Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Wednesday, 19 April 2017

“Kenali Diri, Temukan Solusi” dengan Coaching

Peserta Training "Coaching for Teacher"

Menjadi pembelajar adalah suatu keharusan yang harus dilakukan setiap diri pribadi. Dimana pun berada, seorang pembelajar punya tekad tak kenal henti untuk terus memperbaiki diri. Meski medan hidup yang dilalui penuh dengan lika-liku yang menantang, seorang pembelajar akan terus berbenah, terus belajar dan terus mencari ilmu. Saat melewati lintasan kehidupan yang terkadang mirip seperti roda yang kerap kali berputar. Sama halnya dengan yang dihadapi tiap manusia, tidak selamanya berjalan dengan mulus. Pasti ada saja kerikil masalah yang menghadang. Bagi pembelajar, semua hambatan dan tantangan itu akan dilaluinya dengan mencari solusi yang jitu. Seorang pembelajar adalah problem solver juga.

Setiap manusia pasti punya masalah atau problem yang dihadapinya. Pertanyaannya, apa sih “masalah” itu? Mungkin tiap orang berbeda-beda cara pandangnya dalam menilai suatu kejadian yang dialaminya, apakah itu masalah atau bukan? Sebagai contoh: kemacetan, masalah atau bukan? Persepsi orang berbeda-beda. Ada yang bilang kemacetan itu masalah. Ada yang bilang bukan masalah. Bagi pedagang asongan atau pengamen kemacetan menjadi kesempatan sekaligus peluang untuk mencari nafkah. Lain halnya bagi pengendara mobil yang mau berangkat ke kantor, tiba-tiba dihadang kemacetan, tentu ini menjadi masalah besar yang menghadang. Ini hanya contoh sederhana saja tentang kemacetan, bisa jadi masalah, akan tetapi di sisi lain bisa menjadi peluang atau kesempatan. Jadi, apa sebenarnya masalah itu?

Masalah adalah gap antara keinginan dengan kenyataan.  Suatu kejadian atau peristiwa yang kita alami, misalnya dalam kejadian kemacetan tadi. Bagi seorang pengendara mobil yang hendak berangkat kerja, keinginannya adalah perjalanan lancar dan sampai di kantor tepat waktu. Tapi, ketika kenyataan di lapangan yang terjadi adalah kemacetan yang mengular panjang, maka kondisi ini tak seperti yang diinginkan. Maka, kemacetan menjadi masalah bagi orang tersebut. Begitu juga dengan kejadian atau kegiatan lain yang sehari-hari kita alami seringkali tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka sesuatu itu menjadi masalah. Lalu bagaimana cara kita menyikapi atau menghadapi masalah-masalah yang kita alami? Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui teknik coaching.

Itulah pemaparan singkat dari Coach Iis Susilawati dalam Pelatihan “Coaching for Teacher” yang diadakan oleh Maxima. Acara yang berlangsung pada hari Sabtu, 28 Januari 2017 diikuti oleh guru-guru hebat, dosen, praktisi dan para pendidik pembelajar sejati. Suatu kesempatan menarik bisa mengikuti acara spektakuler ini. Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa (Mas Shirly dan Bu Rina) yang telah memfasilitasi saya untuk ikut acara yang spesial ini. Disini saya jadi banyak belajar menjadi coach, coachee dan observer bersama rekan-rekan guru pembelajar yang dipandu oleh Coach Iis. Terima kasih juga buat para panitia dari Maxima selaku penyelenggara event hebat ini.
Apa itu coaching? Bagaimana caranya? Seberapa pentingkah metode coaching itu? Dalam moment ini dikupas tuntas dalam Maxima Training, workshop sekaligus praktek langsung tentang metode coaching tersebut. Pada sesi pertama, Coach Iis memaparkan materi tentang “dasar-dasar coaching untuk guru dan kehidupan sehari-hari”. Meskipun dalam training ini didominasi oleh guru-guru dari sekolah, namun metode coaching ini kata Coach Iis bisa diterapkan juga oleh siapapun, baik untuk coaching diri sendiri (self-coaching), coaching teman, coaching suami/istri dan sebagainya. Berikut ini saya tuliskan resume hasil training tersebut:

Coaching adalah proses memfasilitasi coachee/klien/audience untuk mencapai tujuannya dan bisa mengendalikan hidupnya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memberdayakan. Ada dua jenis coaching yaitu coaching performance dan coaching transformational. Coaching performance dilakukan untuk merubah skill atau keterampilan (dari gak bisa menjadi bisa). Sedangkan coaching transformational adalah merubah kondisi menjadi lebih baik (misal dari B ke A atau dari A ke A’). Coaching berbeda dengan teaching, training, mentoring maupun konsulting. Metode coaching lebih menekankan pada memfasilitasi audiens (cochee) untuk menemukan tujuannya sehingga dapat mengendalikan hidupnya. Selain itu, coaching juga lebih fokus tujuan ke depan (solution future) atas masalah yang dihadapinya.

Bagaimana caranya untuk melakukan coaching? Menurut Coach Iis ada 4 hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan coaching, yaitu:
1.     Coach Position
Sebelum melakukan coaching, posisi duduk juga harus diperhatikan. Antara coach dengan caochee (klient) duduknya bersebelahan. Selain itu, seorang coach juga harus memperhatikan beberapa poin berikut ini:
§  Everybody is okay (tidak menilai orang, netral)
§  Change is inevitable (perubahan dari setiap orang tidak dapat dihindarkan dan memungkinkan terjadi)
§  Every behavior has positive intention (setiap perilaku memiliki niat dan tujuan yang baik)
§  Best decision (setiap keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik pada saat waktu diambilnya keputusan tersebut)
§  Everybody is resourceful (setiap orang memiliki potensi yang sama)

2.     Building Trust (Membangun Kepercayaan)
Hal kedua yang harus dilakukan lagi adalah membangun kepercayaan (building trust) antara coach dengan coachee. Berkaitan dengan hal ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
§  Adanya tujuan yang diinginkan (naming the outcome)
§  Mendengarkan kata kunci yang sering disebutkan oleh coachee (speak the outcome)
§  Adanya softener (pembukaan salam perkenalan)
§  Bertanya sesuai dengan kata-kata / kalimat dari klient
§  Backtracking (mengulangi pertanyaan klient)

3.     Mempersiapkan contract dari klient
Tahap ketiga yang harus dilakukan adalah mempersiapkan contract dari coachee (klient). Tahap ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang coachee dan bagi seorang coach harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
§  In control (hal yang bisa menjadi object coaching adalah sesuatu yang bisa dicontrol / internal control). Sesuatu masalah yang ada dalam diri sendiri, bukan dari pengaruh luar (eksternal)
§  Visual auditory kinestetik (VAK) ; terbayang bagaimana rasanya
§  Ecological check : tidak merugikan lingkungan luar
§  Harus terukur dengan SMART: Specific, Measurable, Achievable, Reliable, Timetable)
§  Positive sentence:  fokus pada apa yang diinginkan, bukan pada yang tidak diinginkan

4.     Tone (suara)
Hal yang tak kalah penting lagi saat melakukan coaching adalah perhatikan tone (suara) kita. Ada 4 jenis suara yaitu suara yang bersifat menyerang, suara bersahabat, suara centil dan suara bijak. Keberhasilan sebuah coaching salah satunya juga memainkan peran suara kita saat berhadapan dengan coachee (klient).

            Setelah Coach Iis menyampaikan materi tersebut, para peserta training dikelompokkan (3 orang per kelompok) untuk melakukan praktek coaching.  Saya satu kelompok dengan Pak Sony (dosen Manajemen, Binus University) dan Mba Dini (Biblioterapy Dompet Dhuafa). Dalam praktek coaching tersebut, kami bertiga berbagi peran sebagai coach, coachee dan observer. Secara bergantian kami memerankan ketiga peran tersebut. Hal yang harus diperhatikan lagi  selain harus memahami keempat poin di atas, ada beberapa pertanyaan dasar yang dapat digunakan dalam coaching. Berikut ini ada 4 pertanyaan paling dasar dan global adalah:
1.      Apa yang Anda inginkan?
2.      Bagaimana cara Anda untuk meraihnya?
3.      Mengapa hal itu penting?
4.      Bagaimana Anda tahu bahwa Anda bisa mencapainya?


Demikian sedikit resume dan sharing materi tentang coaching yang saya dapatkan dalam mengikuti kegiatan training “Coaching for Teacher” yang diselenggarakan oleh Maxima. Menurut saya materi tersebut sangat bermanfaat bagi guru dalam mendidik dan membimbing siswa-siswinya dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya. Pada prinsipnya dengan Coaching ini membantu seorang coachee/klient (bisa siswa, teman atau siapa saja yang kita coaching) menemukan solusi atas kendala atau masalah yang dihadapinya. Kenali diri, temukan solusi dengan coaching. Semoga bermanfaat...!!

Tuesday, 11 April 2017

Gigih Pangkal Juara

TOP 25 Finalis Literacy Awards Baznas-Republika

Menyemai Gigih pada Siswa

Setiap impian butuh usaha, kerja keras dan perjuangan untuk meraihnya. Karena setiap hasil tak kan pernah mengkhianati proses. Maka, saat melewati lika-liku proses itu perlu kegigihan dan tekad yang membara. Itulah yang telah dilalui oleh kedua siswaku ini.
Setiap kali saya menginformasikan tentang info lomba, kompetisi atau sejenisnya kedua siswaku ini paling antusias bertanya. Seperti dalam event Forum Pelajar Indonesia ini. Salah satu persyaratannya adalah bikin 3 essay dan 1 video. Kedua siswaku ini pun mau berproses membuat tantangan ini. Untuk essai saya yang membimbing, sedangkan untuk video bagian Mas @hakkinnizar yang membimbingnya.
Ada 3 esai yang harus mereka buat. Esai pertama tentang siapa diriku dan aktivitasku saat ini. Esai kedua tentang motivasiku mengikuti acara FOR 9 dan esai ketiga bertemakan "Sinergi Pelajar Indonesia". Mereka berdua adalah siswa yg gigih dan mau belajar. Ketiga esai tersebut pun diketik, lalu diprint dan diserahkan kepadaku. Saya koreksi, corat coret pada tulisan yang salah dan kasih masukan tentang kekurangan esai tersebut. Rofik dan Khalid pun kembali memperbaikinya.

Pengumuman Finalis FOR 9
Di tengah kesibukan di boardingschool, mereka berdua terus gigih bersemangat memperbaiki esainya. Revisi, print lalu dikasih lagi kepadaku. Lalu saya corat coret lagi yang salah dan yang masih kurang. Kurang lebih sampai 5x revisi. Akhirnya setelah oke, barulah dikirim ke panitia. Khalid lebih dulu sekitar 5 hari sebelum DL. Sedangkan Rofik baru terkirim tepat dateline. Tepatnya sekitar 2 jam sebelum pendaftaran ditutup.
Nah, disitulah letak kegigihan mereka dalam berjuang. Menjelang pengumuman tiba, panitia lewat akun instagramnya menginformasikan bahwa total pesertanya ada 1327 pendaftar yang berasal dari 317 SMA/MA/SMK/Sederajat dari 32 provinsi se-Indonesia. Peserta yang lolos hanya dipilih 220 peserta. Wow.

Akhir kata, SELAMAT & Barokallahu lakumaa untuk Rofik @rofiqaulia04 (kls XI) dan Khalid @alid_az (kls X) yang lolos seleksi Forum Pelajar Indonesia ke-9 yang diadakan oleh Indonesian Student & Youth Forum (ISYF). Selamat berjuang dan bersinergi dengan pelajar se-Indonesia pada tgl 23-27 Juli 2017 mendatang. Pasti Bisa...!!!


Kegigihan Guru, Teladan bagi Siswa

Jika kemarin kedua siswa kami yang lolos finalis IYSF 2017 lantaran kegigihan daya juangnya. Kini giliran gurunya pun dapat kabar bahagia. Seperti pepatah: "sebuah hasil, tergantung usahanya". Dalam prosesnya perlu kegigihan. Bukankah man jadda wajada? Seperti itulah buah dari kegigihan. Tak bisa digambarkan dengan untaian kata, tapi energinya menggetarkan asa.

Kabar baiknya teman saya juga Mas @hakkinnizar mendapat sms yang sama. Alhamdulillah, kita berdua diberi kesempatan lolos dalam Literacy Award yang diadakan oleh Baznas bekerjasama dgn Republika ini. Program bagi guru/ustadz di sekolah/pesantren ini diharuskan meresensi buku "Ayah...Kisah Buya Hamka" dan membuat rancangan program inspiratif utk sekolah/pesantren.

Sms dari panitia tentang Finalis Literacy Award

Untungnya waktu itu ada salah satu siswa kami yang punya buku tersebut. Di tengah kesibukan yg ada di boardingschool, saya dan mas hakkin gantian baca bukunya. Saya lebih dulu. H-2 DL pendaftaran baru kelar resensinya, sementara mas Hakkin belum selesai baca bukunya. H-1 sudah selesai resensi dan sudah diposting di website pribadi. Tinggal program yg belum??? Seminggu sebelum DL harus selesaiin dulu koreksian USBN, Ujian Praktek & UTS.

Tepat hari terakhir pendaftaran, penuh dag dig dug. Kita berdua sama-sama dateliners, hehehttps://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v8/f53/1/16/1f605.png😅. Hari itu juga DL siswa kami daftar IYSF. Jadi double genting. Klo saya ditambah 1 lagi, hari itu juga ternyta masa tenggang websiteku berakhir. Sore hari saat mau kirim ke panitia, ternyata link website tidak bisa diakses. Harus perpanjang dulu. Saat itu juga langsung pergi ke ATM utk bayar. Cobain 2 atm gak bisa transfer. Kok bisa? Wah ternyata salah tekan tombol. Oke. Kelar urusan perpanjang website. 

Malam hari sekitar 4 jam sbelum ditutup pendaftaran akhirnya terkirim juga resensi dan programnya. Selesai itu baru siswaku juga berhasil terkirim aplikasinya. Sementara mas Hakkin baru beres sekitar 2 jam sebelum DL. Hari yg luar biasa waktu itu. Demikian singkat cerita proses perjalanan kami.

Karena gigih itu ibarat ungkapan berikut:

Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika Anda berhasil, teruslah berkarya. Jika Anda gagal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik, teruslah berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya
(Michael Crichton, penulis novel “Jurassic Park”)

Iya, betul sekali kalimat Crichton ini. Maka, teruslah berkarya. Teruslah melaju hingga injure time. Sebelum peluit akhir dibunyikan, tak ada kata menyerah jika berteman akrab dengan "kegigihan". Karena dalam melakukan segala hal perlu energi juang bernama kegigihan ini. Bagaimana caranya agar bisa terus berkarya? Bertemanlah dengan literasi. Membaca dan menulis, keduanya harus berjalan seiringan. Membaca dan menulis ibarat sepasang suami-istri yang saling melengkapi. Membaca ibarat bahan bakar bagi motor, sementara menulis adalah kelajuan dari motor tersebut. Ini hanya analogi sederhana saja, hehe.

"Banyak membaca, itulah jalan yg baik utk menambah pengetahuan dan mengasah kecerdasan" pesan H. Agus Salim kepada Bung Hatta. Sementara kata Sahabat Ali bin Abi Thalib "ikatlah ilmu dengan menulis". So, teruslah berkarya!

Kombinasi antara impian, kemauan dan perjuangan, itulah KEGIGIHAN. Faidza azamta fatawakkal 'alallah. Bismillah, let's prepare to final Literacy Award Baznas-Republika in Bogor and Jakarta. Berjuanglah dengan gigih...! Ganbareba, zettai dekiru...!