“Apa
cita-citamu?” tanyaku kepada anak-anak kelas 6 secara bergantian. “Menjadi
guru” jawab Selvi Sufianti. “Kalau saya ingin menjadi dokter pak” jawab
Marlisa. “Menjadi chef yang hebat” tambah siswa bernama Gustina Azahra.
Rata-rata anak kelas 6 yang saya tanyakan tentang cita-cita, jawabannya adalah
guru dan dokter untuk anak perempuan, sedangkan anak-anak lakinya rata-rata
menjawab pemain sepakbola. Begitu pertanyaan pembuka yang saya ajukan satu per
satu kepada anak kelas 6 dalam Training Motivasi kelas 6 SDN Tegal 01 (Rabu, 30
April 2014). Anak-anak kelas 6 rata-rata kurang memiliki semangat dan rasa
percaya diri yang tinggi, itulah alasan diadakan training motivasi tersebut.
Selain untuk mengupgrade motivasi, juga untuk memberi semangat belajar anak dan
sebagai bekal mereka menghadapi dunia pasca lulus SD nanti.
Cita-cita
setinggi langit itu "biasa". Punya cita-cita berguna juga sudah
"biasa". Tapi, cita-cita yang yang tak terdengar seperti sebuah
cita-cita dan berjuang dengan sepenuh hati untuk mewujudkannya, itu baru luar
biasa. Begitu cuplikan kalimat motivasi
dalam trailer Film “Cita-citaku Setinggi Tanah” yang saya putar di sela-sela
training ini. Karena cita-cita itu bukan hanya untuk ditulis saja, tapi
diperjuangkan dengan sepenuh hati, diraih dengan sepenuh tenaga dan daya.
Semangat merenda cita, mengukir prestasi dengan iktiar, kerja keras dan
didukung dengan do’a kepada Sang Maha Kuasa.
Pada pertemuan sebelumnya, saya juga pernah
masuk ke kelas 6 (tanggal 17 April 2014) meminta anak-anak kelas 6 untuk
menuliskan karangan tentang cita-cita. Gustina Azahra adalah anak yang paling
berbeda cita-citanya dengan yang lainnya. Dia menuliskan cita-citanya adalah
Chef. “Cita-cita saya ingin menjadi Chef, karena saya senang memasak, karena
menjadi chef itu menyenangkan. Saya juga senang membuat kue, daging bakar, dan
lain-lain. Saya bisa memasak karena diajari ibu saya. Saya sekarang baru kelas
VI, setelah lulus kelas enam nanti saya ingin meneruskan sekolah sampai sarjana
dan menjadi chef yang hebat” papar Gustina dalam tulisan yang
dibuatnya.
Berbeda dengan Selvi yang bercita-cita ingin
menjadi guru. Dalam karangan yang ditulisnya, Selvi menuturkan alasan yang
sangat panjang tentang keinginannya menjadi seorang guru. “Cita-citaku adalah ingin menjadi
guru” paparnya di paragraf pertama. Karena aku ingin mengajarkan dan memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak-anak yang belum bisa membaca, menulis dan
berhitung. Jika nanti aku menjadi guru, aku harus menjadi guru yang baik dan
kalau sedang mengajar harus sabar dan penyayang kepada murid-muridnya. Karena
kalau mengajarnya penuh dengan kesabaran, murid-murid akan senang belajar, tapi
kalau kalau kita mengajar dengan emosi yang tinggi, murid-muridnya menjadi
takut. Apabila murid menjadi takut, biasanya akan sulit memahami penjelasan
guru. Menjadi guru harus sabar, sabar dan sabar” jelasnya dalam tulisan
tersebut. “Jika nanti aku berhasil
menjadi seorang guru, aku akan mengajarkan dan memberikan ilmu kepada
murid-muridku dengan penuh kesabaran, dan sungguh-sungguh sampai muridku
menjadi pintar” tambahnya.
Seberapa
pun tingginya cita-cita, dia harus diperjuangkan dengan kesungguhan dan kerja
keras. Bukan hanya sekedar keinginan belaka, apalagi hanya diucapkan dalam
lisan saja. Maka dari itu, cita-cita itu, impian itu, harus dituliskan dalam
selembar dua lembar kertas. Itulah yang saya minta kepada semua anak kelas VI
untuk menuliskan mimpi dan cita-cita terbaiknya dalam selembar kertas, lalu
kertas tersebut ditempel di kamar masing-masing. “Suatu saat nanti, saat 1
tahun, 2 tahun, 3 tahun hingga 10 tahun lagi saat Bapak bertemu lagi dengan
kalian, bawa coretan mimpi kalian yang tertulis di kertas tersebut dan buktikan
bahwa mimpi yang tertulis itu benar-benar telah menjadi kenyataan sesuai dengan
apa yang kalian dapatkan” pesan pamungkasku mengakhiri acara training tersebut. Langkah utama setelah berani menuliskan mimpi adalah action, usaha, ikhtiar dan melaksanakan apa yang sudah dituliskan tersebut. Jangan lupa diiringi dengan do'a kepada Sang Maha Kuasa. Masih ingat kan, pesan Arai dalam film Laskar pelangi? Pada akhir sesi, ditutup dengan menyanyikan lagu laskar pelangi secara
bersama-sama.
0 comments:
Post a Comment