Aroma
bulan yang sangat istimewa ini sudah tercium harumnya. Bulan yang penuh berkah,
penuh ampunan, dan bulan yang suci ini akan segera datang. Ramadhan namanya. Sudah
sejauh mana persiapan kita menyambut bulan suci Ramadhan tahun ini? Targetan apa
saja yang akan kita lakukan pada bulan puasa kali ini? Mari kita sama-sama
menyambut bulan yang penuh maghfiroh ini dengan penuh suka cita dan meningkatkan
amal-amal kita. Luruskan niat, benahi hati, sucikan pikiran.
Andai Ramadhan itu SISTEM,
INPUT-nya iman, PROSES-nya puasa, dan OUTPUT-nya takwa. Jika berpuluh ia lewat
dan takwa belum tergapai, apa yang eror? Bisa jadi galat ada dalam PROSES-nya,
maka mari benahi puasa kita. Tapi jangan-jangan INPUT kita lebih tak beres, maka
iman itu perlu dibarukan. Melestarikan Ramadhan; semangat berinfak yang lebih
besar daripada gairah berbelanja, semangat beribadah yang tak dikalahkan gairah
berhura. Selamat merenda takwa Shalihin-Shalihat.
Demikian Ustadz Salim A. Fillah memaknai Ramadhan yang tersimak dalam bukunya yang
berjudul “Menyimak Kicau Merajut Makna”.
Sudah
siapkah bekal kita menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan? Persiapkan dirimu!
“Ternakkan amalmu di Bulan Ramadhan” begitu tema ini diangkat dalam Tabligh
Akbar yang digelar oleh LDF SALAM Fakultas Peternakan Unsoed (Sabtu, 6 Juli
2013) dengan Pembicara Ustadz Nizam Zulfikar dari Yogyakarta. Da’i muda ANTV
ini mengawali ceramahnya dengan mengingatkan akan dua nikmat yang paling sering
dilalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan nikmat kesempatan. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, “Ada dua nikmat yang
sering dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan/umur”
(H.R. Bukhari). Sejauh mana kita memanfaatkan waktu dan usia kita selama
ini? Sarjana Fisipol UGM ini menanyakan kepada para hadirin, “sampai detik ini,
sudah berapa tahun usia kita?” “sudah berapa usia ilmu kita?” “berapa tahun
usia yang kita gunakan untuk memperoleh ilmu?” coba bandingkan lebih banyak
mana usia ilmu kita dengan usia nonton TV? Lebih banyak mana usia ilmu kita
dengan banyaknya waktu tidur kita?
Coba
kita lihat dan renungkan, Imam Syafi’i yang di usia 9 tahun sudah mampu
menghafalkan seluruh isi Al-Qur’an. Usia 15 tahun beliau sudah diangkat menjadi
mufti/hakim yang berhak memutuskan perkara. Bukankah 24 jam yang dimiliki Imam
Syafi’i sama dengan 24 jam yang kita miliki? Terus, bukankah 24 jam-nya
mahasiswa dengan predikat IPK Cumlaude sama dengan 24 jam-nya mahasiswa dengan
IPK kemelut…? Iya, 24 jam-nya memang sama, tapi yang beda adalah sejauh mana
kita mengoptimalkan waktu yang kita miliki tersebut. So, manfaatkanlah waktu
dengan baik agar menjadi pribadi yang full manfaat dan umur menjadi full
barokah.
Salah
satu tujuan puasa Ramadhan adalah agar menjadi orang yang bertakwa (lihat surat
Al-Baqarah: 183). Siapakah orang yang bertakwa itu? orang-orang yang bertakwa
yaitu orang yang berinfak (baik di waktu
lapang maupun sempit), orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang lain, dan orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi
diri sendiri, segera mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya (senantiasa
bertaubat). Demikian penjelasan ini tertuang dalam Surat Ali Imran ayat
133-136.
Dari penjelasan surat Ali Imran
tersebut, Ustadz Nizam menyampaikan poin-poin penting yang harus kita miliki dan
kita tingkatkan untuk menyambut bulan suci Ramadhan, yaitu:
1.
Senantiasa berinfak baik di waktu lapang
maupun sempit,
2.
Menahan amarah
Masih
ingat kan? Bahwa “orang kuat itu,
bukanlah orang yang kuat dalam bergulat, tetapi sebenarnya orang kuat itu ialah
orang yang dapat menahan amarahnya” (H.R. Bukhari-Muslim)
3.
Mema’afkan kesalahan orang lain
4.
Senantiasa bertaubat
Luruskan
niat kita, tingkatkan sabar, dan sempurnakan ikhtiar
kita untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Sebagaimana kita bisa
mengambil pelajaran dari kisah Siti Hadjar ketika anaknya Ismail sedang
kehausan. Padahal secara logika di deerah padang pasir susah ditemui adanya
mata air. Tidak hanya cukup berdo’a saja, Siti Hadjar berusaha mencari air bagi
anaknya yang sedang kehausan, walau beliau tahu bahwa di gurun pasir yang panas
pasti tidak ada air. Namun, Siti Hadjar tetap menyempurnakan ikhtiarnya dengan
berusaha mencari air sambil terus memohon pertolongan Allah. Dari Bukit Shafa
beliau berlari hingga ke Bukit Marwah. Seakan-akan disana ada air, namun
sesampainya di bukit tersebut ternyata yang dilihat hanya sekedar fatamorgana. Beliau
pun kembali melihat dan bergerak berlari ke Bukit Shafa, dan ternyata yang
ditemui hanyalah fatamorgana. Sampai 7 kali sang Siti Hadjar berlari mencari
air bolak-balik dari Bukit Shafa dan Bukit Marwah, namun tak menemui hasil. Ternyata
pertolongan Allah justru hadir dan datang dari arah yang tak disangka-sangka,
bukan dari kedua bukit tersebut. Justru pertolongan Allah datang dari tanah
tempat sepakan kaki putra tercintanya Ismail, yang kemudian muncul mata air
yang memancar yang sekarang dikenal dengan air zam-zam. Allahu Akbar! Mata air
tersebut sampai sekarang tidak pernah kering walaupun diminum oleh milyaran
manusia jama’ah haji ataupun umrah dari seluruh penjuru dunia.
So, sambut Ramadhanmu sekarang juga! Ternakkan
amalmu di bulan Ramadhan! Semoga bisa melahirkan dan menetaskan ketakwaan yang
senantiasa menghiasi hati kita di 11 bulan kemudian. Untuk menutup tulisan ini,
perkenankan kembali sedikit mengutip pernyataan Ustadz Salim A. Fillah dalam
buku yang sama tadi, “Ya Rabbi, kutahan
dirinya dari syahwat dan hawa”, ujar Puasa. “Ya Rabbi, kucegah dia dari tidur
di malam hari”, seru Qur’an. Betapa indahnya. Puasamu jelita, menjadi latihan
tuk memamerkan ibadah pada Allah semata, menaburkan dampaknya pada sesame dalam
bentuk akhlak mulia. Seindah-indah lantunan adalah Al-Qur’an, sesyahdu-syahdu
waktunya adalah kala malam dan seagung-agung penghayatannya ada dalam qiyamul lail.
3 comments:
super sekali mas iin..
super sekali mas iin
super sekali mas iin
Post a Comment