Sunday, 18 May 2014

"Meraih Impian" Bersama Murid Kelas 6




“Apa cita-citamu?” tanyaku kepada anak-anak kelas 6 secara bergantian. “Menjadi guru” jawab Selvi Sufianti. “Kalau saya ingin menjadi dokter pak” jawab Marlisa. “Menjadi chef yang hebat” tambah siswa bernama Gustina Azahra. Rata-rata anak kelas 6 yang saya tanyakan tentang cita-cita, jawabannya adalah guru dan dokter untuk anak perempuan, sedangkan anak-anak lakinya rata-rata menjawab pemain sepakbola. Begitu pertanyaan pembuka yang saya ajukan satu per satu kepada anak kelas 6 dalam Training Motivasi kelas 6 SDN Tegal 01 (Rabu, 30 April 2014). Anak-anak kelas 6 rata-rata kurang memiliki semangat dan rasa percaya diri yang tinggi, itulah alasan diadakan training motivasi tersebut. Selain untuk mengupgrade motivasi, juga untuk memberi semangat belajar anak dan sebagai bekal mereka menghadapi dunia pasca lulus SD nanti.

Cita-cita setinggi langit itu "biasa". Punya cita-cita berguna juga sudah "biasa". Tapi, cita-cita yang yang tak terdengar seperti sebuah cita-cita dan berjuang dengan sepenuh hati untuk mewujudkannya, itu baru luar biasa. Begitu cuplikan kalimat motivasi dalam trailer Film “Cita-citaku Setinggi Tanah” yang saya putar di sela-sela training ini. Karena cita-cita itu bukan hanya untuk ditulis saja, tapi diperjuangkan dengan sepenuh hati, diraih dengan sepenuh tenaga dan daya. Semangat merenda cita, mengukir prestasi dengan iktiar, kerja keras dan didukung dengan do’a kepada Sang Maha Kuasa.


Pada pertemuan sebelumnya, saya juga pernah masuk ke kelas 6 (tanggal 17 April 2014) meminta anak-anak kelas 6 untuk menuliskan karangan tentang cita-cita. Gustina Azahra adalah anak yang paling berbeda cita-citanya dengan yang lainnya. Dia menuliskan cita-citanya adalah Chef. “Cita-cita saya ingin menjadi Chef, karena saya senang memasak, karena menjadi chef itu menyenangkan. Saya juga senang membuat kue, daging bakar, dan lain-lain. Saya bisa memasak karena diajari ibu saya. Saya sekarang baru kelas VI, setelah lulus kelas enam nanti saya ingin meneruskan sekolah sampai sarjana dan menjadi chef yang hebat” papar Gustina dalam tulisan yang dibuatnya.

Berbeda dengan Selvi yang bercita-cita ingin menjadi guru. Dalam karangan yang ditulisnya, Selvi menuturkan alasan yang sangat panjang tentang keinginannya menjadi seorang guru. “Cita-citaku adalah ingin menjadi guru” paparnya di paragraf pertama. Karena aku ingin mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak-anak yang belum bisa membaca, menulis dan berhitung. Jika nanti aku menjadi guru, aku harus menjadi guru yang baik dan kalau sedang mengajar harus sabar dan penyayang kepada murid-muridnya. Karena kalau mengajarnya penuh dengan kesabaran, murid-murid akan senang belajar, tapi kalau kalau kita mengajar dengan emosi yang tinggi, murid-muridnya menjadi takut. Apabila murid menjadi takut, biasanya akan sulit memahami penjelasan guru. Menjadi guru harus sabar, sabar dan sabar” jelasnya dalam tulisan tersebut. “Jika nanti aku berhasil menjadi seorang guru, aku akan mengajarkan dan memberikan ilmu kepada murid-muridku dengan penuh kesabaran, dan sungguh-sungguh sampai muridku menjadi pintar” tambahnya.


Seberapa pun tingginya cita-cita, dia harus diperjuangkan dengan kesungguhan dan kerja keras. Bukan hanya sekedar keinginan belaka, apalagi hanya diucapkan dalam lisan saja. Maka dari itu, cita-cita itu, impian itu, harus dituliskan dalam selembar dua lembar kertas. Itulah yang saya minta kepada semua anak kelas VI untuk menuliskan mimpi dan cita-cita terbaiknya dalam selembar kertas, lalu kertas tersebut ditempel di kamar masing-masing. “Suatu saat nanti, saat 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun hingga 10 tahun lagi saat Bapak bertemu lagi dengan kalian, bawa coretan mimpi kalian yang tertulis di kertas tersebut dan buktikan bahwa mimpi yang tertulis itu benar-benar telah menjadi kenyataan sesuai dengan apa yang kalian dapatkan” pesan pamungkasku mengakhiri acara training tersebut. Langkah utama setelah berani menuliskan mimpi adalah action, usaha, ikhtiar dan melaksanakan apa yang sudah dituliskan tersebut. Jangan lupa diiringi dengan do'a kepada Sang Maha Kuasa. Masih ingat kan, pesan Arai dalam film Laskar pelangi? Pada akhir sesi, ditutup dengan menyanyikan lagu laskar pelangi secara bersama-sama.



0 comments: