anak jalanan dengan cara menjadi pengamen maupun pengemis. Padahal seharusnya usia anak-anak adalah masa-masa untuk mendapatkan pendidikan dasar, bermain, bersenang-senang, dan bersuka ria. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Musafa, anak jalanan di Kampung Sri Rahayu berjumlah sekitar 200 anak yang berusia 2 tahun sampai 17 tahun. Jumlah ini berubah-ubah dan cenderung mengalami peningkatan karena adanya anak jalanan yang merupakan pendatang dari kota maupun daerah lain. Anak jalanan di kampung ini terbagi atas dua macam, yaitu anak jalanan yang turun di jalan (pengamen) dan anak jalan yang tidak turun ke jalan (masih bisa bersekolah). Anak jalanan yang turun ke jalan (pengamen) jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak turun ke jalan. Dari jumlah 200 anak jalanan yang ada, hanya 20 persen saja yang bisa mengenyam pendidikan sekolah dasar sampai lulus SD, sebagian mengalami putus sekolah atau drop out sehingga tidak sampai lulus SD, dan sisanya lagi tidak bersekolah sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan anak jalanan di kampung ini masih sangat rendah. Faktor utama yang menjadi penyebab terhambatnya proses pendidikan anak jalanan ini adalah kurangnya dukungan dan motivasi dari orang tua mereka. Orangtua beranggapan pendidikan itu tidak penting dan yang terpenting adalah mencari uang dengan jalan mengamen atau meminta-minta. Pak Musafa menambahkan bahwa orangtua mereka hanya berperan sebagai orangtua biologis (yang melahirkan anaknya) saja, akan tetapi orangtua tersebut secara psikis (kejiwaan) kurang merasa memiliki dan membina anak mereka dengan baik.

            Penanganan anak jalanan di Kampung Sri Rahayu sudah beberapa kali dilakukan oleh beberapa pihak terkait, seperti pemerintah setempat dan LSM, akan tetapi upaya tersebut masih belum memecahkan permasalahan pendidikan di kampung ini. Menurut Anggrayni3 (2009) upaya yang pernah dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang di Kampung Sri Rahayu (Kampung Dayak) antara lain mengadakan perkumpulan remaja, kerja sama dengan LSM Biyung Emban, melakukan himbauan kepada warga. Akan tetapi upaya tersebut kurang optimal karena rendahnya kesadaran anak jalanan, kurangnya partisipasi orang tua dan warga, kompleksnya permasalahan dan dampaknya.

3Anggrayni, R. 2009. Perilaku Menyimpang Anak Jalanan Kampung Sri Rahayu Purwokerto. Skripsi. Jurusan    Sosiologi FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
            
 Sosok Pak Musafa merupakan tokoh yang luar biasa berjasa dalam penanganan pendidikan di kampung Sri Rahayu, beliau merupakan lulusan STAIN Purwokerto. Padahal beliau adalah asli dari Cilacap, akan tetapi setelah menikah beliau memilih untuk mendirikan tempat tinggalnya di Kampung Sri Rahayu dengan alasan ingin merubah kondisi kampung Sri Rahayu menjadi lebih baik. Tekad dan semangat Pak Musafa tak pernah menyerah, walau menghadapi berbagai macam kendala dan rintangan dari masyarakat sekitar beliau tak pernah goyah hingga jiwa dan raganya pun menjadi taruhannya. Terbukti beliau masih bertahan sampai sekarang dan telah berhasil mendirikan Yayasan Sri Rahayu Purwokerto dan menjadi Pembina yayasan tersebut. Menurut Pak Musafa, upaya yang pernah dilakukan pemerintah setempat (Dinas Sosial) untuk mengatasi masalah anak jalanan belum bisa mengatasi masalah anak jalanan secara tuntas, karena hanya dibekali dengan pelatihan saja tapi tidak ada pembinaan secara intensif. Sehingga setelah selesai pelatihan itu anak jalanan kembali pada profesi sebelumnya yaitu pengamen atau pengemis.  Oleh karena itu, usaha yang dilakukan oleh Pak Musafa melalui Yayasan Sri Rahayu adalah dengan membentuk sebuah Pesantren “Tombo Ati” sebagai tempat untuk pembinaan agama dan spiritual anak jalanan. Akan tetapi hal ini mengalami kendala, yaitu kurangnya tenaga pengajar dan tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Pak Musafa hanya dibantu oleh adiknya dalam mengelola yayasan dan pesantren “Tombo Ati” ini.

            Melihat kendala dan perjuangan yang dihadapi oleh Pak Musafa, aktivis mahasiswa dari Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) Unsoed berinisiatif untuk ikut mengelola dan menjadi bagian dalam mengajar dan membina anak-anak jalanan tersebut. Kegiatan ini sudah berjalan sejak bulan Maret 2012 hingga sekarang. Di tengah-tengah padatnya aktivitas perkuliahan, relawan pengajar dari UKKI Unsoed ini akhirnya membentuk manajemen sendiri dalam mengelola, membagi, dan mengajar anak-anak jalanan ini. Bahkan relawan pengajar tidak hanya dari Unsoed saja, akan tetapi beberapa relawan dari masyarakat sekitar Banyumas pun ikut ambil bagian dalam menjadi pengajar di pesantren ini. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kepada anak-anak jalanan ini tidak hanya mengajarkan huruf-huruf hijaiyah saja berupa Iqro4, akan tetapi diberikan juga pembelajaran mengenai akhlak, akidah, dan sejarah tentang keislaman. Metode yang diterapkan dalam pengajaran adalah berupa nyanyian, tepuk tangan, cerita-cerita inspiratif, dan permainan karena melihat sisi psikologis anak-anak tersebut. Kegiatan ini dilakukan setiap sore hingga menjelang maghrib sesuai dengan jadwal masing-masing pengajar.

 4Iqro’ adalah buku berjilid yang digunakan  untuk mengaji

Banyak kendala dan rintangan yang dihadapi dalam proses  pendidikan belajar mengajar bagi anak jalanan di kampung ini, terutama masalah dana karena relawan pengajar ini tidak digaji dan tidak mendapat sokongan dana dari pihak manapun. Hanya dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui anak jalanan ini. Kesabaran yang ekstra dalam hal membina dan mengajar sangat diperlukan karena karakter anak jalanan yang agresif berbeda dengan karakter anak-anak pada umumnya. Terkadang ada kalanya mengajar harus penuh dengan kelembutan dan kasih sayang yang tinggi agar anak jalanan tersebut simpatik dan mau ikut kegiatan ini, akan tetapi perlu juga sikap yang tegas dan penuh pengertian manakala anak jalanan tersebut susah diatur. Setidaknya usaha seperti inilah yang bisa dilakukan untuk mengatasi pendidikan bagi anak jalanan, mengubah karakter mereka ke arah yang lebih baik dan mengarahkan mereka menuju kehidupan yang lebih layak lagi dibandingkan kehidupan sebelumnya. Kesabaran dan keikhlasan ini pun akhirnya menghasilkan sebuah prestasi yang cukup membanggakan bagi anak-anak pesantren “Tombo Ati”, yaitu tim TPQ Tombo Ati berhasil mendapat juara 2 dalam Lomba Cerdas Cermat TPQ se-Purwokerto Utara pada bulan Agustus 2012 kemarin. Setidaknya inilah hasil jerih payah yang telah diajarkan oleh para relawan pangajar dalam mendidik anak-anak jalanan ini.

Model pendidikan alternatif bagi anak jalanan berupa pesantren “Tombo Ati” ini semoga terus berlanjut sampai benar-benar tuntas mengatasi masalah yang dihadapi anak jalanan di kampung Sri Rahayu ini. Sehingga mampu mengubah kampung ini menjadi kampung yang berwibawa, bermartabat, dan menuntaskan semua permasalahan yang ada di kampung ini. Karena hanya dengan pendidikan yang baiklah karakter seseorang bisa dirubah walau harus membutuhkan waktu yang lama. Model pendidikan alternatif seperti ini juga bisa menjadi acuan dalam pengembangan pendidikan alternatif bagi anak jalanan di daerah yang lain pada khusunya dan diharapkan mampu menghijaukan pendidikan di Indonesia pada umumnya. Hijau, seperti hijaunya pepohonan yang hijau lebat bak permadani yang terhampar luas.

Koperasi “Babe”: Mengatasi Sampah Menjadi Berkah


Sampah itu masalah. Sampah itu limbah. Sampah itu “habis manis sepah dibuang”. Begitulah nasib yang dialami sampah hingga saat ini. Sampah divonis sebagai terdakwa dalam setiap kasus pencemaran lingkungan. Padahal sampah tidak muncul dengan sendirinya. Adanya sampah adalah akibat dari aktivitas manusia. Manusialah yang menyebabkan sampah itu ada. Mencemari lingkungan, menimbulkan polusi dan menyebabkan banjir itu juga semata-mata bukan karena sampah, tapi karena ulah beberapa oknum manusia yang berbuat semena-mena terhadap sampah, membuangnya secara sembarangan, dan kurangnya rasa kepedulian dalam pengelolaan sampah. 
Terkadang manusia tidak menyadari bahwa setiap hari pasti manusia itu menghasilkan sampah, baik sampah organik maupun anorganik. Sebagai contoh masalah sampah yang dihasilkan oleh mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman, yang bertempat tinggal di daerah Kelurahan Karangwangkal dan Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara. Dalam satu hari seorang mahasiswa makan di warung sebanyak 3 kali dan dibungkus, artinya dalam satu hari minimal menghasilkan 3 buah sampah plastik kresek dan 3 buah kertas pembungkus nasi. Total ada 6 buah sampah yang dihasilkan. Jika total mahasiswa yang berada di kedua kelurahan ini berjumlah 20.000 mahasiswa, maka jumlah sampah minimal yang dihasilkan adalah 6 x 20.000 = 120.000 sampah/hari. Ini hanya baru jumlah minimal dari sampah plastik kresek dan kertas pembungkus nasi. Belum sampah-sampah yang lainnya seperti kertas, botol, plastik, pembungkus detergen, pembungkus sabun, dan sampah-sampah lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat dan warga sekitar. Ternyata tempat-tempat penampungan sampah setiap hari penuh dengan aneka macam jenis sampah. Ini baru di dua kelurahan yang ada di Purwokerto Utara. Belum lagi di kelurahan lain, kecamatan lain, atau bahkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel. TPA Gunung Tugel yang merupakan satu-satunya TPA untuk menampung sampah yang ada di wilayah Purwokerto. Ternyata Volume sampah yang dibuang ke TPA ini mencapai kurang lebih 325 m3 per hari. Jumlah itu belum termasuk sampah yang dibuang di sembarangan tempat sekitar permukiman warga. Dari total volume sampah sekitar 325 m3 tersebut, baru 65 persennya yang tercover dan ditampung di TPA. Sedangkan sisanya sekitar 125 m3 dibuang di sekitar tempat tinggal warga (Suara Merdeka, 2010)1.
 

1Suara Merdeka. 2010. Volume Sampah Warga Purwokerto Capai 325 m3.  Diakses di  http://suaramerdeka.com

Sampah yang menumpuk di TPA Gunung Tugel pun belum menyelesaikan masalah secara tuntas karena menimbulkan dampak lain bagi warga sekitar yaitu mencemari lingkungan, menimbulkan bau tak sedap, dan menimbulkan  penyakit. Lagi-lagi sampah selalu menimbulkan masalah tanpa memandang kompromi. Oleh karena itu diperlukan usaha lain untuk mengatasi masalah sampah tersebut agar tidak menimbulkan masalah bagi yang lainnya. Tak selamanya sampah itu berstatus sebagai masalah. Bukan pula limbah. Akan tetapi sampah itu bisa menjadi “habis sepah dibuang, berkah pun datang”. Sebagaimana yang dilakukan oleh Koperasi “Babe” yang berada di Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara. Koperasi pada umumnya menjual dan mengelola barang-barang yang masih baru, utuh, dan bersih, dan rapi. Akan tetapi Koperasi “Babe” malah mengelola barang-barang bekas, sampah, rongsok, dan sisa-sisa barang yang sudah rusak.  Sistem yang digunakan dari koperasi ini pun sama dengan koperasi-koperasi pada umumnya yaitu mensejahterakan anggota-anggotanya, karena keuntungan yang didapatkan dibagi rata untuk semua anggota-anggotanya.
Koperasi “Babe” merupakan sebuah koperasi yang terletak di Kelurahan Grendeng, Kecamatan Purwokerto Utara. Koperasi ini didirikan pada tahun 2009 atas bantuan dana salah seorang warga yang peduli dengan lingkungan sekitarnya. Pada awalnya dana koperasi ini masih menggunakan dana pinjaman dari orang tersebut, akan tetapi sekarang semua dana pinjaman tersebut sudah terlunasi dan kini keuntungan dana koperasi bisa dirasakan oleh semua anggotanya. Koperasi “Babe” ini sekarang sudah 3 tahun berjalan dengan anggotanya berjumlah 235 orang yang terdiri atas anggota tetap dan para pemulung. Istilah “Babe” disini merupakan singkatan dari “Barang Bekas”. Koperasi ini menerima semua jenis sampah atau barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan atau didaur ulang lagi seperti botol bekas, kaleng, besi, sandal bekas, kertas, koran, plastik, dan barang bekas lainnya dengan harga yang bervariatif tergantung jenis barang tersebut. Berdirinya koperasi ini tak lepas dari peran sosok yang sangat berjasa yaitu Pak Arif Sriyanto (ketua koperasi “Babe”). Selain sebagai ketua koperasi pak Arif juga bekerja sebagai tukang cukur rambut sebagai usaha tambahannya. Berkat koperasi ini Pak Arif telah berhasil mensejahterakan ratusan anggotanya yang sebagian besar merupakan pemulung sampah yang ada di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Karangwangkal dan Kelurahan Grendeng (Berdasarkan data observasi2 dan wawancara dengan Pak Arif Sriyanto3).
 

2 Observasi dilakukan langsung di Koperasi “Babe” Grendeng, Purwokerto Utara
3 Pak Arif Sriyanto merupakan ketua Koperasi “Babe” Grendeng, Purwokerto Utara
 Koperasi “Babe” ini pula merupakan satu-satunya koperasi di kota Purwokerto yang mengelola sampah dan barang-barang bekas. Keberhasilan dan kemajuan koperasi ini tak lepas dari peran berbagai pihak yang bekerja di koperasi ini. Selain Pak Arif, sosok yang berjasa lainnya dalam penanganan masalah sampah ini adalah petugas pengangkut sampah dan para pemulung yang selama ini telah menyelesaikan masalah sampah-sampah tersebut. Setiap pagi sejak pukul 5.30 WIB petugas pengangkut sampah ini berkeliling dengan gerobaknya dari satu tempat penampung sampah ke tempat penampung sampah yang lainnya secara rutin. Sungguh luar biasa jasa petugas ini, walau bau sampah yang menyengat dan kotor, tapi tak pernah mengurangi rasa semangatnya untuk mengais sampah-sampah tersebut. Satu lagi sosok yang berjasa dalam mengatasi sampah-sampah tersebut adalah para pemulung sampah yang bekerja mulai siang hari hingga sore hari. Para pemulung ini berkeliling mengambil sampah-sampah yang sekiranya masih bisa dimanfaatkan. Para pemulung sampah ini terdiri atas anak-anak usia remaja yang putus sekolah, bapak-bapak, dan ibu-ibu dari kalangan keluarga yang tidak mampu. Mereka memulung serpihan-serpihan sampah yang bernilai rupiah itu di sepanjang Kelurahan Karangwangkal, Kelurahan Grendeng, hingga seputar kampus Universitas Jenderal Soedirman. Setelah sampah-sampah dan barang bekas itu terkumpul di Koperasi “Babe”, sampah tersebut dipilah-pilah dan akhirnya dijual ke pengepul yang lebih besar. Karena sudah ada kepercayaan, para pengepul pun datang sendiri ke Koperasi “Babe” untuk mengambil dan membeli barang-barang tersebut untuk didaur ulang. Para pengepul ini ada yang berasal dari dalam kota dan ada pula yang dibawa keluar kota Purwokerto.
Melalui Koperasi “Babe” inilah pak Arif dan para pemulung sampah ini memenuhi kehidupannya. Berawal dari sampah menjadi berkah bagi kehidupan dan masa depan mereka. Atas jasa mereka pula sampah tak menjadi masalah. Mereka inilah sosok manusia yang telah menjadikan kota Purwokerto menjadi lebih asri dan indah. Mereka pula yang telah mengubah sampah menjadi berkah bagi kehidupan mereka. Koperasi “Babe” telah membuktikan bahwa sampah atau barang bekas bukan lagi menjadi masalah, bukan pula limbah yang mencemari lingkungan, akan tetapi menjadi berkah yang menyinari kehidupan mereka dan menjadikan lingkungan mereka menjadi lebih hidup tanpa masalah sampah yang berarti. Koperasi “Babe” merupakan langkah yang nyata dari sebuah kelompok yang peduli untuk melestarikan lingkungan mereka dan menyadarkan kita untuk ikut serta dalam rangka menghijaukan Indonesia yang asri. Kita pun bisa mengikuti jejak seperti mereka.