Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Thursday, 16 February 2023

Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


Memutuskan itu seperti saktah, butuh jeda sejenak.  Tapi proses pengambilan keputusannya harus melihat berbagai kaca mata sudut pandang pihak-pihak yang terlibat. Tak boleh gegabah, apalagi ceroboh. Bijak dalam memutuskan, akan melahirkan keputusan yang bijak. Sekolah sebagai institusi moral kerap kali menghadapi 2 tantangan dalam pengambilan keputusan yaitu "dilema etika" dan "bujukan moral". Jika seperti itu mana yang harus diputuskan? Tentunya harus mempertimbangkan 3 dasar pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, menimbang sudut pandang 4 paradigma dilema etika dan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. Berikut ini adalah refleksi dari penulis terkait koneksi antarmateri modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan bagi seorang pemimpin pembelajaran.

1.       Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani memiliki kaitan yang sangat erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, baik sebagai guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas maupun bagi kepala sekolah selaku pemegang keputusan tertinggi di sekolah. Guru adalah teladan bagi muridnya. Kepala sekolah teladan bagi guru, murid dan seluruh civitas sekolah. Sebagai guru maupun kepala sekolah harus senantiasa berpegang dengan prinsiping ngarso sung tulodho” (di depan memberi teladan). Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru baik tutur katanya, tindakan dan perbuatannya harus menjadi teladan dalam garda terdepan di sekolah. Karena murid akan mencontoh semua yang dilakukan oleh gurunya. Kedua, guru dan kepala sekolah juga harus senantiasa mengemban prinsip “ing madya mangun karso” (di tengah membangun semangat, kemauan). Sebagai seorang pemimpin sudah sepatutnya memberikan semangat bagi yang dipimpinnya. Bagi guru harus senantiasa memberikan dorongan spirit kepada muridnya. Begitu juga bagi kepala sekolah harus memberikan dorongan positif kepada staf guru dan seluruh civitas yang ada. Ketiga adalah “tut wuri handayani” (di belakang memberi dorongan). Ketika kondisi muridnya sedang terpuruk atau sedan gada permasalahan, maka seorang guru harus mampu memberikan stimulus dan pemecah masalah atas problematika yang dihadapi muridnya. Ketiga Pratap triloka tersebut  sangat berpengaruh bagi guru maupun kepala sekolah ketika pengambilan keputusan yang berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal.

2.     Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita (baik nilai yang genetis diturunkan dari orangtua maupun nilai yang muncul karena factor lingkungan) sangat berpengaruh bagi orang tersebut saat mengambil sebuah keputusan yang akan diputuskan. Jika yang tertanam dalam diri adalah nilai-nilai kebaikan (sebagai contoh mandiri, reflektif, kolaboratif, bertanggung jawab dll), maka akan menentukan keputusan yang bijak saat dihadapkan dengan sebuah permasalahan baik dilemma etika maupun bujukan moral. Selain itu, pengalaman organisasi pun juga menentukan bagi orang tersebut saat mengambil sebuah keputusan. Jika kepala sekolah yang belum punya pengalaman organisasi maupun belum punya rekam jejak memimpin, akan berbeda cara memutuskan suatu perkaranya dibandingkan dengan seorang yang memiliki jam terbang yang banyak sebelumnya.

3.     Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pengambilan keputusan berkaitan erat dengan kegiatan coaching yang telah dilalui oleh seorang pemimpin di dalam menyelesaikan konflik yang dihadapinya. Penerapan coaching akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Khususnya berkaitan dengan sebuah kasus atau permasalahan yang menyangkut masalah dilemma etika maupun bujukan moral, sebelum menetapkan keputusan tersebut sudah dilakukan sesi coaching terlebih dahulu. Karena coaching adalah bagian yang tidak boleh dilewatkan dalam menangani sebuah kasus permasalahan baik permasalahan murid maupun problematika guru yang ada di sekolah

4.     Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola aspek social emosionalnya dengan baik, apalagi bagi seorang kepala sekolah. Mengelola dan menguasai aspek social emosional dalam dirinya dan kepekaan social bagi orang lain akan sangat berpengaruh bagi dirinya dalam pengambilan suatu keputusan khususnya yang masalah dilemma etika. Emosi yang tidak terkontrol, misalnya ketika dirinya pada situasi sedang marah maka jangan membuat keputusan di saat situasi marah tersebut. Karena akan berdampak buruk kepada keputusan yang akan diambil.

5.     Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Guru adalah teladan bagi peserta didiknya, maka sebagai guru harus senantiasa bertutur kata yang jujur, bertindak dengan perilaku yang santun dan memiliki attitude yang baik dalam setiap aktivitasnya baik selama berada di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Maka jika seorang guru menghadapi suatu permasalahan atau kasus yang berkaitan dengan moral atau etika, harus diselesaikan secara beradab dan beretika pula dengan menggunakan prinsip-prinsip kebaikan universal dan berpihak pada murid. Nilai-nilai yang dianut sebagai seorang pendidik seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid harus senantiasa digunakan di dalam menuntaskan suatu permasalahan yang dihadapinya.

 

6.     Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya harus dilalui dengan Langkah yang tepat dan memperhitungkan beberapa aspek yang harus dilalui. Keputusan yang tepat dan bijak akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tentunya harus mempertimbangkan 3 dasar pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, menimbang sudut pandang 4 paradigma dilema etika dan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan (jika mengikuti materi modul 3.1 ini). Dasar pengambilan keputusan yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab. Jika kasusnya adalah dilemma etika, maka harus mempertimbangkan empat paradigma dilemma etika yaitu individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka Panjang lawan jangka pendek. Kemudian untuk prinsip pengambilan keputusan meliputi berpikir berbasis hasil akhir, berbasis peraturan atau berbasis rasa peduli

7.      Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan menghadapi pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika situasinya serba “andilau” (antara dilema dan galau). Situasi dimana harus mengambil suatu keputusan yang pilihannya sama-sama benar, namun saling bertentangan. Bila tak bijak dalam memutuskannya, akan berdampak negatif pada situasi yang lainnya. Maka dalam memutuskan kasus-kasus dilema etika ini kita harus bisa mengidentifikasi pengujian paradigma “benar lawan benar” ini dengan pendekatan 4 paradigma berikut ini: Individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

8.     Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang kita ambil dalam hal pemilihan strategi pengajaran akan berdampak positif bagi murid dalam hal merdeka belajar, salah satunya dalam pembelajaran berdiferensiasi. Saat guru sudah mengetahui potensi murid di kelas potensinya berbeda-beda, maka keputusan untuk menggunakan pembelajaran berdiiferensiasi  akan menjadi keputusan pilihan yang tepat jika sudah benar-benar dilakukan asesmen diagnostic yang tepat pula. Atau pemilihan model pembelajaran maupun metode pembelajaran juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru tersebut

9.     Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya, misalnya dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut. Pemilihan metode pembelajaran, media yang digunakan dan semua strategi yang dilakukan oleh guru tersebut dalam mengajar ke murid-muridnya akan berdampak positif dan mempengaruhi kehidupan murid-muridnya. Sebagai contoh guru yang inovatif menggunakan alat peraga akan ditiru oleh murid sebagai jiwa yang inovatif. Dalam hal kedisiplinan guru dalam masuk kelas untuk mengajar, juga akan ditiru oleh murid untuk melakukan hal kedisiplinan bagi murid tersebut. Guru adalah teladan bagi murid dalam segala hal. Teladan literasi, teladan disiplin, teladan dalam bersikap dan berbuat segala sesuatu yang guru ajarkan kepada muridnya

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dari modul 3.1 ini adalah sebagai berikut: sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam memutuskan suatu perkara atau permasalahan baik berupa kasus dilema etika maupun bujukan moral, harus memperhatikan banyak hal dan mempertimbangkan keputusan yang akan diambil dengan melihat berbagai sudut pandang yang ada. Tentunya harus mempertimbangkan 3 dasar pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, menimbang sudut pandang 4 paradigma dilema etika dan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. Keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah saling terkait satu dengan yang lainnya. Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran dipengaruhi oleh konsep diri dan nilai-nilai yang tertanam dalam diri. Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, baik sebagai guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas maupun bagi kepala sekolah selaku pemegang keputusan tertinggi di sekolah. Proses pengambilan keputusannya juga dipengaruhi oleh penerapan coaching dalam penyelesaian masalahnya dan mempertimbangkan aspek social-emosional saat memutuskan perkaran yang dihadapinya.


Thursday, 19 January 2023

Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode STAR

 

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice)  Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

 



Lokasi

SMA Ibnu Hajar Boarding School Depok

Lingkup Pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA)

Tujuan yang ingin dicapai

Meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL)

Penulis

In Amullah, S.Si (Mahasiswa PPG Dalam Jabatan)

Tanggal

17 Januari 2023

Situasi:

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.

 

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah kegiatan praktik ini adalah rendahnya motivasi belajar siswa dan kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Hal tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1.   Kurangnya kesadaran diri siswa mengenai makna belajar bagi diri mereka

2.   Pembelajaran di kelas masih monoton, dan kurang melibatkan keaktifan siswa,

3.   Pembelajaran belum berpusat pada siswa

4.   Guru kurang bervariasi metode pembelajarannya

 

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, penulis melakukan praktek pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran  Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) sebagai salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan yang penulis hadapi di sekolah. Praktek baik (best practice) yang penulis lakukan ini  penting untuk dibagikan sebagai bentuk pembelajaran dan inspirasi bagi guru lain dan sebagai bentuk refleksi bagi diri penulis.

 

Peran dan tanggung jawab penulis dalam praktik ini adalah sebagai pendidik harus senantiasi melakukan perbaikan dalam pembelajaran, mengevaluasi setiap pembelajaran yang dilakukan agar berpusat pada siswa dan harus melakukan inovasi dalam pembelajaran agar bermakna dan berdampak positif bagi perkembangan diri siswa.

Tantangan :

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat,

 

Dalam melakukan praktek pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran  Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL), ada beberapa tantangan yang penulis hadapi antara lain:

1.   Persiapan dalam pengondisian siswa karena pada saat praktek 1 (menggunakan PBL) siswa masih ada ujian PAS (Penilaian Akhir Semester) dan pada saat praktek 2 (menggunakan PjBL) bertepatan dengan liburan semester. Akhirnya praktek kedua ini dilakukan di hari kedua masuk semester genap, jadi butuh koordinasi dan persiapan yang ekstra terlebih dahulu

2.   Tantangan dalam praktek 1 kamera yang digunakan untuk merekam lowbat dan kamera panas, sesi penutupan belum direcord. Akhirnya dilakukan rekaman ulang untuk sesi penutupan

3.   Dalam pelaksanaan praktek ke-2 gas yang digunakan untuk praktek habis dan lupa tidak menyiapkan cadangannya, sehingga dalam praktek pembuatan kelompok lain menjadi terkendala

4.   Editing video menjadi tantangan tersendiri, karena laptop yang digunakan penulis full memorinya. Dan tidak bisa lagi jika menambahkan aplikasi pengedit video. Akhirnya meminjam laptop siswa untuk memotong video dan mengeditnya

 

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam praktik ini antara lain:

1.   Siswa kelas X-5 sebagai peserta didik

2.   Satu orang siswa kelas XI sebagai kameramen

3.   Dosen dan guru pamong yang membimbing dari awal hingga monitoring pelaksanaan

4.   Kepala sekolah yang mendukung penuh

5.   Rekan-rekan guru sejawat sebagai rekan diskusi

6.   Tim office boy yang membantu dalam merapikan dan membereskan ruangan kelas

 

Aksi :

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

 

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut antara lain:

1.   Senantiasa berkoordinasi dengan kepala sekolah terkait persiapan praktik

2.   Menginformasikan jauh-jauh hari kepada kepala sekolah dan siswa tentang persiapan pelaksanaan praktik ini

3.   Mengkondisikan siswa dan melakukan briefing dengan siswa terlebih dahulu

4.   Mengkondisikan kelas dan mengecek kelengkapan media penunjang yang dibutuhkan (infokus, laptop, spidol, dll)

5.   Menyiapkan perangkat pembelajaran PBL dan PjBL beserta lampirannya

6.   Menyiapkan alat dan bahan untuk praktek pembuatan yoghurt (untuk susu sapi, susu kedelai dan susu kambing dipesan H-1 sebelum pelaksanaan praktik)

 

Adapun sintaks atau tahapan model PBL dan PJBL antara lain:

-      Model pembelajaran PBL

1. orientasi peserta didik pada masalah

2. menggorganisasikan peserta didik

3. membimbing kegiatan penyelidikan individu atau kelompok

4. mengembangkan dan menyajikan hasil.

5. menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah

 

-      Model pembelajaran PJBL:

1. menentukan pertanyaan mendasar

2. mendesain perencanaan proyek.

3.  menyusun jadwal

4. memantau peserta didik  dan kemajuan proyek

5. menguji hasil, dan

6. evaluasi pengalaman belajar

 

Strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran:

Pendekatan : Saintifik

Model : Problem Based Learning & Project-Based Learning dengan Kerangka Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

Metode : Ceramah, Diskusi, Observasi, Presentasi kelompok dan Proyek

 

Bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat?

Proses pelaksanaan kegiatan praktik ini berlangsung di ruang kelas X-5. Alhamdulillah berjalan dengan lancar dan siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran ini. Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam praktik ini antara lain: siswa kelas X-5 sebagai peserta didik, satu orang siswa kelas XI sebagai cameramen, kepala sekolah dan guru pamong yang membimbing dari awal hingga monitoring pelaksanaan, rekan-rekan guru sejawat sebagai rekan diskusi dan tim office boy yang membantu dalam merapikan dan membereskan ruangan kelas

 

 

Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini

1.   Peralatan yang digunakan: laptop, proyektor, layar, papan tulis, spidol, camera digital, handphone, pulpen, akun zoom dan seperangkat peralatan praktek untuk pembuatan yoghurt seperti kompor, panci, thermometer, pH meter, botol kaca, gelas ukur, corong, nampan

2.   Bahan yang digunakan: slide bahan ajar, video materi pembelajaran, LKPD, dan bahan-bahan untuk praktek pembuatan yoghurt seperti susu sapi, susu kambing dan susu kedelai

 

Refleksi Hasil dan dampak

Bagaimana dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya efektif? Atau tidak efektif?  Mengapa? Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

 

Dampak dari Aksi Praktik Baik:

Berdasarkan  proses pelaksanaan praktik pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) ini ada beberapa dampak yang dihasilkan yaitu:

1.   Siswa lebih antusias, bersemangat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran tersebut

2.   Siswa aktif bekerja sama dalam kelompoknya dan saling berbagi peran dalam mengerjakan tugasnya

3.   Siswa lebih percaya diri ketika menyampaikan hasil kerja kelompoknya saat presentasi kelompok maupun saat bertanya ke kelompok lainnya

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) hasilnya efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran

 

Respon dari orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan:

1.   Respon dari siswa :

Siswa lebih bersemangat, antusias dan berpartisipasi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dengan strategi tersebut

2.   Respon dari guru (rekan sejawat) :

Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemauan untuk mempelajari model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran

3.   Respon dari kepala sekolah :

Mendukung secara penuh semua proses pembelajaran dan inovasi yang dilakukan dalam praktik pembelajaran ini, serta berpesan kepada penulis untuk dibagikan hasil pengalaman ini kepada rekan-rekan guru lainnya yang ada di sekolah

 

Apa yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan?

Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) yang menjadi faktor keberhasilannya adalah sebagai berikut:

1.   Permasalahan/projek materi yang diajarkan relevan dengan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa

2.   Pemilihan model PBL atau PjBL harus tepat sesuai dengan materi yang diajarkan

3.   Dalam pelaksanaannya sesuai dengan sintak-sintak model pembelajaran PBL atau PjBL tersebut

4.   Bahan ajar yang kreatif dan LKPD yang dibuat mudah dipahami oleh siswa

 

Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut

Pembelajaran yang dapat diambil dari keseluruhan proses pelaksanaan praktik pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) adalah sebagai berikut:

1.   Permasalahan yang dihadapi guru di kelas membuat guru harus berinovasi dalam pembelajaran dan harus melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajarannya

2.   Praktik pembelajaran yang penulis lakukan dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada topik materi peranan virus dalam kehidupan dan Project Based Learning (PjBL) pada topik materi biteknologi konvensional mampu meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan siswa dalam pembelajaran