Wednesday, 11 December 2013

Mengabdi Tanpa Pamrih, Bermanfaat Tanpa Kenal Letih

Hidup adalah sebuah pengabdian dan kebermanfaatan. Karena hakikat diciptakannya manusia tidak lain adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di planet yang bernama bumi ini. Sebagai hamba, tugas kita adalah mengabdi dan sebagai khalifah tugas kita adalah bermanfaat. Menjadi khoirunnas anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat buat orang lain) adalah keinginan semua manusia. Pertanyaannya, sudah berapa banyakkah manfaat yang kita tebar?

Mengabdi tanpa pamrih dan bermanfaat tanpa kenal letih, itulah yang telah dilakukan oleh sosok luar biasa bernama Pak Musafa. Entah alasan apa yang menyebabkan pria kelahiran Cilacap, 7 Maret 1978 ini memilih jalan hidup tersebut. Saya sendiri tidak tahu pastinya, yang jelas beliau sangat luar biasa uletnya dalam berkontribusi membangun masyarakat yang bukan tanah kelahirannya itu. Ya, ada visi besar yang ingin beliau raih di kampung tersebut. Bukan mengejar materi. Tidak mengharap gaji. Bukan pula mencari popularitas yang tinggi. Padahal di zaman modern ini orang beramai-ramai mengkomersialkan profesinya demi mengejar rupiah yang kelak tak dibawa mati. Niatnya benar-benar tulus ikhlas dari lubuk hati.

Niatlah yang menjadi medan magnet ketika ada panggilan hati yang mengetuk seorang mahasiswa semester 1 Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto bernama Musafa ini. “Saya harus mengabdikan diri untuk komunitas ini dan harus tinggal disini” papar Musafa ketika pertama kali menginjakkan kakinya pada tahun 2001 di Kampung Sri Rahayu atau yang dikenal dengan Kampung Dayak, Purwokerto Selatan. Sebagian besar masyarakat kampung ini adalah pengamen, anak jalanan, pengemis, PSK, waria, dan pengangguran. Warga asli Purwokerto sendiri banyak yang tidak mengetahui tentang kondisi sosial dan problematika yang ada di kampung ini. Padahal, pada tahun 1999, kampung ini pernah dikunjungi oleh tokoh-tokoh nasional seperti Gubernur Jawa Tengah, pejabat-pejabat dari Jakarta hingga tokoh internasional dari UNICEF.

            Bermula dari latar belakang itulah, beliau memutuskan untuk menetap dan tinggal di kampung tersebut sembari menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa tingkat pertama. Beliau mengontrak sebuah bangunan gubuk dan tinggal bersama beberapa anak jalanan. Sedikit demi sedikit beliau mulai mengenalkan dan mengajarkan huruf hijaiyah, juz ‘amma sampai Al-Qur’an kepada anak-anak jalanan yang tinggal bersamanya. Beliau juga memberikan pembinaan moral dan akhlak kepada mereka. Gubuknya yang kecil itu selain digunakan sebagai tempat tinggal, difungsikan juga sebagai tempat mengaji dan sholat. Selain itu, beliau juga aktif membantu warga dalam urusan pembuatan KTP, mengantar warga yang sakit ke puskesmas atau rumah sakit (karena waktu itu belum ada Jamkesmas atau Jamkesda), serta pengurusan jenazah ketika ada orang yang meninggal (karena sebagian besar warga tersebut adalah pendatang dari luar kota Purwokerto dan tidak diketahui keberadaan keluarganya).

Pada tahun 2004 Pak Musafa berhasil mengadakan acara Khotmil Juz ‘Amma Anak Jalanan yang dihadiri oleh Wakil Bupati Banyumas. Tahun 2007 beliau mengadakan kegiatan Safari Ramadhan yang dihadiri juga oleh Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid dan mendapat bantuan dana sebesar 10 juta rupiah. Bermula dari dana inilah, beliau menginisiasi untuk membangun Pesantren, TPQ, dan Mushola sebagai sarana untuk mendidik anak jalanan dan warga sekitar yang kemudian pada tahun 2008 dibangunlah Pesantren “Tombo Ati”. Pada tanggal 28 November 2008 Pak Musafa memutuskan untuk menikah dan membangun rumah kecil persis di depan Pesantren “Tombo Ati”. Bersama dengan istrinya, beliau terus melanjutkan perjuangannya di kampung ini. Pada tahun 2010, beliau dipercaya menjadi wakil ketua RT selama satu tahun. Pada tahun tersebut juga beliau sukses mengadakan kegiatan Nikah Masal yang diikuti oleh sepuluh pasang mempelai dari keluarga tidak mampu dan berbagai latar belakang yang berbeda. Pada tahun 2011, beliau berhasil mendirikan Yayasan Sri Rahayu, sekaligus menjadi pembina yayasan tersebut. Pada tahun 2013 ini beliau dipercaya oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menjadi ketua Lembaga Pelaksana ASKESOS (Asuransi Kesejahteraan Sosial) Banyumas, sebuah asuransi untuk kecelakaan dan kematian. Itulah Pak Musafa, mengabdi tanpa pamrih dan bermanfaat tanpa kenal letih.


*Artikel ini sedang diikutkan dalam lomba berbagi inspirasi yang diadakan oleh inspirasi.co dengan judul: “MengabdiTanpa Pamrih, Bermanfaat Tanpa Kenal Letih

0 comments: