Bertemu dengan penulis
hebat adalah impian. Karena selain untuk belajar, juga untuk menambah relasi
dan tentunya tips-tips menarik dari sang ahli. Tak perlu pikir panjang-panjang,
meski agak mahal sekitar sebulan lebih
yang lalu aku daftar acara seminar kepenulisan yang bertajuk “Menjadi Penulis
Bestseller dan Go National”. All tiket for charity, begitu yang tertuang dalam
pamfletnya. Tiket sudah dipegang. Mengapa aku tertarik sekali ikut acara
tersebut? Ya, karena pembicara dalam event tersebut adalah para penulis hebat
yaitu Ahmad Fuadi, Ippho Santosa dan Asma Nadia.
Balasan bijak,
prioritas memilih. Rencana hanyalah rencana. Niat baik tak selamanya berjalan
mulus. Tapi, yang jelas kebaikan (pasti) akan dibalas dengan kebaikan pula.
Diantara dua pilihan bahkan lebih, memang perlu pertimbangan matang. Memilihnya
butuh energi, perlu diplomasi, musyawarah atau sekedar berhenti sejenak. Ya,
seperti saktah. Itulah keputusan. Dalam hal apapun, memilih dan menentukan
skala prioritas perlu banyak pertimbangan. Baik dari diri sendiri atau pun
orang lain. Karena ada acara tiba-tiba (mendadak) di
sekolah, setelah dipertimbangkan akhirnya keputusannya saya tidak berangkat ke
seminar tersebut.
“Memang sulit memilih antara
keinginan dan tanggung jawab. Insya Allah ada solusi” begitu jawaban dari kepala
sekolah lewat whatsappnya saat saya mencoba minta kebijakan izin untuk kegiatan
tersebut. Kalau dibikin tulisan akan panjang ceritanya,
hehehe. Intinya kedua pilihan tersebut adalah pelajaran berharga, sekaligus refleksi
diri sendiri. Komitmenlah yang menentukan prioritas itu. Mungkin betul juga
sebuah mahfudhzat "Kun 'aaliman takun 'aarifan". Pun dalam masalah
memilih.
Singkat cerita,
karena aku sudah bulat dengan keputusanku. Akhirnya aku mencoba tawarkan kepada
teman (lewat FB dan WA) untuk menggantikan diriku.
Ada
yang mau ikut acara ini?
Saya sudah
punya tiket, tapi karena ada acara mendadak juga sepertinya tidak bisa ikut.
Kalau ada yang waktunya luang dan bisa datang ke acara tersebut, boleh nih
menggunakan tiket saya. Ada yang mau?
*syaratnya cuma
bikin review ilmu dari acara tersebut
Hingga hari H tiba belum juga ada yang
bersedia. Beberapa orang yang sudah komentar di FB pun belum ada konfirmasi
lagi. Dan akhirnya dini hari sekitar jam 03.41 WIB ada pesan masuk lewat
whatsapp, menanyakan acara tersebut. Oke deh, tak perlu waktu lama. Hingga menjelang
shubuh tiba, akhirnya sudah ada yang bisa menggantikanku untuk datang di acara
tersebut. Dia adalah mba Nur Syamsi. Dan sesuai dengan permintaanku kepadanya
untuk bikin review hasil acara tersebut. Nah, inilah review yang dibuat oleh
mba Nur Syamsi dari acara tersebut. Selamat membaca.....^,^
Review Seminar “Menjadi
Penulis Best Seller & Go
National”
(Ditulis oleh: Nur Syamsi)
(Ditulis oleh: Nur Syamsi)
Beberapa
menit kemudian kami dipersilahkan untuk masuk ke dalam ruangan. Hmm... saya dan
seorang teman (kenalan baru yang bernama Irma) langsung memilih kursi bagian
tengah. Acara dipandu oleh motivator hebat juga loch, Mas Ardi Gunawan. Beliau
memulai acara dengan menyapa para peserta dan tentunya memperkenalkan diri agar
lebih terkenal... wk wk wk...
Meski agak
gokil gitu, beliau tetap berpesan agar kita yang tinggal jauh dari orang tua,
sebisa mungkin menelepon orang tua setiap hari, insyaAllah rezekinya akan
semakin mengalir. Aamiin... "Itu
mengingatkanku pada salah satu point dalam Buku 7 Keajaiban Rezeky."
Gumamku.
Yuhu... setelah
senam otak kanan bersama Mas Ardi Gunawan, acara langsung dilanjutkan dengan
menghadirkan Mas A. Fuadi. Ho ho... low profil banget
nich orang. Tapi karyanyahigh banget Bo'. Akhirnya
bertemu juga dengan beliau, beliau yang aku baca bukunya sekitar tahun 2010.
Kebetulan saat itu ada teman yang menjadikan bukunya sebagai bahan skripsi.
Lalu kutonton filmnya pada tahun 2012 di Duta Mal, Banjarmasin bersama seorang
siswaku yang hebat, Maghfiro. Nggak nyangka bisa belajar langsung pada orangnya.
"Menulis
untuk Mendunia"
(Oleh: Ahmad Fuadi)
Beliau membawakan materi dengan sangat tenang
namun berisi.
Kesempatan kali ini beliau membahas bagaimana cara "Menulis untuk Mendunia".
Kesempatan kali ini beliau membahas bagaimana cara "Menulis untuk Mendunia".
"Semua
yang saya dapatkan sekarang berasal dari satu kalimat ajaib; MAN JADDA WA
JADA". Kami pun diminta untuk ikut mengucapkan kata itu,
"MAN JADDA WA JADA!".
"Menulis hanya butuh satu hal, yang pertama sebatang polpen, yang kedua secarik kertas, yang ke tiga..." Beliau diam sejenak sambil menunggu jawaban dari peserta.
"Butuh tinta, ide, kata-kata...." peserta berusaha menjawab. Lalu dengan mantap, A. Fuadi menjawab, "Yang ketiga adalah Sebongkah Hati." Sontak semua peserta berseru riang. kiki emotikon.
"Menulis hanya butuh satu hal, yang pertama sebatang polpen, yang kedua secarik kertas, yang ke tiga..." Beliau diam sejenak sambil menunggu jawaban dari peserta.
"Butuh tinta, ide, kata-kata...." peserta berusaha menjawab. Lalu dengan mantap, A. Fuadi menjawab, "Yang ketiga adalah Sebongkah Hati." Sontak semua peserta berseru riang. kiki emotikon.
"Bagi saya, tulisan itu lebih kuat dari pada peluru." Beliau melanjutkan, "Mengapa saya katakan lebih kuat dari pada peluru?, karena peluru saat dilepaskan hanya bisa berhenti di satu kepala. Sedangkan tulisan, tidak akan berhenti di satu kepala dan tidak hanya satu waktu tapi lagi, lagi, dan lagi. Melintas zaman, melitas geografi."
"Bagi saya, tulisan adalah karpet terbang
yang memerdekakan untuk melintas batas. Dengan menulis saya bisa mengunjungi
berbagai negara dengan berbagai beasiswa. Menghadiri undangan untuk menjadi
pembicara di hadapan mereka yang menjadikan Novel Negeri 5 Menara sebagai teks
wajib perkuliahan" lanjutnya sambil menunjukkan berbagai foto-fotonya dari
berbagai negara. Salah satu kota yang dikunjunginya adalah Cardoba, oh my God.
Kapan saya bisa kesana? kiki emotikon
Tipsnya, "Tulislah
sesuatu yang menarik bagi orang asing". Untuk materinya kurang lebih berikut ini.
BAGAIMANA
AGAR TULISAN MENDUNIA?
1. Angkat tema
tentang sesuatu yang khas Indonesia. Indonesia punya 17.000 keunikan yang bisa
kita ceritakan dari Sabang sampai merauke.
2. Hal yang paling
menarik bagi orang asing adalah keberagaman yang ada di Bangasa kita, kekhasan
dari setiap daerah yang di negara mereka sendiri tidak ada. Gali budaya,
bahasa, agama, legenda, alam dll.
3. Terjemahkan ke
bahasa lain. Setelah Anda punya karya, terjemahkanlah ke bahasa
Inggris/Arab/Prancis, dan lainnya. Penerjamahan bisa dilakukan dengan dua cara.
a. Terjemahkan sendiri, cari teman/orang yang bisa membantu untuk menerjemahkan.
b. Cari penerbit lua yang mau menerjemahkan.
a. Terjemahkan sendiri, cari teman/orang yang bisa membantu untuk menerjemahkan.
b. Cari penerbit lua yang mau menerjemahkan.
4. Aktif kenalkan
karya di acara-acara internasional. Tidak usah menunggu untuk diundang, undang
diri sendiri saja dulu. Nanti kalau udah dikenal baru diundang. Contoh
kegiatannya misalnya UWRF di Ubud Bali. Bangun network. Bawa buku Anda ke mana
pun, kemudian ditawarkan/dipromosikan.
5. Gunakan sosial
media. Jangan anggap remeh facebook, justru menurut saya facebook itu yang
stabil.
6. Pelajari hal-hal
yang khas dari penulis lainnya. Misalnya seperti Andrea Hirata, Pramudya, Asma
Nadia, dll.
PROSES
MENULIS SAYA (Ahmad Fuadi)
1.
''WHY"
Kenapa
saya menulis? Niat saya apa? Dalam hal ini, cukup diri sendiri dan Tuhan yang
tahu, ini dialog
internal.
2. "WHAT"
Tulislah apa yang kita tahu, kita suka, kita cintai, dan peduli akan menjadi obat buat tulisan.
Tulislah apa yang kita tahu, kita suka, kita cintai, dan peduli akan menjadi obat buat tulisan.
3. "How"
Menulis novel juga harus dilakukan dengan melakukan reset melalui wawancara, ngobrol, baca buku lain yang relevan, kunjungi tempat yang ingin diceritakan, kumpulkan dokumentasi berupa foto dan surat, buka kembali diary, dll.
Menulis novel juga harus dilakukan dengan melakukan reset melalui wawancara, ngobrol, baca buku lain yang relevan, kunjungi tempat yang ingin diceritakan, kumpulkan dokumentasi berupa foto dan surat, buka kembali diary, dll.
4.
"WHEN"
Cicil setiap hari. Sedikit demi sedikit. Hal yang sangat mungkin untuk menulis satu novel dalam satu tahun. Silahkan berkarya, semoga tahun depan kita bisa bertemu lagi dan yang hadir pada saat ini sudah punya karya masing-masing.
Cicil setiap hari. Sedikit demi sedikit. Hal yang sangat mungkin untuk menulis satu novel dalam satu tahun. Silahkan berkarya, semoga tahun depan kita bisa bertemu lagi dan yang hadir pada saat ini sudah punya karya masing-masing.
Jangan lupa,
setelah jadi buku, pikirkan bagaimana caranya agar buku tersebut bisa dinikmati
dalam bentuk yang lain. Misalnya jadi film, komik, dan lagu. tentu saja, ini
untuk karya yang di dalamnya ada nilai yang kuat.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Materi Kedua (Ippho Santosa)
Wah emang beda aurahnya
kalau yang bicara seorang motivator. he he... itu komentarku saat Mas Ippho
baru tampil." "Bapak ibu harus siap memiliki tiga buku. Yang
pertama, buku nikah, yang ke dua, buku tabungan, dan yang ke tiga adalah buku
yang kita tulis sendiri. Jangan hanya buku yaasiiin yang banyak dicetak di
Indonesia." Semua peserta sontak tertawa. "Bahkan kalau bisa jangan mati sebelum menulis buku sendiri."
"Kenapa mereka?
dan ada apa dengan mereka?"
KARENA POTENSI YANG BESAR HANYA DIANUGERAHKAN
KEPADA MEREKA YANG
BERMISI BESAR.
BAGAIMANA SAYA MENULIS?
"Awalnya saya dipaksa menulis. Itu bermula
dari tempat saya bekerja, dan saya harus menulis di buletinnya. Kemudian dari
tulisan itu ternyata ada yang melirik dan menawarkan untuk dimuat di koran.
Dari situ saya mulai menelepon ke berbagai redaksi yang ada di Indonesia. Awalnya jangan
pikir berapa duitnya! Tujuannya
bagaimana hidup bisa bermanfaat. Alhamdulillah banyak yang memuat. Hampir setiap tulisan saya dimuat, saya
menyertakan nomor HP. Saya selalu siap menerima kritikan. Itu akan menjadi alat
ukur seberapa besar yang minat pada tulisan yang kita tulis. Dan saya juga
termasuk orang yang paling sering melakukan editing pada tulisan saya setiap
ada yang memberikan kritikan saya tinjau ulang kebenarannya lalu
memperbaikinya. Dan akhirnya pada tahun 2005. buku pertama saya dicetak di Gramedia
Pustaka Utama."
AGAR GO NASIONAL
1.
Mulai dari kanan
-
Intention (niat) yang harus kuat dan benar.
-
Randomses
Tidak harus menulis
sesuatu yang khusus. Acak saja dulu untuk memualainya. Apa saja isinya,
bagaimana pun bentuknya, tulis saja dulu. Nanti sambil jalan baru temukan
passionnya. Saya pun di awal, tidak menyangka bahwa saya akan menjadi
motivator.
2. Berbeda
-
Segment or
opportunity:
Cari
sesuatu yang berbeda dengan yang telah ditulis oleh kebanyakan orang lain.
Kalau bisa punya brand sendiri. Branding bukanlah
sesuatu yang kebetulan tapi harus ditata.
-
Passion+competence:
Senang, ide
mengalir saat menuliskannya, dan punya kemampuan dalam bidang tersebut.
-
Appearance +
Wording -> Pendongkrak.
Harus mencari
sesuatu yang bisa membuat kita lebih termotivasi sehingga jenjang karir
kepenulisan kita bisa berjalan lebih cepat.
3.
Leverage/pengaruh
-
Print atau broadcas media.
Lihat kemampuan kita, apakah lebih ke print
(menulis) atau ke bicara siaran di TV atau radio.
-
Website dan sosial media.
Pandai-pandailah menggunakan sosial media untuk
mendukung kemampuan kita.
-
Certification,
award & celebrity
------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembicara ke
tiga adalah Mba Asma Nadia.
Ada hal yang menarik saat beliau memperknalkan
diri. Beliau langsung menampilkan foto suaminya lalu berkata, "Ke mana pun
saya membawakan seminar, saya selalu menampilkan foto suami saya. Karena saya
sadari bahwa seorang istri tidak boleh keluar tanpa izin suaminya." Beliau
juga memperlihatkan foto anak-anaknya yang sedang memegang tulisan hasil
karyanya.
"Subhanallah,
benar-benar keluarga penulis ya..." kataku dengan sponta pada teman yang
ada di sampingku. Kemudian beliau
melanjutkan perkenalan dengan menceritakan bahwa dirinya dulu hanyalah seorang
anak pinggir rel kereta yang sakit-sakitan bahkan memutuskan untuk berhenti
kuliah di IPB pada semester 2 karena penyakit yang dideritanya. Ternyata di
balik semua itu, Allah telah punya rencana lain yang istimewa untuknya. Asma
selalu percaya bahwa, "Allah telah memberi segala untuk jadi luar
biasa." Penulis yang menjadikan tulisan
sebagai tiket untuk berkunjung ke 60 negara, 288 kota ini mencoba untuk
meyakinkan peserta seminar bahwa Allah tidak melihat siapa orangnya, tapi
melihat usahanya untuk menggapai sesuatu dan pantang menyerah pada
keterbatasan."
Beliau pun menceritakan kisah seorang penyapu jalanan yang menjadi presiden. Yang setelah aku lihat di WikiPedia bernama Lee Myung Bak. "Bahkan seorang penyapu jalanan pun bisa jadi presiden." Mba Asma berusaha meyakinkan peserta
Okey...
lanjut masuk ke materi inti.
BEHIND EVERY BOOK
1. Buku bukanlah sekadar ide. Semua orang yang
normal di dunia ini pasti punya ide, tapi apakah semuanya punya buku? Tidak.
2. Adanya keresahan. Ini yang menjadi pendongkrak
bagi saya untuk banyak menulis. Keresahan. Lalu Memperlihatkan berbagai Novel
dan buku yang telah ditulisnya sambil menjelaskan latar belakang yang membuatnya
mengangkat cerita tersebut menjadi tulisan.
3. Satu hal lagi, saya menulis juga sebagai wasiat
untuk anak-anak saya. Saya tidak tau kapan ajal akan menjemput saya. Namun saya
berharap, ketika saya pergi kelak mereka tidak merasa selalu merasakan
keberadaan saya dalam buku-buku yang telah saya tulis. Saat mereka berusaha
menjadi Muslimah yang baik, tinggal buka buku Salon Muslimah, kalau menghadapi
masalah dan hampir putus asa mereka bisa membaca buku Ayahnya yang berjudul No
Excuse, ketika mereka menghadapi masalah dalam pernikahan, mereka tinggal
membaca buku Catatan Hati Seorang Istri, dan begitu juga buku-buku yang
lainnya." Mba Asma menyampaikan dengan semangat. Menjadikan tulisan
sebagai warisan. Keren... kiki emotikon
4. Buku itu
kebutuhan, bukan sekadar bacaan untuk hiburan. Tapi bagaimana kemudian seorang
menjadikan buku sebagai kebutuhan karena adanya nilai yang menuntun di
dalamnya. Tentu harus update juga mengikuti zaman. Jadi penulis harus peka
melihat apa yang sedang tren di masyarakat. Berdakwah
melalui tulisan, tidak harus melulu menjadi tanggung jawab penulis buku agama
bukan?
5. Menulis itu
berjuang untuk berbagi. Ada nilai yang diangkat, dibutuhkan, dan mudah dipahami
oleh pembaca. Gunakan kata-kata yang sederhana saja. Tidak usah beranggapan
bahwa tulisan yang bagus adalah tulisan yang luar biasa kata-katanya dan
membingungkan pembaca.
6. Mulailah dengan menulis pengalaman.
"Tulisan pertama saya dedikasikan kepada Ibu saya sebagai orang yang
paling berjasa dalam hidup saya. yang rela untuk tidak makan siang hanya agar
bisa membelikan saya buku untuk saya baca saat terbaring di rumah sakit."
DOSA PENULIS PEMUDA
1. Judul.
Judul jangan
terlalu panjang dan jangan terlalu pendek. Judul yang terlalu panjang kadang
membuat pembaca tidak penasaran karena sudah tergambar jelas di judul.
Sedangkan kalau terlalu pendek, itu kurang menarik. kecuali kalau Anda sudah
penulis sesepu yang sudah dikenal. Misalnya judul Assalamualaikum Beijing.
Seandainya hanya terdiri dari satu kata, Assalamuaalaikum saja atau Beijing
saja, pasti kurang menarik. Tapi karena digabungkan, Jadilah judul itu sesuatu
yang menggelitik pembaca untuk mengetahui.
2.
Opening yang tidak menarik.
Nah, ini yang
memang perlu dilatih. Mendeskripsikan tempat dan keadaan boleh, tapi pastikan
itu sesuatu yang berbeda, jarang dirasakan oleh orang lain dan tidak sering
muncul dalam tulisan buku-buku yang lainnya.
3. Gagal Fokus.
Penulis harus
tetap fokus pada tulisannya. kalau pun ada ide lain, cukup tulis ideanya dan
keep. Pilihlah ide yang diprioritaskan sampai selesai. Jangan banyak ide, tapi
tidak ada yang selesai.
4. Bertele-tele.
Penulis jangan
terlalu banyak bercerita datar tanpa konflik, atau tanpa ada sesuatu yang
membuat pembaca memiliki emosi yang tetap sama. Sudah baca 10 halaman
misalanya, tapi belum ada perubahan situasi yang menegangkan, mengharukan,
lucu, dan lainnya. Konflik tidak menarik. Upayakan konflik disampaikan semenarik mungkin.
5. Pesan verbal
Hindari
menggunakan terlalu banyak pesan verbal, itu bisa membuat pembaca merasa
digurui. Tapi biarkan pembaca sendiri yang menemukan/menyadari pesan yang ingin
disampaikan
6.
Ending yang tidak menarik .
Pada tahun 90-an
hampir semua cerpen yang ditulis remaja itu berakhir dengan tragis, semuanya
mati pula. Padahal banyak hal-hal imaginatif lainnya yang bisa dijadikan ending
cerita.
7. Hal teknis dalam
menulis. Ini terkait dengan EYD yang digunakan serta penggunaan
kalimat yang susah dipahami.
TIPS MENULIS
1. Menemukan Why,
kenapa saya menulis ini?
2. Menulis hal yang
baik dan bisa meninggalkan pesan.
3. Cari cara, waktu
dan ciptakan suasana yang bisa membuat kita seenak mungkin dalam menulis.
4. Menulis jangan
sambil mengedit.
5. Menghukum diri
bila waktu menulis terlewatkan.
6. Buka mata, buka
telinga, buka hati. Dengarkanlah orang yang curhat.
7. Jangan pernah
menulis sesuatu yang akan disesali.
8. Bangun kesabaran
dan keuletan untuk tulisan yang lebih baik. Bukan untuk menjadikan buku lebih
tebal, tapi bagaimana usaha kita agar tulisan itu bisa membukakan pintu rezeki
lainnya buat kita
0 comments:
Post a Comment