Thursday, 16 February 2023

Koneksi Antarmateri - Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


Memutuskan itu seperti saktah, butuh jeda sejenak.  Tapi proses pengambilan keputusannya harus melihat berbagai kaca mata sudut pandang pihak-pihak yang terlibat. Tak boleh gegabah, apalagi ceroboh. Bijak dalam memutuskan, akan melahirkan keputusan yang bijak. Sekolah sebagai institusi moral kerap kali menghadapi 2 tantangan dalam pengambilan keputusan yaitu "dilema etika" dan "bujukan moral". Jika seperti itu mana yang harus diputuskan? Tentunya harus mempertimbangkan 3 dasar pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, menimbang sudut pandang 4 paradigma dilema etika dan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. Berikut ini adalah refleksi dari penulis terkait koneksi antarmateri modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan bagi seorang pemimpin pembelajaran.

1.       Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani memiliki kaitan yang sangat erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, baik sebagai guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas maupun bagi kepala sekolah selaku pemegang keputusan tertinggi di sekolah. Guru adalah teladan bagi muridnya. Kepala sekolah teladan bagi guru, murid dan seluruh civitas sekolah. Sebagai guru maupun kepala sekolah harus senantiasa berpegang dengan prinsiping ngarso sung tulodho” (di depan memberi teladan). Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seorang guru baik tutur katanya, tindakan dan perbuatannya harus menjadi teladan dalam garda terdepan di sekolah. Karena murid akan mencontoh semua yang dilakukan oleh gurunya. Kedua, guru dan kepala sekolah juga harus senantiasa mengemban prinsip “ing madya mangun karso” (di tengah membangun semangat, kemauan). Sebagai seorang pemimpin sudah sepatutnya memberikan semangat bagi yang dipimpinnya. Bagi guru harus senantiasa memberikan dorongan spirit kepada muridnya. Begitu juga bagi kepala sekolah harus memberikan dorongan positif kepada staf guru dan seluruh civitas yang ada. Ketiga adalah “tut wuri handayani” (di belakang memberi dorongan). Ketika kondisi muridnya sedang terpuruk atau sedan gada permasalahan, maka seorang guru harus mampu memberikan stimulus dan pemecah masalah atas problematika yang dihadapi muridnya. Ketiga Pratap triloka tersebut  sangat berpengaruh bagi guru maupun kepala sekolah ketika pengambilan keputusan yang berpegang pada nilai-nilai kebajikan universal.

2.     Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita (baik nilai yang genetis diturunkan dari orangtua maupun nilai yang muncul karena factor lingkungan) sangat berpengaruh bagi orang tersebut saat mengambil sebuah keputusan yang akan diputuskan. Jika yang tertanam dalam diri adalah nilai-nilai kebaikan (sebagai contoh mandiri, reflektif, kolaboratif, bertanggung jawab dll), maka akan menentukan keputusan yang bijak saat dihadapkan dengan sebuah permasalahan baik dilemma etika maupun bujukan moral. Selain itu, pengalaman organisasi pun juga menentukan bagi orang tersebut saat mengambil sebuah keputusan. Jika kepala sekolah yang belum punya pengalaman organisasi maupun belum punya rekam jejak memimpin, akan berbeda cara memutuskan suatu perkaranya dibandingkan dengan seorang yang memiliki jam terbang yang banyak sebelumnya.

3.     Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pengambilan keputusan berkaitan erat dengan kegiatan coaching yang telah dilalui oleh seorang pemimpin di dalam menyelesaikan konflik yang dihadapinya. Penerapan coaching akan sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid. Khususnya berkaitan dengan sebuah kasus atau permasalahan yang menyangkut masalah dilemma etika maupun bujukan moral, sebelum menetapkan keputusan tersebut sudah dilakukan sesi coaching terlebih dahulu. Karena coaching adalah bagian yang tidak boleh dilewatkan dalam menangani sebuah kasus permasalahan baik permasalahan murid maupun problematika guru yang ada di sekolah

4.     Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola aspek social emosionalnya dengan baik, apalagi bagi seorang kepala sekolah. Mengelola dan menguasai aspek social emosional dalam dirinya dan kepekaan social bagi orang lain akan sangat berpengaruh bagi dirinya dalam pengambilan suatu keputusan khususnya yang masalah dilemma etika. Emosi yang tidak terkontrol, misalnya ketika dirinya pada situasi sedang marah maka jangan membuat keputusan di saat situasi marah tersebut. Karena akan berdampak buruk kepada keputusan yang akan diambil.

5.     Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Guru adalah teladan bagi peserta didiknya, maka sebagai guru harus senantiasa bertutur kata yang jujur, bertindak dengan perilaku yang santun dan memiliki attitude yang baik dalam setiap aktivitasnya baik selama berada di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Maka jika seorang guru menghadapi suatu permasalahan atau kasus yang berkaitan dengan moral atau etika, harus diselesaikan secara beradab dan beretika pula dengan menggunakan prinsip-prinsip kebaikan universal dan berpihak pada murid. Nilai-nilai yang dianut sebagai seorang pendidik seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid harus senantiasa digunakan di dalam menuntaskan suatu permasalahan yang dihadapinya.

 

6.     Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya harus dilalui dengan Langkah yang tepat dan memperhitungkan beberapa aspek yang harus dilalui. Keputusan yang tepat dan bijak akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tentunya harus mempertimbangkan 3 dasar pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, menimbang sudut pandang 4 paradigma dilema etika dan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan (jika mengikuti materi modul 3.1 ini). Dasar pengambilan keputusan yaitu berpihak pada murid, berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab. Jika kasusnya adalah dilemma etika, maka harus mempertimbangkan empat paradigma dilemma etika yaitu individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kebenaran lawan kesetiaan dan jangka Panjang lawan jangka pendek. Kemudian untuk prinsip pengambilan keputusan meliputi berpikir berbasis hasil akhir, berbasis peraturan atau berbasis rasa peduli

7.      Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan menghadapi pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika situasinya serba “andilau” (antara dilema dan galau). Situasi dimana harus mengambil suatu keputusan yang pilihannya sama-sama benar, namun saling bertentangan. Bila tak bijak dalam memutuskannya, akan berdampak negatif pada situasi yang lainnya. Maka dalam memutuskan kasus-kasus dilema etika ini kita harus bisa mengidentifikasi pengujian paradigma “benar lawan benar” ini dengan pendekatan 4 paradigma berikut ini: Individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) dan jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

 

8.     Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan yang kita ambil dalam hal pemilihan strategi pengajaran akan berdampak positif bagi murid dalam hal merdeka belajar, salah satunya dalam pembelajaran berdiferensiasi. Saat guru sudah mengetahui potensi murid di kelas potensinya berbeda-beda, maka keputusan untuk menggunakan pembelajaran berdiiferensiasi  akan menjadi keputusan pilihan yang tepat jika sudah benar-benar dilakukan asesmen diagnostic yang tepat pula. Atau pemilihan model pembelajaran maupun metode pembelajaran juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru tersebut

9.     Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya, misalnya dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut. Pemilihan metode pembelajaran, media yang digunakan dan semua strategi yang dilakukan oleh guru tersebut dalam mengajar ke murid-muridnya akan berdampak positif dan mempengaruhi kehidupan murid-muridnya. Sebagai contoh guru yang inovatif menggunakan alat peraga akan ditiru oleh murid sebagai jiwa yang inovatif. Dalam hal kedisiplinan guru dalam masuk kelas untuk mengajar, juga akan ditiru oleh murid untuk melakukan hal kedisiplinan bagi murid tersebut. Guru adalah teladan bagi murid dalam segala hal. Teladan literasi, teladan disiplin, teladan dalam bersikap dan berbuat segala sesuatu yang guru ajarkan kepada muridnya

10.  Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dari modul 3.1 ini adalah sebagai berikut: sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam memutuskan suatu perkara atau permasalahan baik berupa kasus dilema etika maupun bujukan moral, harus memperhatikan banyak hal dan mempertimbangkan keputusan yang akan diambil dengan melihat berbagai sudut pandang yang ada. Tentunya harus mempertimbangkan 3 dasar pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, menimbang sudut pandang 4 paradigma dilema etika dan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan. Keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah saling terkait satu dengan yang lainnya. Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin pembelajaran dipengaruhi oleh konsep diri dan nilai-nilai yang tertanam dalam diri. Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara yang dikenal dengan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani juga memiliki kaitan yang sangat erat dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, baik sebagai guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas maupun bagi kepala sekolah selaku pemegang keputusan tertinggi di sekolah. Proses pengambilan keputusannya juga dipengaruhi oleh penerapan coaching dalam penyelesaian masalahnya dan mempertimbangkan aspek social-emosional saat memutuskan perkaran yang dihadapinya.


0 comments: