Thursday, 11 October 2012

SEKALI MENULIS TETAP MENULIS

Habis membaca terbitlah menulis. Tulisan itu pun akan senantiasa bersinar menerangi bacaan. Begitulah pepatah yang tepat bagi kedua pasangan sejati (membaca dan menulis) yang tak bisa dipisahkan karena keduanya selalu beriringan. Kekuatan membaca yang telah kita serap akan meningkatkan keterampilan dalam menulis. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, begitu juga dengan menulis, tulisan yang kita tulis tak lepas dari bacaan yang telah kita baca sebelumnya. Jenis atau genre buku yang kita baca pun akan mempengaruhi cita rasa tulisan yang kita hasilkan. Menulis dengan hati akan sangat berarti dibandingkan hanya menulis dengan emosi. “Scripta manent, verba volent” yang berarti apa yang tertulis akan abadi dan apa yang terucap akan musnah. Pepatah latin ini pun menjadi visi bagi sebuah tulisan yang telah tergoreskan pena.

Menulis juga menjadi senjata ampuh bagi para pencari ilmu, sebagaimana Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan “ikatlah ilmu dengan menulis”. Menulis telah menjadi mesin penyimpan ilmu yang tak pernah hilang ditelan zaman, seperti yang telah dilakukan oleh Imam Bukhari, Imam Ghozali, Ibnu Taimiyyah, Imam Syafi’i, dan para cendekiawan muslim lainnya. Walaupun orangnya telah tiada tapi karya-karya para tokoh ulama tersebut sampai sekarang menjadi referensi dan rujukan bagi umat manusia. Bermula dari hal itulah aku pun mencoba mengikuti jejak-jejak mereka. Sejak aku masih menjadi siswa SD hingga kuliah menjadi mahasiswa sampai sekarang aktivitas menulis tak pernah aku tinggalkan. Aku selalu mencatat apa yang disampaikan oleh guru dan catatan inilah yang memudahkanku ketika aku belajar untuk menghadapi ulangan ataupun ujian sekolah. Selain menulis ilmu, aku pun terkadang menulis segala unek-unek atau kejadian yang akau alami dalam sebuah buku diariku. Hal inilah yang melatih kepekaanku dalam menulis.

Ketika aku menjadi mahasiswa, aktivitas yang aku hadapi semakin beragam. Aktivitas kuliah dan tugas yang banyak, praktikum dan laporan yang padat, hingga kesibukanku menjadi aktivis di berbagai organisasi kemahasiswaan yang tak kunjung usai. Akan tetapi di tengah-tengah aneka macam kesibukanku tersebut aku tak pernah meninggalkan aktivitas tulis menulis. Aku memiliki 4 macam jenis buku yang selalu menemaniku setiap hari, yaitu buku kuliah, buku laporan praktikum, buku aktivis, dan buku diari. Buku kuliah merupakan buku tulis utama yang aku gunakan ketika kuliah, walaupun dosen sudah menyediakan slide power point tapi aku selalu mencatat apa yang disampaikan dosen. Buku praktikum menjadi menu keduaku setiap hari setiap kali selesai praktikum, laporan pun harus aku kerjakan dengan cara menulis. Terkadang ada juga laporan yang harus diketik, ataupun tugas dari dosen yang harus diketik pula, akan tetapi berhubung aku belum mempunyai komputer atau laptop sendiri terpaksa aku harus bolak balik ke rental. 

Buku aktivis merupakan buku yang aku gunakan untuk urusan organisasi. Setiap kali ada rapat, menghadiri event-event kegiatan mahasiswa, koordinasi dengan dekanat atau rektorat atau pun setiap kali aku didelegasikan untuk kegiatan keluar kota aku selalu mencatat dan menulisnya di buku aktivis ini. Buku aktivis ini pun aku gunakan juga sebagai buku asisten (aku menjadi asisten praktikum sejak semester 4). Selain buku aktivis, aku juga masih punya buku diari yang memiliki banyak fungsi yaitu untuk menulis segala bentuk curahan hatiku, mencatat pengeluaran kebutuhan hidup, dan mencatat impian-impianku yang akan aku raih. Buku-buku tersebutlah yang telah menemaniku dan memudahkan urusanku dalam mengarungi setiap aktivitas yang tak pernah kunjung usai. Menulis telah menjadi bagian hidup yang tak bisa aku tinggalkan dimanapun aku berada. Buku-buku tersebut ternyata sangat bermanfaat sebagai acuan, referensi, dan evaluasi diri di setiap semester yang telah aku lalui.

Sampai semester 5 aku masih belum mempunyai komputer atau laptop, sementara itu tugas semakin menumpuk. Akan tetapi sebenarnya hal tersebut bukanlah kendala yang berarti, karena aku masih bisa pergi ke rental atau warnet. Aku pun berencana untuk membeli laptop kecil atau yang dikenal dengan notebook pada akhir semester 5 nanti, tentunya aku harus menyisihkan sebagian uang beasiswaku untuk membelinya. Memiliki laptop jangan hanya sekedar menuruti hawa nafsu atau ikut-ikutan teman yang lainnya, tapi karena kebutuhan yang penting dan mendesak. Aku pun bertekad pada diri sendiri, “memiliki notebook adalah untuk memudahkanku dalam mengerjakan tugas-tugas dan laporan praktikum”. “Selain itu aku juga bertekad akan menggunakan notebook tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat seperti untuk menulis dan mengikuti kompetisi menulis lainnya, bukan untuk main game atau sekedar online hiburan saja” begitulah tekad bulatku.

0 comments: