Detik-detik pergantian tahun mempunyai makna tersendiri bagi setiap orang. Berbagai cara ditempuh untuk melewati masa yang juga merupakan liburan akhir dan awal tahun. Penyalaan kembang api dan petasan, mungkin itu yang paling banyak dilakukan di kota-kota besar. Ada lagi yang menikmati pergantian tahun dengan mendaki gunung, berkemah, berlayar atau bertualang lainnya. Berbeda halnya dengan orang asing yang merayakan pergantian tahun dengan bertualang keliling dunia. Dua warga asing mengejutkan masyarakat Desa Fitako. Tepat di akhir tahun 2014 sebuah kapal kecil berlabuh di depan Pulau Panjang, Loloda Kepulauan. Hingga awal tahun 2015 kapal yang diketahui berisi warga orang asing tersebut masih bertahan di depan pulau, tepatnya di depan Desa Fitako. Mungkin orang tersebut sedang berlibur di pulau ini, kata sebagian orang.
Memasuki hari ketiga, tepatnya
tanggal 2 Januari 2015 kapal warga asing tersebut masih bertahan di tempat
tersebut. Salah seorang warga Fitako pun mencoba mendatangi kapal tersebut dan
mengajak penumpang kapal asing tersebut untuk singgah di Desa Fitako. Rupanya
kapal tersebut hanya ditumpangi oleh dua orang saja. Keduanya merupakan
sepasang suami isteri. Kehadiran dua orang bule tersebut menarik perhatian
masyarakat desa Fitako. Aku pun ikut dalam kerumunan warga dan mencoba
bertanya-tanya tentang kedua bule asing tersebut. Aku mencoba berkenalan dengan
keduanya. “My Name is Sebastian” ujar
lelaki bule tersebut. Sedangkan sang isteri bernama Christine. Sepasang suami
isteri tersebut berasal dari Prancis. Rupanya Mr. Sebastian sedikit bisa
berbahasa Indonesia, hingga warga masyarakat pun bertanya-tanya kepada bule
tersebut. Sedangkan istrinya (Mrs. Christine) hanya bisa berkomunikasi dengan
Bahasa Inggris.
Sepasang suami-isteri tersebut sudah
berlayar keliling dunia selama 30 tahun. Aku dan masyarakat Fitako pun terkaget
mendengar pemaparan kedua bule tersebut. “Kami sejak tahun 1984 memulai
perjalanan keliling dunia” jawab Mr. Sebastian saat ditanya tentang
perjalanannya sampai di tanah Maluku ini. “Negara mana saja yang sudah
dijelajahi Mr?” tanyaku. Bule yang berkacamata ini mengungkapkan sudah banyak
negara yang mereka jelajahi mulai dari benua Eropa, Asia, Afrika, Amerika,
Australia, tak bisa disebutkan satu per satu. Kalau dalam peta bisa kita lihat
perjalanan kami, ujarnya.
Usai berdialog banyak dengan kedua
bule tersebut, aku dan Pak Manan mengajak kedua bule tersebut untuk berkunjung
ke atas keliling Desa Fitako. Kedua bule tersebut pun bersedia menerima tawaran
kami. Dengan melewati jalan yang menanjak ini, kedua bule berjalan keliling
desa fitako dan anak-anak pun mengikuti dari belakang. Warga yang melihat
kedatangan bule asing ini pun langsung berduyun-duyun mendekat. Kedua bule
tersebut mampir di rumahnya Pak Manan. Kedua turis tersebut langsung disuguhi
kursi untuk duduk di depan rumah,bersama dengan aku disebelahnya. Salah seorang
warga ada yang memberi buah langsa (duku), kedua bule pun langsung mencicipi
buah yang lagi musim tersebut. Selain langsa, juga ada yang memberi buah
mangga. Ada pula yang mengasih batu hitam kepada bule tersebut.
Beberapa anak pun terlihat ada yang
mencoba speak-speak dengan bahasa Inggris. Randi (Siswa Kelas 3 SMA) mencoba
mengucapkan sepatah dua patah kata yang dia ketahui. “Where…?” tanyanya.
Rupanya Randi bingung mau ngomong apa, tiba-tiba saja dia langsung pergi dan
tersipu malu lantaran lupa dengan kosa kata yang akan ditanyakan kepada sang
bule. Berbeda lagi dengan Anita yang ada di sebelahku. Dia minta izin kepadaku.
“Pak, saya izin dulu nyah mau mengambil kamus” ujar Anita sambil pergi
meninggalkanku. Lain lagi dengan ibu-ibu dan bapak-bapak yang juga iseng-iseng
dengan menggunakan kosa kata Bahasa Inggris yang diketahuinya. Suasana semakin
hidup dan terlihat kocak. Apalagi saat kami berdialog dengan kedua bule
tersebut.
“Bagus….! Menarik…! Welcome….!”
jawab kedua bule tersebut saat aku bertanya tentang pesan kesan tentang desa ini.
Sambil mengeluarkan kedua jempolnya, kedua bule tersebut memuji keramahan
masyarakat yang menyambutnya dengan baik. Sepatah dua patah kata keluar dengan
begitu sumringahnya wajah dari kedua bule. Sebelum pulang, warga pun berfoto
bersama dengan kedua bule tersebut. Karena waktu sudah cukup sore, kami pun
akhirnya mengantarkan kedua turis Prancis tersebut pulang kembali ke kapalnya
yang masih berlabuh di depan pantai Fitako. “Good bye mister” sapa anak-anak
sambil tersipu malu mengungkapkannya. Sore itu benar-benar menjadi perbincangan
menarik dalam 3 bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Loloda dan Bahasa
Perancis. Kehadiran dua bule tersebut walau sejenak, tapi cukup menyita
perhatian warga setempat. Disinilah pentingnya mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Tapi,
yang lebih dipertanyakan adalah apa tujuan utama bule tersebut datang ke pulau
ini?
1 comments:
mantep in
Post a Comment