Hidup adalah sebuah pengabdian dan
kebermanfaatan. Karena hakikat diciptakannya manusia tidak lain adalah menjadi
hamba sekaligus khalifah di planet yang bernama bumi ini. Sebagai hamba, tugas
kita adalah mengabdi dan sebagai khalifah tugas kita adalah bermanfaat. Menjadi
khoirunnas anfa’uhum linnas
(sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat buat orang lain) adalah
keinginan semua manusia. Pertanyaannya, sudah berapa banyakkah manfaat yang kita
tebar?
Mengabdi tanpa pamrih dan bermanfaat
tanpa kenal letih, itulah yang telah dilakukan oleh sosok luar biasa bernama
Pak Musafa. Entah alasan apa yang menyebabkan pria kelahiran Cilacap, 7 Maret 1978 ini memilih jalan hidup
tersebut. Saya sendiri tidak tahu pastinya, yang jelas beliau sangat luar biasa
uletnya dalam berkontribusi membangun masyarakat yang bukan tanah kelahirannya
itu. Ya, ada visi besar yang ingin beliau raih di kampung tersebut.
Bukan mengejar materi. Tidak mengharap gaji. Bukan pula mencari popularitas
yang tinggi. Padahal di zaman modern ini orang beramai-ramai mengkomersialkan profesinya demi mengejar rupiah yang
kelak tak dibawa mati. Niatnya benar-benar tulus ikhlas dari
lubuk hati.
Niatlah yang menjadi medan magnet ketika
ada panggilan hati yang mengetuk seorang mahasiswa semester 1 Jurusan Tarbiyah
STAIN Purwokerto bernama Musafa ini. “Saya
harus mengabdikan diri untuk komunitas ini dan harus tinggal disini” papar
Musafa ketika pertama kali menginjakkan kakinya pada tahun 2001 di Kampung Sri
Rahayu atau yang dikenal dengan Kampung Dayak, Purwokerto Selatan. Sebagian
besar masyarakat kampung ini adalah pengamen,
anak jalanan, pengemis, PSK, waria, dan pengangguran. Warga asli Purwokerto
sendiri banyak yang tidak mengetahui tentang kondisi sosial dan problematika yang
ada di kampung ini. Padahal, pada tahun 1999, kampung ini pernah dikunjungi
oleh tokoh-tokoh nasional seperti Gubernur Jawa Tengah, pejabat-pejabat dari
Jakarta hingga tokoh internasional dari UNICEF.
Bermula dari latar belakang itulah, beliau memutuskan untuk menetap dan
tinggal di kampung tersebut sembari menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa
tingkat pertama. Beliau mengontrak sebuah bangunan gubuk dan tinggal bersama
beberapa anak jalanan. Sedikit demi sedikit beliau mulai mengenalkan dan mengajarkan
huruf hijaiyah, juz ‘amma sampai Al-Qur’an kepada anak-anak jalanan yang
tinggal bersamanya. Beliau juga memberikan pembinaan moral dan akhlak kepada
mereka. Gubuknya yang kecil itu selain digunakan sebagai tempat tinggal, difungsikan
juga sebagai tempat mengaji dan sholat. Selain itu, beliau juga aktif membantu
warga dalam urusan pembuatan KTP, mengantar warga yang sakit ke puskesmas atau
rumah sakit (karena waktu itu belum ada Jamkesmas atau Jamkesda), serta
pengurusan jenazah ketika ada orang yang meninggal (karena sebagian besar warga
tersebut adalah pendatang dari luar kota Purwokerto dan tidak diketahui
keberadaan keluarganya).
Pada tahun
2004 Pak Musafa berhasil mengadakan acara Khotmil Juz ‘Amma Anak Jalanan yang
dihadiri oleh Wakil Bupati Banyumas. Tahun 2007 beliau mengadakan kegiatan
Safari Ramadhan yang dihadiri juga oleh Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid dan
mendapat bantuan dana sebesar 10 juta rupiah. Bermula dari dana inilah, beliau
menginisiasi untuk membangun Pesantren, TPQ, dan Mushola sebagai sarana untuk
mendidik anak jalanan dan warga sekitar yang kemudian pada tahun 2008 dibangunlah
Pesantren “Tombo Ati”. Pada tanggal 28 November 2008 Pak Musafa memutuskan
untuk menikah dan membangun rumah kecil persis di depan Pesantren “Tombo Ati”. Bersama
dengan istrinya, beliau terus melanjutkan perjuangannya di kampung ini. Pada
tahun 2010, beliau dipercaya menjadi
wakil ketua RT selama satu tahun. Pada tahun
tersebut juga beliau sukses mengadakan kegiatan Nikah Masal yang diikuti oleh sepuluh pasang mempelai dari keluarga tidak mampu dan berbagai latar belakang yang berbeda. Pada
tahun 2011, beliau berhasil mendirikan Yayasan Sri Rahayu,
sekaligus menjadi pembina yayasan tersebut. Pada tahun 2013 ini beliau dipercaya
oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menjadi ketua Lembaga Pelaksana
ASKESOS (Asuransi Kesejahteraan Sosial) Banyumas, sebuah asuransi untuk
kecelakaan dan kematian. Itulah Pak Musafa, mengabdi tanpa pamrih dan
bermanfaat tanpa kenal letih.
*Artikel
ini sedang diikutkan dalam lomba berbagi inspirasi yang diadakan oleh
inspirasi.co dengan judul: “MengabdiTanpa Pamrih, Bermanfaat Tanpa Kenal Letih”
0 comments:
Post a Comment