Tuesday, 8 April 2014

Pemilu 2014: Mencari “Guru = Presiden” Berkualitas


Tahun 2014 adalah tahun yang spesial bagi Indonesia. Pasalnya pada tahun ini banyak sekali  “hajatan” akbar yang diselenggarakan oleh berbagai kalangan. Selain karena mau tutup buku, juga karena akan membuka lembaran baru. Seperti hajatan tahun-tahun sebelumnya, setiap akhir pemerintahan pasti ada evaluasi kinerja dan konsolidasi untuk menyambut masa pemerintahan selanjutnya. Sebut saja ada istilah Rakernas, Munas, Rapimnas dan istilah-istilah lainnya yang berbau akhiran nasional khususnya yang diadakan oleh partai politik. Spesialnya tahun 2014 dikenal dengan tahun politik karena adanya “Pemilu 2014”.

Tak hanya dari kalangan parpol saja yang sibuk dengan ‘hajatan’nya berunjuk gigi menyambut ajang Pemilu 2014, sejumlah kementerian, lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif juga sibuk dengan evaluasi dan menyiapkan agenda 5 tahunan ini. Sebut saja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, baru saja mengadakan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2014 yang telah berlangsung pada tanggal 5-7 Maret 2014. Ibarat siswa di sekolah dievaluasi dengan ulangan atau ujian akhir sekolah, Kemendikbud pun dievaluasi kinerjanya melalui RNPK. RNPK ini mengangkat tema “Evaluasi Kinerja Kemendikbud Tahun 2010-2014 dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013″, yang di dalamnya membahas tentang potensi Indonesia di tahun 2030, pergeseran populasi, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia, serta bonus demografi.

RNPK 2014 menghasilkan beberapa keputusan dalam bidang pendidikan yang terbagi menjadi delapan komisi. Salah satu hasil keputusannya adalah Komisi II menghasilkan keputusan mengenai implementasi Kurikulum 2013 yang terkait pengadaan buku. Komisi III masih mengenai implementasi Kurikulum 2013 terkait strategi pelatihan kepada guru.  Sederhananya, suksesnya implementasi Kurikulum 2013 salah satu diantaranya ditentukan oleh guru yang berkualitas. Oleh karena itu, perlunya diadakan sosialisasi yang masif dan pelatihan mengenai kurikulum tersebut secara maksimal. Walau dalam kenyataannya sampai menjelang pertengahan tahun 2014 ini masih banyak sekolah yang belum paham tentang kurikulum tersebut. Hasil Rembuknas Kemendikbud tersebut, tentunya akan menentukan masa depan pendidikan kita pasca Pemilu 2014 mendatang.

Lantas adakah kaitannya antara Rembuknas dengan Pemilu 2014? Apakah antara pendidikan dan pemilu, keduanya saling berhubungan? Iya ada, keduanya saling bersinergi dalam menentukan arah gerak kemajuan bangsa ini. Pemilu vs pendidikan? keduanya memiliki kesamaan dalam hal subyek utamanya. Presiden dan Guru.  Presiden menentukan kemajuan 5 tahun kepemimpinan Indonesia. Sementara guru jauh lebih awal mencetak calon presiden. Artinya guru adalah pencetak presiden yang berkualitas. Bahkan semua profesi yang ada berawal dari kerja keras seorang guru dalam mendidik mereka. Calon presiden dan calon legislatif pun sebelumnya telah belajar dan dididik oleh seorang guru.

Pemilu 2014 adalah ajang mencari “guru = presiden” yang berkualitas. Kalau kita cermati adakah sosok yang memenuhi kriteria tersebut? Sebentar lagi, negeri kita mau mengadakan hajatan rutin, bernama pemilihan legislatif (9 April 2014) dan pemilihan presiden (9 Juli 2014). Kedua hajatan akbar ini sangatlah penting menjadi perhatian kita semua, karena kita  akan mencari orang-orang yang akan memimpin dan mengelola negara untuk kabinet selanjutnya. Dalam mencari sosok “guru = presiden” yang berkualitas tersebut bisa kita lihat jauh-jauh hari. Adakah kampanye yang mendidik? Jika anak-anak kecil pun diajak berkampanye di jalan. Ada lagi yang membunyikan klaksonnya tak beraturan. Belum lagi “serangan fajar”, “politik pencitraan” dan potret buram lainnya dalam mencari dukungan suara. Maka dari itu sudah sepatutnya, sebagai warga negara yang baik harus bijak dalam memilih sesuai hati nurani. Pertimbangkan dengan baik, pahami visi misinya dan kenali karakteristik para caleg dan capres yang akan kita pilih nanti.

Dewan legislatif dan presiden yang akan terpilih nanti, akan sangat menentukan arah kemajuan bangsa kita. Masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh pemimpinnya (presiden) dan masa depan pendidikan kita ditentukan oleh guru yang berkualitas. Jadi, masa depan pendidikan Indonesia pasca pemilu 2014 sangatlah ditentukan oleh pemimpin dan guru. Guru adalah pemimpin dan pemimpin adalah guru.  Kalau berkaca dari sejarah, para pemimpin terdahulu adalah pengajar (guru). Sebut saja Soekarno, Bung Hatta, Bung Syahrir, Ki Hajar Dewantara, Panglima Besar Jenderal Sudirman, Kartini, dan tokoh-tokoh pemimpin lainnya, mereka selain memimpin juga mengajar (guru). Rata-rata para pejuang dan pemimpin republik ini pernah mengajar. Maka dari itu, untuk mencari pemimpin dalam pemilu 2014 carilah pemimpin yang sekaligus guru, karena pemimpin yang berjiwa pendidik inilah yang akan membawa masa depan pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dimana guru akan melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Melalui proses belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas pendidikan. Artinya, secara keseluruhan kualitas pendidikan berawal dari kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di ruang kelas. Akan tetapi yang menjadi masalah saat ini adalah sudahkah para guru yang ada di Indonesia sudah menjadi guru yang berkualitas?

Menurut data Kemendiknas 2010 akses pendidikan di Indonesia masih perlu mendapat perhatian,  lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan dan 13,19% bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki. Menurut Teacher Employment & Deployment, World Bank (2007) distribusi Guru tidak merata. 21% sekolah di perkotaan kekurangan Guru. 37% sekolah di pedesaan kekurangan Guru. 66% sekolah di daerah terpencil kekurangan Guru dan 34% sekolah di Indonesia yang kekurangan Guru. Sementara di banyak daerah terjadi kelebihan Guru.


Berbagai permasalahan guru seperti distribusi yang tidak merata, kekuarangan guru, dan rendahnya kualitas guru inilah yang menjadi tugas bagi presiden terpilih pemilu 2014. Presiden terpilih 2014 harus mampu menjawab semua tantangan dan hambatan yang ada di hadapan kalangan guru, serta memecahkan masalah guru ini. Siapa pun yang terpilih nantinya semoga benar-benar bisa menjadi presiden sekaligus guru bagi peradaban bangsa Indonesia. Mencari guru yang berkualitas sama dengan mencari presiden yang berkualitas. Karena guru adalah tonggak utama dalam memecahkan masalah pendidikan kita. Jika ingin melihat masa depan pendidikan suatu bangsa, maka lihatlah gurunya, lihatlah pemimpinnya. Selamat mencari “guru = presiden” yang berkualitas dalam Pemilu 2014.

0 comments: