Tahun 2014 adalah tahun
yang spesial bagi Indonesia. Pasalnya pada tahun ini banyak sekali “hajatan” akbar yang diselenggarakan oleh
berbagai kalangan. Selain karena mau tutup buku, juga karena akan membuka
lembaran baru. Seperti hajatan tahun-tahun sebelumnya, setiap akhir
pemerintahan pasti ada evaluasi kinerja dan konsolidasi untuk menyambut masa
pemerintahan selanjutnya. Sebut saja ada istilah Rakernas, Munas, Rapimnas dan
istilah-istilah lainnya yang berbau akhiran nasional khususnya yang diadakan
oleh partai politik. Spesialnya tahun 2014 dikenal dengan tahun politik karena
adanya “Pemilu 2014”.
Tak hanya dari kalangan
parpol saja yang sibuk dengan ‘hajatan’nya berunjuk gigi menyambut ajang Pemilu
2014, sejumlah kementerian, lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif juga
sibuk dengan evaluasi dan menyiapkan agenda 5 tahunan ini. Sebut saja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, baru saja mengadakan Rembuk Nasional Pendidikan dan
Kebudayaan (RNPK) 2014 yang telah berlangsung pada tanggal 5-7 Maret 2014. Ibarat siswa di sekolah dievaluasi dengan ulangan atau
ujian akhir sekolah, Kemendikbud pun dievaluasi kinerjanya melalui RNPK. RNPK
ini mengangkat tema “Evaluasi Kinerja
Kemendikbud Tahun 2010-2014 dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013″, yang
di dalamnya membahas tentang potensi Indonesia di tahun 2030, pergeseran
populasi, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia, serta bonus demografi.
RNPK
2014 menghasilkan beberapa keputusan dalam bidang pendidikan yang terbagi
menjadi delapan komisi. Salah satu hasil keputusannya adalah Komisi II
menghasilkan keputusan mengenai implementasi Kurikulum 2013 yang terkait
pengadaan buku. Komisi III masih mengenai implementasi Kurikulum 2013 terkait
strategi pelatihan kepada guru.
Sederhananya, suksesnya implementasi Kurikulum 2013 salah satu diantaranya
ditentukan oleh guru yang berkualitas. Oleh karena itu, perlunya diadakan
sosialisasi yang masif dan pelatihan mengenai kurikulum tersebut secara
maksimal. Walau dalam kenyataannya sampai menjelang pertengahan tahun 2014 ini
masih banyak sekolah yang belum paham tentang kurikulum tersebut. Hasil Rembuknas Kemendikbud tersebut, tentunya akan
menentukan masa depan pendidikan kita pasca Pemilu 2014 mendatang.
Lantas
adakah kaitannya antara Rembuknas dengan Pemilu 2014? Apakah antara pendidikan
dan pemilu, keduanya saling berhubungan? Iya ada, keduanya saling bersinergi
dalam menentukan arah gerak kemajuan bangsa ini. Pemilu vs pendidikan? keduanya
memiliki kesamaan dalam hal subyek utamanya. Presiden dan Guru. Presiden menentukan kemajuan 5 tahun
kepemimpinan Indonesia. Sementara guru jauh lebih awal mencetak calon presiden.
Artinya guru adalah pencetak presiden yang berkualitas. Bahkan semua profesi
yang ada berawal dari kerja keras seorang guru dalam mendidik mereka. Calon
presiden dan calon legislatif pun sebelumnya telah belajar dan dididik oleh
seorang guru.
Pemilu
2014 adalah ajang mencari “guru = presiden” yang berkualitas. Kalau kita
cermati adakah sosok yang memenuhi kriteria tersebut? Sebentar lagi, negeri
kita mau mengadakan hajatan rutin, bernama pemilihan
legislatif (9 April 2014) dan pemilihan presiden (9 Juli 2014). Kedua hajatan
akbar ini sangatlah penting menjadi perhatian kita semua, karena kita akan mencari orang-orang yang akan memimpin
dan mengelola negara untuk kabinet selanjutnya. Dalam mencari sosok “guru = presiden” yang berkualitas tersebut bisa kita
lihat jauh-jauh hari. Adakah kampanye yang mendidik? Jika anak-anak kecil pun
diajak berkampanye di jalan. Ada lagi yang membunyikan klaksonnya tak
beraturan. Belum lagi “serangan fajar”, “politik pencitraan” dan potret buram
lainnya dalam mencari dukungan suara. Maka dari itu sudah sepatutnya,
sebagai warga negara yang baik harus bijak dalam memilih sesuai hati nurani.
Pertimbangkan dengan baik, pahami visi misinya dan kenali karakteristik para
caleg dan capres yang akan kita pilih nanti.
Dewan legislatif dan
presiden yang akan terpilih nanti, akan sangat menentukan arah kemajuan bangsa
kita. Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh pemimpinnya (presiden) dan masa
depan pendidikan kita ditentukan oleh guru yang berkualitas. Jadi, masa depan
pendidikan Indonesia pasca pemilu 2014 sangatlah ditentukan oleh pemimpin dan
guru. Guru adalah pemimpin dan pemimpin
adalah guru. Kalau berkaca dari
sejarah, para pemimpin terdahulu adalah pengajar (guru). Sebut saja Soekarno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Ki Hajar
Dewantara, Panglima Besar Jenderal Sudirman, Kartini, dan tokoh-tokoh pemimpin
lainnya, mereka selain memimpin juga mengajar (guru). Rata-rata para pejuang
dan pemimpin republik ini pernah mengajar. Maka dari itu, untuk mencari
pemimpin dalam pemilu 2014 carilah pemimpin yang sekaligus guru, karena pemimpin
yang berjiwa pendidik inilah yang akan membawa masa depan pendidikan Indonesia
menjadi lebih baik lagi.
Guru merupakan ujung
tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dimana guru akan melakukan
interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas.
Melalui proses belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas pendidikan.
Artinya, secara keseluruhan kualitas pendidikan berawal dari kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di ruang kelas. Akan tetapi yang
menjadi masalah saat ini adalah sudahkah para guru yang ada di Indonesia sudah
menjadi guru yang berkualitas?
Menurut data
Kemendiknas 2010 akses pendidikan di Indonesia masih perlu mendapat
perhatian, lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan
sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih
dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan 13,19%
bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki. Menurut Teacher Employment
& Deployment, World Bank (2007) distribusi Guru tidak merata. 21% sekolah
di perkotaan kekurangan Guru. 37% sekolah di pedesaan kekurangan Guru. 66%
sekolah di daerah terpencil kekurangan Guru dan 34% sekolah di Indonesia yang
kekurangan Guru. Sementara
di banyak daerah terjadi kelebihan Guru.
Berbagai permasalahan
guru seperti distribusi yang tidak merata, kekuarangan guru, dan rendahnya
kualitas guru inilah yang menjadi tugas bagi presiden terpilih pemilu 2014.
Presiden terpilih 2014 harus mampu menjawab semua tantangan dan hambatan yang
ada di hadapan kalangan guru, serta memecahkan masalah guru ini. Siapa pun yang
terpilih nantinya semoga benar-benar bisa menjadi presiden sekaligus guru bagi
peradaban bangsa Indonesia. Mencari guru yang berkualitas sama dengan mencari
presiden yang berkualitas. Karena guru adalah tonggak utama dalam memecahkan
masalah pendidikan kita. Jika ingin melihat masa depan pendidikan suatu bangsa,
maka lihatlah gurunya, lihatlah pemimpinnya. Selamat mencari “guru = presiden”
yang berkualitas dalam Pemilu 2014.