Friday, 11 September 2015

Tips Menjadi Penulis Best Seller & Go National


            Bertemu dengan penulis hebat adalah impian. Karena selain untuk belajar, juga untuk menambah relasi dan tentunya tips-tips menarik dari sang ahli. Tak perlu pikir panjang-panjang, meski agak mahal sekitar sebulan lebih yang lalu aku daftar acara seminar kepenulisan yang bertajuk “Menjadi Penulis Bestseller dan Go National”. All tiket for charity, begitu yang tertuang dalam pamfletnya. Tiket sudah dipegang. Mengapa aku tertarik sekali ikut acara tersebut? Ya, karena pembicara dalam event tersebut adalah para penulis hebat yaitu Ahmad Fuadi, Ippho Santosa dan Asma Nadia.

Balasan bijak, prioritas memilih. Rencana hanyalah rencana. Niat baik tak selamanya berjalan mulus. Tapi, yang jelas kebaikan (pasti) akan dibalas dengan kebaikan pula. Diantara dua pilihan bahkan lebih, memang perlu pertimbangan matang. Memilihnya butuh energi, perlu diplomasi, musyawarah atau sekedar berhenti sejenak. Ya, seperti saktah. Itulah keputusan. Dalam hal apapun, memilih dan menentukan skala prioritas perlu banyak pertimbangan. Baik dari diri sendiri atau pun orang lain. Karena ada acara tiba-tiba (mendadak) di sekolah, setelah dipertimbangkan akhirnya keputusannya saya tidak berangkat ke seminar tersebut.

            “Memang sulit memilih antara keinginan dan tanggung jawab. Insya Allah ada solusi” begitu jawaban dari kepala sekolah lewat whatsappnya saat saya mencoba minta kebijakan izin untuk kegiatan tersebut. Kalau dibikin tulisan akan panjang ceritanya, hehehe. Intinya kedua pilihan tersebut adalah pelajaran berharga, sekaligus refleksi diri sendiri. Komitmenlah yang menentukan prioritas itu. Mungkin betul juga sebuah mahfudhzat "Kun 'aaliman takun 'aarifan". Pun dalam masalah memilih.

Singkat cerita, karena aku sudah bulat dengan keputusanku. Akhirnya aku mencoba tawarkan kepada teman (lewat FB dan WA) untuk menggantikan diriku.
Ada yang mau ikut acara ini?
Saya sudah punya tiket, tapi karena ada acara mendadak juga sepertinya tidak bisa ikut. Kalau ada yang waktunya luang dan bisa datang ke acara tersebut, boleh nih menggunakan tiket saya. Ada yang mau?
*syaratnya cuma bikin review ilmu dari acara tersebut

Hingga hari H tiba belum juga ada yang bersedia. Beberapa orang yang sudah komentar di FB pun belum ada konfirmasi lagi. Dan akhirnya dini hari sekitar jam 03.41 WIB ada pesan masuk lewat whatsapp, menanyakan acara tersebut. Oke deh, tak perlu waktu lama. Hingga menjelang shubuh tiba, akhirnya sudah ada yang bisa menggantikanku untuk datang di acara tersebut. Dia adalah mba Nur Syamsi. Dan sesuai dengan permintaanku kepadanya untuk bikin review hasil acara tersebut. Nah, inilah review yang dibuat oleh mba Nur Syamsi dari acara tersebut. Selamat membaca.....^,^

Review SeminarMenjadi Penulis Best Seller & Go National
(Ditulis oleh: Nur Syamsi)

 Beberapa menit kemudian kami dipersilahkan untuk masuk ke dalam ruangan. Hmm... saya dan seorang teman (kenalan baru yang bernama Irma) langsung memilih kursi bagian tengah. Acara dipandu oleh motivator hebat juga loch, Mas Ardi Gunawan. Beliau memulai acara dengan menyapa para peserta dan tentunya memperkenalkan diri agar lebih terkenal... wk wk wk... 

Meski agak gokil gitu, beliau tetap berpesan agar kita yang tinggal jauh dari orang tua, sebisa mungkin menelepon orang tua setiap hari, insyaAllah rezekinya akan semakin mengalir. Aamiin... "Itu mengingatkanku pada salah satu point dalam Buku 7 Keajaiban Rezeky." Gumamku.

Yuhu... setelah senam otak kanan bersama Mas Ardi Gunawan, acara langsung dilanjutkan dengan menghadirkan Mas A. Fuadi. Ho ho... low profil banget nich orang. Tapi karyanyahigh banget Bo'.  Akhirnya bertemu juga dengan beliau, beliau yang aku baca bukunya sekitar tahun 2010. Kebetulan saat itu ada teman yang menjadikan bukunya sebagai bahan skripsi. Lalu kutonton filmnya pada tahun 2012 di Duta Mal, Banjarmasin bersama seorang siswaku yang hebat, Maghfiro. Nggak nyangka bisa belajar langsung pada orangnya.


"Menulis untuk Mendunia"
(Oleh: Ahmad Fuadi)

Beliau membawakan materi dengan sangat tenang namun berisi. 
Kesempatan kali ini beliau membahas bagaimana cara "Menulis untuk Mendunia".
"Semua yang saya dapatkan sekarang berasal dari satu kalimat ajaib; MAN JADDA WA JADA". Kami pun diminta untuk ikut mengucapkan kata itu, "MAN JADDA WA JADA!".

"Menulis hanya butuh satu hal, yang pertama sebatang polpen, yang kedua secarik kertas, yang ke tiga..." Beliau diam sejenak sambil menunggu jawaban dari peserta.
"Butuh tinta, ide, kata-kata...." peserta berusaha menjawab. Lalu dengan mantap, A.
Fuadi menjawab, "Yang ketiga adalah Sebongkah Hati." Sontak semua peserta berseru riang. kiki emotikon.

"Bagi saya, tulisan itu lebih kuat dari pada peluru." Beliau melanjutkan, "Mengapa saya katakan lebih kuat dari pada peluru
?, karena peluru saat dilepaskan hanya bisa berhenti di satu kepala. Sedangkan tulisan, tidak akan berhenti di satu kepala dan tidak hanya satu waktu tapi lagi, lagi, dan lagi. Melintas zaman, melitas geografi."

"Bagi saya, tulisan adalah karpet terbang yang memerdekakan untuk melintas batas. Dengan menulis saya bisa mengunjungi berbagai negara dengan berbagai beasiswa. Menghadiri undangan untuk menjadi pembicara di hadapan mereka yang menjadikan Novel Negeri 5 Menara sebagai teks wajib perkuliahan" lanjutnya sambil menunjukkan berbagai foto-fotonya dari berbagai negara. Salah satu kota yang dikunjunginya adalah Cardoba, oh my God. Kapan saya bisa kesana? kiki emotikon

Tipsnya, "Tulislah sesuatu yang menarik bagi orang asing". Untuk materinya kurang lebih berikut ini.

BAGAIMANA AGAR TULISAN MENDUNIA?

1.    Angkat tema tentang sesuatu yang khas Indonesia. Indonesia punya 17.000 keunikan yang bisa kita ceritakan dari Sabang sampai merauke.
2.   Hal yang paling menarik bagi orang asing adalah keberagaman yang ada di Bangasa kita, kekhasan dari setiap daerah yang di negara mereka sendiri tidak ada. Gali budaya, bahasa, agama, legenda, alam dll.
3. Terjemahkan ke bahasa lain. Setelah Anda punya karya, terjemahkanlah ke bahasa Inggris/Arab/Prancis, dan lainnya. Penerjamahan bisa dilakukan dengan dua cara. 
a. Terjemahkan sendiri, cari teman/orang yang bisa membantu untuk menerjemahkan.
b. Cari penerbit lua yang mau menerjemahkan.
4.   Aktif kenalkan karya di acara-acara internasional. Tidak usah menunggu untuk diundang, undang diri sendiri saja dulu. Nanti kalau udah dikenal baru diundang. Contoh kegiatannya misalnya UWRF di Ubud Bali. Bangun network. Bawa buku Anda ke mana pun, kemudian ditawarkan/dipromosikan.
5.   Gunakan sosial media. Jangan anggap remeh facebook, justru menurut saya facebook itu yang stabil.
6.     Pelajari hal-hal yang khas dari penulis lainnya. Misalnya seperti Andrea Hirata, Pramudya, Asma Nadia, dll.

PROSES MENULIS SAYA (Ahmad Fuadi)

1.      ''WHY"
Kenapa saya menulis? Niat saya apa? Dalam hal ini, cukup diri sendiri dan Tuhan yang tahu, ini dialog internal.

2.      "WHAT"
Tulislah apa yang kita tahu, kita suka, kita cintai, dan peduli akan menjadi obat buat tulisan.

3.      "How"
Menulis novel juga harus dilakukan dengan melakukan reset melalui wawancara, ngobrol, baca buku lain yang relevan, kunjungi tempat yang ingin diceritakan, kumpulkan dokumentasi berupa foto dan surat, buka kembali diary, dll.

4.      "WHEN"
Cicil setiap hari. Sedikit demi sedikit. Hal yang sangat mungkin untuk menulis satu novel dalam satu tahun. Silahkan berkarya, semoga tahun depan kita bisa bertemu lagi dan yang hadir pada saat ini sudah punya karya masing-masing. 
Jangan lupa, setelah jadi buku, pikirkan bagaimana caranya agar buku tersebut bisa dinikmati dalam bentuk yang lain. Misalnya jadi film, komik, dan lagu. tentu saja, ini untuk karya yang di dalamnya ada nilai yang kuat.


------------------------------------------------------------------------------------------------


Materi Kedua (Ippho Santosa)


Wah emang beda aurahnya kalau yang bicara seorang motivator. he he... itu komentarku saat Mas Ippho baru tampil." "Bapak ibu harus siap memiliki tiga buku. Yang pertama, buku nikah, yang ke dua, buku tabungan, dan yang ke tiga adalah buku yang kita tulis sendiri. Jangan hanya buku yaasiiin yang banyak dicetak di Indonesia." Semua peserta sontak tertawa. "Bahkan kalau bisa jangan mati sebelum menulis buku sendiri."


"Kenapa mereka? dan ada apa dengan mereka?"

KARENA POTENSI YANG BESAR HANYA DIANUGERAHKAN
KEPADA MEREKA YANG BERMISI BESAR.


BAGAIMANA SAYA MENULIS?

"Awalnya saya dipaksa menulis. Itu bermula dari tempat saya bekerja, dan saya harus menulis di buletinnya. Kemudian dari tulisan itu ternyata ada yang melirik dan menawarkan untuk dimuat di koran. Dari situ saya mulai menelepon ke berbagai redaksi yang ada di Indonesia. Awalnya jangan pikir berapa duitnya! Tujuannya bagaimana hidup bisa bermanfaat. Alhamdulillah banyak yang memuat. Hampir setiap tulisan saya dimuat, saya menyertakan nomor HP. Saya selalu siap menerima kritikan. Itu akan menjadi alat ukur seberapa besar yang minat pada tulisan yang kita tulis. Dan saya juga termasuk orang yang paling sering melakukan editing pada tulisan saya setiap ada yang memberikan kritikan saya tinjau ulang kebenarannya lalu memperbaikinya. Dan akhirnya pada tahun 2005. buku pertama saya dicetak di Gramedia Pustaka Utama."

AGAR GO NASIONAL

1.      Mulai dari kanan
-          Intention (niat) yang harus kuat dan benar.
-          Randomses
Tidak harus menulis sesuatu yang khusus. Acak saja dulu untuk memualainya. Apa saja isinya, bagaimana pun bentuknya, tulis saja dulu. Nanti sambil jalan baru temukan passionnya. Saya pun di awal, tidak menyangka bahwa saya akan menjadi motivator.

2.      Berbeda
-          Segment or opportunity:
Cari sesuatu yang berbeda dengan yang telah ditulis oleh kebanyakan orang lain. Kalau bisa punya brand sendiri. Branding bukanlah sesuatu yang kebetulan tapi harus ditata.
-          Passion+competence:
Senang, ide mengalir saat menuliskannya, dan punya kemampuan dalam bidang tersebut. 

-          Appearance + Wording -> Pendongkrak.
Harus mencari sesuatu yang bisa membuat kita lebih termotivasi sehingga jenjang karir kepenulisan kita bisa berjalan lebih cepat.

3.      Leverage/pengaruh 
-          Print atau broadcas media.
Lihat kemampuan kita, apakah lebih ke print (menulis) atau ke bicara siaran di TV atau radio.
-          Website dan sosial media. 
Pandai-pandailah menggunakan sosial media untuk mendukung kemampuan kita.
-          Certification, award & celebrity


------------------------------------------------------------------------------------------------


Pembicara ke tiga adalah Mba Asma Nadia.


Ada hal yang menarik saat beliau memperknalkan diri. Beliau langsung menampilkan foto suaminya lalu berkata, "Ke mana pun saya membawakan seminar, saya selalu menampilkan foto suami saya. Karena saya sadari bahwa seorang istri tidak boleh keluar tanpa izin suaminya." Beliau juga memperlihatkan foto anak-anaknya yang sedang memegang tulisan hasil karyanya. 

"Subhanallah, benar-benar keluarga penulis ya..." kataku dengan sponta pada teman yang ada di sampingku. Kemudian beliau melanjutkan perkenalan dengan menceritakan bahwa dirinya dulu hanyalah seorang anak pinggir rel kereta yang sakit-sakitan bahkan memutuskan untuk berhenti kuliah di IPB pada semester 2 karena penyakit yang dideritanya. Ternyata di balik semua itu, Allah telah punya rencana lain yang istimewa untuknya. Asma selalu percaya bahwa, "Allah telah memberi segala untuk jadi luar biasa." Penulis yang menjadikan tulisan sebagai tiket untuk berkunjung ke 60 negara, 288 kota ini mencoba untuk meyakinkan peserta seminar bahwa Allah tidak melihat siapa orangnya, tapi melihat usahanya untuk menggapai sesuatu dan pantang menyerah pada keterbatasan."


Beliau pun menceritakan kisah seorang penyapu jalanan yang menjadi presiden. Yang setelah aku lihat di WikiPedia bernama Lee Myung Bak. "Bahkan seorang penyapu jalanan pun bisa jadi presiden." Mba Asma berusaha meyakinkan peserta

Okey... lanjut masuk ke materi inti. 

BEHIND EVERY BOOK

1.   Buku bukanlah sekadar ide. Semua orang yang normal di dunia ini pasti punya ide, tapi apakah semuanya punya buku? Tidak. 

2.  Adanya keresahan. Ini yang menjadi pendongkrak bagi saya untuk banyak menulis. Keresahan. Lalu Memperlihatkan berbagai Novel dan buku yang telah ditulisnya sambil menjelaskan latar belakang yang membuatnya mengangkat cerita tersebut menjadi tulisan. 

3.     Satu hal lagi, saya menulis juga sebagai wasiat untuk anak-anak saya. Saya tidak tau kapan ajal akan menjemput saya. Namun saya berharap, ketika saya pergi kelak mereka tidak merasa selalu merasakan keberadaan saya dalam buku-buku yang telah saya tulis. Saat mereka berusaha menjadi Muslimah yang baik, tinggal buka buku Salon Muslimah, kalau menghadapi masalah dan hampir putus asa mereka bisa membaca buku Ayahnya yang berjudul No Excuse, ketika mereka menghadapi masalah dalam pernikahan, mereka tinggal membaca buku Catatan Hati Seorang Istri, dan begitu juga buku-buku yang lainnya." Mba Asma menyampaikan dengan semangat. Menjadikan tulisan sebagai warisan. Keren... kiki emotikon

4.  Buku itu kebutuhan, bukan sekadar bacaan untuk hiburan. Tapi bagaimana kemudian seorang menjadikan buku sebagai kebutuhan karena adanya nilai yang menuntun di dalamnya. Tentu harus update juga mengikuti zaman. Jadi penulis harus peka melihat apa yang sedang tren di masyarakat. Berdakwah melalui tulisan, tidak harus melulu menjadi tanggung jawab penulis buku agama bukan? 

5.  Menulis itu berjuang untuk berbagi. Ada nilai yang diangkat, dibutuhkan, dan mudah dipahami oleh pembaca. Gunakan kata-kata yang sederhana saja. Tidak usah beranggapan bahwa tulisan yang bagus adalah tulisan yang luar biasa kata-katanya dan membingungkan pembaca. 

6.    Mulailah dengan menulis pengalaman. "Tulisan pertama saya dedikasikan kepada Ibu saya sebagai orang yang paling berjasa dalam hidup saya. yang rela untuk tidak makan siang hanya agar bisa membelikan saya buku untuk saya baca saat terbaring di rumah sakit."

DOSA PENULIS PEMUDA

1.      Judul.
Judul jangan terlalu panjang dan jangan terlalu pendek. Judul yang terlalu panjang kadang membuat pembaca tidak penasaran karena sudah tergambar jelas di judul. Sedangkan kalau terlalu pendek, itu kurang menarik. kecuali kalau Anda sudah penulis sesepu yang sudah dikenal. Misalnya judul Assalamualaikum Beijing. Seandainya hanya terdiri dari satu kata, Assalamuaalaikum saja atau Beijing saja, pasti kurang menarik. Tapi karena digabungkan, Jadilah judul itu sesuatu yang menggelitik pembaca untuk mengetahui. 

2.      Opening yang tidak menarik. 
Nah, ini yang memang perlu dilatih. Mendeskripsikan tempat dan keadaan boleh, tapi pastikan itu sesuatu yang berbeda, jarang dirasakan oleh orang lain dan tidak sering muncul dalam tulisan buku-buku yang lainnya. 

3.      Gagal Fokus.
Penulis harus tetap fokus pada tulisannya. kalau pun ada ide lain, cukup tulis ideanya dan keep. Pilihlah ide yang diprioritaskan sampai selesai. Jangan banyak ide, tapi tidak ada yang selesai.

4.      Bertele-tele.
Penulis jangan terlalu banyak bercerita datar tanpa konflik, atau tanpa ada sesuatu yang membuat pembaca memiliki emosi yang tetap sama. Sudah baca 10 halaman misalanya, tapi belum ada perubahan situasi yang menegangkan, mengharukan, lucu, dan lainnya. Konflik tidak menarik. Upayakan konflik disampaikan semenarik mungkin. 

5.      Pesan verbal
Hindari menggunakan terlalu banyak pesan verbal, itu bisa membuat pembaca merasa digurui. Tapi biarkan pembaca sendiri yang menemukan/menyadari pesan yang ingin disampaikan

6.      Ending yang tidak menarik .
Pada tahun 90-an hampir semua cerpen yang ditulis remaja itu berakhir dengan tragis, semuanya mati pula. Padahal banyak hal-hal imaginatif lainnya yang bisa dijadikan ending cerita. 

7.      Hal teknis dalam menulis. Ini terkait dengan EYD yang digunakan serta penggunaan kalimat yang susah dipahami.


TIPS MENULIS

1.      Menemukan Why, kenapa saya menulis ini?
2.      Menulis hal yang baik dan bisa meninggalkan pesan.
3.  Cari cara, waktu dan ciptakan suasana yang bisa membuat kita seenak mungkin dalam menulis.
4.      Menulis jangan sambil mengedit.
5.      Menghukum diri bila waktu menulis terlewatkan.
6.      Buka mata, buka telinga, buka hati. Dengarkanlah orang yang curhat.
7.      Jangan pernah menulis sesuatu yang akan disesali. 

8.   Bangun kesabaran dan keuletan untuk tulisan yang lebih baik. Bukan untuk menjadikan buku lebih tebal, tapi bagaimana usaha kita agar tulisan itu bisa membukakan pintu rezeki lainnya buat kita

*Review tulisan tersebut bisa dibaca juga di blognya mba Nur Syamsi berikut ini: REVIEW SEMINAR Menjadi Penulis Best Seller dan Go Nasional

0 comments: