![]() |
Foto; Tim ENJ Jakarta saat pelepasan di JICT |
"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya......" (Q.S Al-Mulk: 15)
Bismillah.
Subhanalladzi sakhoro lanaa hadza wamaa kunnaa lahuu muqrinin...
Setiap perjalanan menggoreskan sejuta rasa. Perpaduan
antara deburan ombak dan semilirnya angin laut malam siap kami jelajahi.
Mengarungi samudera menuju pulau terluar ibukota. Pulau yang lokasinya harus
melewati hamparan lautan dan ombak yang menerjang. Tak ada macet, tak ada
saling berdesak-desakkan. Tapi yang ada hanyalah pemandangan luas seperti
permadani raksasa bernama lautan dengan aneka pulau di sekitarnya. Kembali
menikmati perjalanan kapal. Dari pelabuhan Muara Kamal menuju ke Pulau Sebira,
sama seperti dari Tobelo ke Loloda Kepulauan. Kurang lebih 8 jam perjalanan.
Ah, rasa-rasanya jadi teringat lagi dengan aroma lautan Maluku Utara.
Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Itulah tekad.
Sulit diungkapkan dengan kata-kata. Saat mengkritisi, mengkomentari dan keluhan
lainnya mungkin begitu mudah diutarakan. Begitulah kurang lebih pasca
pengumuman peserta ENJ yang lolos seleksi diumumkan. Pasalnya banyak perubahan
informasi, pengumuman yang telat dan aneka macam komentar yang beragam pun
berseliweran di IG ENJ. Oke, kalau problem tersebut biarlah menjadi bahan
refleksi dan evaluasi bagi kemenko kemaritiman selaku penyelenggara kegiatan
ini. Tapi yang paling utama adalah berbuat, berkarya dan berkontribusi meski
hanya seujung kuku pun mungkin belum ada. Menyalalan pelita di tengah gulita. Bukan
untuk hari ini semata. Tapi segores ilmu, secarik pengalaman, sebongkah network
dan puing-puing cerita perjalanan ekspedisi ini akan menjadi energi untuk menggapai rangkaian mimpi di masa
mendatang.
Karena setiap perjalanan itu adalah pembelajaran. Maka
setiap jejak langkah harus menjadi proses aktualisasi diri. Bertafakur alam.
Mentadaburi setiap penjuru panorama. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan? Setiap mimpi punya alur ceritanya masing-masing. Tergantung niat,
tekad dan ikhtiar yang dilakukan. Mari mem-biru-i jejak di penjuru nusantara.
Walau tak mungkin menjelajah semua lanskape bumi pertiwi, tapi setidaknya menjejakkan kaki di sebagian kecil
titik-titik pulau itu adalah sebuah impian yg terus diikhtiarkan. Sama seperti
halnya dalam perjalanan ekspedisi nusantara jaya yang aku ikuti ini. Rasanya
ingin sedikit flashback mengingat proses sebelum akhirnya benar-benar berangkat
menuju ke Pulau Sebira. Ingatanku pada proses seleksi ENJ sejak bulan Juli yang
lalu. Catatan perjalanan terkait kegiatan ENJ selengkapnya bisa dibaca pada
tulisan selanjutnya yah, hehe.
Buat Apa Ikut ENJ....???
Pertanyaan ini terbesit saat pertama kali membaca
informasi tentang pendaftaran Ekspedisi Nusantara Jaya atau ENJ 2016. Informasi
yang berseliweran di grup whatsapp kala itu tepat di bulan Ramadhan dan
kebetulan sedang liburan sekolah membuatku tak perlu berpikir panjang untuk
mendaftar. Browshing informasi dan menelusuri websitenya adalah cara pertama
yang aku lakukan. Baca syarat dan ketentuannya, ternyata masih bisa ikut. Oke
deh, insya Allah ikut. Waktu itu aku tak langsung mendaftar, tapi aku save dulu
informasi tersebut dan catet DL pendaftaran dalam stick note di laptop sembari
aku membuat esai terlebih dahulu. Apa itu ENJ? Kegiatannya apa saja, berapa
lama, rutenya kemana saja? Info lengkap tentang ekspedisi ini bisa dilihat di http://www.enj2016.info
Buat apa ikut ENJ? Iya, itulah
pertanyaan pertama sebelum melangkah lebih jauh saat kita hendak memutuskan
suatu hal. Karena niat itulah kunci pertama saat hendak melangkah. Alasanku
ikut ENJ salah satunya bisa dibaca dalam esai yang aku buat sebelum
mempublishnya di kolom register atau pendafatran secara online dalam website
ENJ tersebut. Oya, sekedar berbagi tips bagi kamu yang ingin ikut ENJ tahun
2017 nanti (jika ada lagi) yang harus diperhatikan adalah pastikan persyaratan
yang diminta panitia harus dipenuhi, seperti mengisi biodata, riwayat
organisasi, prestasi, penghargaan dan essai buatlah sesingkat mungkin tapi
harus jelas. Biar gagasan kita kuat dalam menulis esai, kita harus pahamai dulu
latar belakang masalahnya. Intinya dalam form pendaftaran tersebut adalah berisi
tentang track record kita, rekam jejak kita selama ini gimana? Kalau punya
rekam jejak yang bagus, maka peluang untuk lolos pun terbuka lebar. Track
record itu meliputi pengalaman organisasi, jejak prestasi, aktivitas sosial,
dan segala bentuk aktivitasmu yang bermanfaat buat masyarakat sekitar.
Oya
kalau mau tahu contoh esai, berikut ini adalah esai yang aku buat dalam seleksi
ENJ 2016. Selamat membaca....!!!
Budaya Maritim Indonesia
(Esaiku
dalam seleksi ENJ 2016)
Tanamkan
budaya maritim Indonesia kepada para pemudanya. Kenapa? Karena di tangan para
pemudalah kemajuan negeri ini dipegang. Kemajuan teknologi dan pengaruh budaya
asing telah meninabobokan peran pemuda sebagai agen of change di negeri yang
dijuluki sebagai “negara maritim” ini. Dulu sejak SD hingga
SMA, saya mengenal Indonesia sebagai negara maritim hanya lewat pelajaran di
sekolah. Waktu itu saya malah beranggapan Indonesia lebih tepat dijuluki
sebagai negara agraris (pertanian) karena mungkin waktu itu saya hanya mengenal
wilayah Pulau Jawa saja. Baru ketika saya kuliah, saya mulai terbuka tentang
maritimnya negara republik ini. Lebih tepatnya lagi saat pasca lulus kuliah,
saya bertugas sebagai relawan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa dan
ditempatkan di Loloda Kepulauan, sebuah pulau terluar dan terpencil di Maluku
Utara selama setahun (2014-2015). Disinilah mata saya terbuka luas dan wawasan
kemaritiman saya semakin dalam tentang potensi bahari dan kekayaan maritim
wilayah Indonesia Timur. Sayangnya potensi laut yang luar biasa itu tidak
dibarengi dengan penguatan pendidikan di pulau-pulau terpencil, terluar dan
terdepan (daerah 3T). Disana mutu pendidikan masih rendah, ekonomi masih lemah,
belum ada listrik dan akses informasi yang sulit terjangkau karena belum adanya
jaringan sinyal.
Padahal
kita semua tahu kalau sejak dulu Indonesia dikenal sebagai negara maritim.
Julukan ini memang sangat tepat, mengingat wilayah negara kita 70% adalah laut.
Luas wilayah lautan Indonesia kurang lebih 3.257.357 km2. Akhyari
Hananto dalam bukunya yang berjudul Good News From Indonesia mengatakan “Apabila kita tinggal 1 hari saja di setiap
pulau di Indonesia, maka kita akan menghabiskan setidaknya 46 tahun untuk bisa
tinggal di seluruh pulau di negeri ini. Jarak antara Sabang dan Merauke adalah
5.248 km, lebih panjang daripada jarak antara London (Inggris) ke Mekkah (Saudi
Arabia) yakni hanya 4.788”. Tak hanya itu saja yang sangat besar secara
luas geografis dan banyaknya jumlah pulau yang mencapai 17.000 pulau bahkan
lebih. Kita pun tahu dengan
pepatah “nenek moyangku seorang pelaut”. Bahkan semboyan “Jalesveva Jayamahe” (yang artinya di
lautan kita jaya) menunjukkan kejayaan dan kekuatan maritim Indonesia yang
telah ada sejak zaman nenek moyang.
Belajar dari sejarah Indonesia, dua kerajaan raksasa kita (Sriwijaya dan
Majapahit) kala itu berhasil menguasai sebagian wilayah Asia Tengara, dan cukup
terkenal dengan kekuatan kemaritiman mereka.
Bagaimana dengan kondisi maritim sekarang? Apakah budaya maritim masih melekat di hati generasi muda saat ini? Jika pemerintah tengah berupaya untuk mengembalikan Indonesia sebagai pusat poros maritim dunia, lantas apa yang bisa generasi muda lakukan untuk membangun kembali budaya maritim negara kita? Salah satu cara kecilnya adalah berkunjung ke pulau-pulau pelosok yang ada Indonesia. Karena dengan begitu kita bisa menjadi mengenal dan semakin cinta dengan budaya maritim Indonesia. Kalau sudah kenal dan cinta, maka kita pun harus menjaga, merawat dan melestarikannya. Pemuda-pemuda yang sudah terdidik coba datanglah ke pulau-pulau terluar. Apa yang bisa dilakukan disana? Banyak hal yang yang bisa dilakukan seperti mengedukasi anak-anak dan warga masyarakat, karena rata-rata di daerah tersebut masih rendah mutu pendidikannya, memberikan pelatihan dan keterampilan tentang pengolahan hasil laut dan solusi-solusi lainnya yang bisa kita lakukan saat mengunjungi pulau-pulau tersebut. Wahai pemuda, bergeraklah untuk mengembalikan Jalesveva Jayamahe negeri ini.
Selamat
mempersiapkan diri bagi kamu yang pengin ikutan ENJ tahun 2017 mendatang.
Persiapkanlah dan pantaskan diri kalian mulai sekarang juga.
0 comments:
Post a Comment