Wednesday, 31 August 2016

Refleksi 26: Ukur Diri, Ukir Prestasi


Tumbuh itu pasti, soal kuantitas. Seperti halnya usia yang berkurang. Maka, teruslah berkembang, meningkatkan kualitas. Berkembang secara akal, kedewasaan dan pola pikir. Berkembang keimanan dan ketakwaan dalam setiap langkah hidup. Berkembang fikriyah dan ruhiyahnya. Teruslah bersyukur, berbenah, bergerak dan berkarya.... Bismillah....
Terima kasih kepada semua sahabat atas ucapan, do'a dan harapannya. Semoga kebaikan juga menyertai sahabat sekalian. Karena tidak ada balasan kebaikan, selain kebaikan pula. Maka, teruslah tingkatkan saldo kebaikan kita. Mohon maaf bagi yg belum dibales ucapannya. Selamat menempuh (fase) hidup baru
@Ruang Teater Gedung A Perpustakaan RI, 27 Agustus 2016

Meneguk Ilmu dalam Final GRCC 2016
Hari ini (27/08/2016) adalah hari istimewa. Selain karena hari ini bertepatan dengan hari kelahiranku, juga di hari yang sama aku (mewakili Saung Ilmu) mendapat kesempatan untuk menghadiri Awarding Gramedia Reading Comunity Competition (GRCC) 2016 di Gedung Teater A Perpustakaan RI. Sejak awal pengin datang tepat waktu. Tapi apa boleh buat saat KRL baru sampai Tanjung Barat harus terhenti dan tertahan hingga hampir 1 jam karena gangguan sinyal. Alhasil saya pun telat datang dan tidak bisa mengikuti acara dari awal.

Padahal saat sesi pembukaan ada sesi Inspirational Speech dari Pak Anis Baswedan. Karena terlambat, sedikit saya kutipkan beberapa pesan pak Anis yang diupdate oleh Budi Iskandar (SGI 7 - Pegiat Komunitas Ngejah) yang sudah hadir sejak awal. Berikut kutipannya:

"Pendekatan gotong royong perlu dilakukan dalam peningkatan kemampuan literasi" begitu kata Anies Baswedan dalam inspiration speech sebagai pembuka final #GRCC2016 Jawa barat, jakarta, banten dan lampung.

Bicara upaya meningkatkan minat baca masyarakat, ini bisa diawali dengan sebuah gerakan buka program. Ya. Gerakan lebih memungkinkan untuk menginspirasi orang lain diluar. Lebih dari pada sebuah program. Anies berpesan agar para pegiat literasi lebih banyak melakukan sebuah gerakan yang continue di lingkungannya masing-masing.

Saat ini Indonesia menjadi negara ke 60 dari 61 sebagai negara dengan penduduk yang memiliki minta baca rendah. Harapan agar indonesia bisa menjadi negara cerdas dengan membaca, maka salah satu solusinya adalah sebuah gerakan yang terus dilakukan.

Begitu kurang lebih yg diupdate oleh Budi melalui akun FBnya. Nah, saya datang di gedung ini sedang berlangsung sesi penyerahan hadiah bagi pemenang GRCC wilayah Indonesia Timur. Merinding euy melihat momen ini. Sekaligus menggugah motivasi dari mereka.

Acara berlanjut dengan presentasi 3 menit dari 10 finalis GRCC regional Indonesia Barat. Kesepuluh finalis ini dipanggil maju ke atas panggung dan mempresentasikan gagasannya secara bergantian. Mereka disuruh memaparkan idenya dan apa yang akan dilakukan jika menjadi pemenang GRCC ini.

Dari kesepuluh finalis ini awalnya bercerita tentang komunitas taman bacanya. Tentang kegiatannya, ragam keunikan, sebaran lokasinya, jumlah volunter, hingga capaian prestasi yang sudah ditorehnya. Secara umum memiliki kegiatan yang hampir sama dengan Saung Ilmu. Tapi masing-masing punya keunikan dan kekhassan yang diusungnya. Kegiatan utamanya literasi. Terus ada ruang ceria anak-anak yang diisi dengan games, dongeng, dan lain-lainnya. Ada parentingnya, training motivasi, outbond, tebar buku, pojok baca dan ragam kegiatan lainnya.

Usai presentasi finalis, acara dilanjutkan dengan Inspirational Speech dari Butet Manurung tentang apa makna membaca bagi orang Rimba. Banyak sekali pelajaran hidup, ilmu dan informasi yang menarik yang disampaikan oleh Butet yang lebih banyak menceritakan kisah perjalanannya ketika berjuang di sekolah rimba di wilayah-wilayah pedalaman. Salah satu quotes menariknya adalah “merdeka adalah ketika mereka bisa menulis kisah hidupnya dan bebas menjalaninya di hutan belantara”.

Acara puncak final GRCC 2016 ini adalah penganugerahan hadiah kepada para pemenang. Closing kegiatan ini ditutup dengan talkshow inspiratif oleh Sulaiman Budiman dari Kompas Gramedia tentang “Bigger impact Through Your Community”.

Bahagia Kuadrat

Perasaan hari ini campur aduk. Seperti gado-gado. Berasa nano-nano. Entah apa namanya. Bahagia yang berbunga-bunga. Alhamdulillah. Wasyukurillah.
Setelah seharian dari pagi sampai sore di Gedung Perpustakaan RI di Jakarta. Menghadiri acara awarding GRCC 2016 yg penuh inspirasi dan bertemu dgn para pegiat literasi Indonesia. Pak Anis Baswedan dan Bu Butet Manurung pun turut serta mengisi inspirational speech dalam acara ini.
Sepanjang perjalanan Jakarta-Bogor naik KRL berdiri karena padat penumpangnya. Sampai Bogor malam badha maghrib. Tinggal lelah yang bertumpuk. Tapi ada satu rasa yang masih terngiang yaitu "bahagia". Rasa letih yang mampir, tiba-tiba hilang seketika dan tumpah rasa haru saat pulang ke asrama ada surprise dari anak-anak hebatku (Kelas Jawara), teman seperjuangan sekamar (Hakkin Nizar) dan dihadiri pula oleh kepala sekolahku (Pak Efa Nasrifa). Aku tak bisa berkata-kata lagi. Haru bercampur bahagia duduk bersama mereka merekatkan manisnya ukhuwah diantara kami. Terima kasih semuanya. Syukron katsir
"Khaasibuu, qobla an tukhaasaabuu" begitu nasihat Sahabat Umar ini tiba-tiba teringat. Hisablah (dirimu), sebelum engkau dihisab (kelak). Introspeksi diri. Evaluasi diri. Syukuri. Mantapkan. Bismillah. Cemerlangkan diri menatap masa depan. Karena hari ini adalah bahagia kuadrat.
@Asrama Bilik Bambu, 27 Agustus 2016

Ukur Diri, Ukir Prestasi

Setiap langkah perjalanan hidup selalu menghadirkan suka-duka, pahit-manis, susah-senang dan aneka lawan kata lainnya. Satu tahun telah berlalu, bulan demi bulan terus berjalan dan hari demi hari terus silih berganti. Lantas apa yang sudah saya lakukan selama ini? Apa yang telah saya perbuat? Apa yang sudah saya kontribusikan? Apakah langkah hidupku sudah dalam koridor yang benar? Ahh, rasanya begitu banyak beraneka macam pertanyaan yang ingin ditanyakan dalam diriku yang penuh dengan salah dan khilaf ini. Satu hal yang pasti adalah syukuri. Iya itulah yang harus selalu lisan ini ucapkan, hati ini rasakan dan perbuatan ini amalkan dengan penuh kesyukuran kepada-Nya. Alhamdulillah wasyukurillah.

Tentang pencapaian dalam hidup, apakah hanya sekedar tumbuh? Atau juga berkembang selama ini? Sungguh sangat rugi jika selama ini hanya tumbuh saja, bertambah secara usia, bertambah berat badannya atau bertambah tingginya. Iya, jika hanya itu saja, maka sungguh merugi. Tumbuh harus dibarengi dengan berkembang secara kualitas. Karena perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, tapi keduanya berjalan seiringan. Perkembangan adalah soal kedewasaan, kematangan berpikir, ketakwaan yang meningkat dan yang jelas kualitas yang meningkat. Kualitas diri, kualitas iman, kualitas fikriyah, dan kualitas ruhiyah kita. Resapi, renungi, hayati dan refleksikan dalam diri dan hati nurani yang terdalam. Bismillah, laa khaula walaa quwwata illa billah.

Gimana kabar mimpi-mimpiku? Gimana kabar target dan capaian yang ingin diraih? Menganalisis diri memang perlu banyak perenungan. Belajar, berkarya dan berkontribusi. Menjadi pembelajar adalah terus mengevaluasi diri, kembangkan dan tingkatkan terus menerus. Insya Allah tekad itu akan terus menyala, semangat ini akan terus membara, cerminan diri hari ini pancarkan visi masa depan. Maka, sebagai pembelajar teruslah “ukur diri” dan “ukir prestasi”.


Percayalah semakin banyak amanah, akan menjadikan diri ini semakin profesional. Semakin banyak kesibukan, menjadikan kita semakin pandai mengelola waktu. Jadi, teruslah bertumbuh dan berkembang. Pantaskan diri, mantapkan pribadi untuk menggapai ridho-Nya. Let’s go Kang Amrul....!!! @^,^

0 comments: