Masa berhibernasi
skripsi telah usai. Pahit manisnya bersimbiosis dengan skripsi cukup sudah
sampai disini. Entah itu mutualisme atau komensalisme, yang jelas alur cerita
tentang skripsi untaiannya begitu panjang untuk diuraikan satu per satu.
Kasihan nasibnya sering ditinggal sama induknya (baca: sang eksekutor skripsi tersenyum, hehe). Bukan maksud
menduakan atau mentigakan, hanya saja kondisi dan keadaanlah yang membuatnya
seperti itu. Satu amanah usai, beranak agenda yang lain. Karena kondisinya
waktu itu sang anak merasa seperti kehilangan induknya, ‘bagaikan telur di
ujung jarum’ untung saja tidak jatuh. Tidak hanya sekedar mencari kuantitas
tapi kualitas, hingga singkat cerita akhirnya beregenerasi adalah sebuah
keniscayaan. Itulah kondisinya seperti itu (mencoba beralasan yang diplomatis,
hehe). Pastinya semua ini adalah atas
kehendak-Nya, karena dibalik kisah pasti ada hikmah yang bisa kita petik.
Alhamdulillah, begitu banyak buah yang bisa aku petik selama bercengkerama
dengannya, skripsi #Cerita tentang
skripsi nanti ada episode khusus#

“Fokus pada lokus”, itulah kuncinya.
Karena sebenarnya jika kita mau banget-banget (baca: benar-benar fokus) dalam
mengerjakannya pasti bisa diselesaikan dengan cepat dan tuntas. Ketika fokus
itu sebaiknya harus pakai kaca mata kuda biar pandangan tetap lurus ke depan (fokus
mengerjakan skripsi), jangan tengak tengok nanti nabrak (maksudnya tinggalkan
sejenak aktivitas dan agenda-agenda di luar skripsi). Tetapi sekali-kali juga
harus nengok spion, barangkali ada sesuatu di belakang kita (tapi sayangnya
kuda tidak punya spion, jadi tengok kanan kiri saja). Lanjut. Skripsi udah
kelar, revisi demi revisi sudah tuntas, bolak balik ketemu pembimbing sudah
beres, untungnya revisi skripsiku dengan kedua pembimbingku via e-mail (jadi
bisa hemat duit, paperless dan
termasuk go green juga, hanya saja
harus sering online ke kampus karena
belum punya modem), yang penting harus terus Sabar, Syukur, dan ikhlas (SSi). Kini
waktunya maju untuk mendaftar SHP (baca:
Seminar Hasil Penelitian). Bicara masalah SHP pasti tidak jauh dari yang
namanya presentasi. Tentunya harus banyak persiapan. Karena lagi musim hujan
jadi harus “sedia payung/mantel sebelum hujan” begitu juga ketika mau seminar
hasil harus “sedia SP sebelum SHP”. Apaan itu SP...??? (baca: Saran & Pertanyaan).
Kembali
ke SHP. Ngomongin masalah SHP pasti harus menyiapkan strategi presentasi untuk
menghadapi semua pertanyaan yang nanti bakalan ditanyakan. Salah satu strategi
sebelum SHP adalah menyiapkan SP (baca:
Saran & Pertanyaan). Sebelum dihujani pertanyaan atau saran oleh para hadirin
peserta SHP (baik mahasiswa, penelaah, pengamat, moderator, notulen dan
pembimbing) alangkah baiknya kita sediakan stok saran dan pertanyaan lebih
dulu. Emang sudah tahu yah pertanyaan dan
saran yang akan keluar ketika SHP…??? Kayak punya indera ke-6 aja? Eits, jangan
salah. Semua itu bisa diatasi karena sebelumnya aku sudah mengisolasi,
mengidentifikasi, dan merekultur beberapa pertanyaan dan saran yang sering dilayangkan
ketika SHP (hmmm, kayak layangan aja dilayangkan, hehe). Strategi SHP sudah
saya lakukan dengan cara bergerilya memasuki ruang seminar, baik RSB maupun RST
(baca: RSB = Ruang Seminar Barat dan
RST = Ruang Seminar Timur, hanya ada di Fabio Unsoed). Strategi ini sudah saya
lakukan sejak semester 4 dulu. Walau belum tahu apa-apa, masih lugu dan ngawang-ngawang dengan yang
dipresentasikan tapi aku coba membidik saran dan pertanyaan-pertanyaan yang
dilayangkan tersebut. Ketika itu pertama kalinya mengikuti SHP tertanggal dalam
kartu seminar 30 Juni 2010, sejak saat itulah aku mulai mengetahui beberapa
pertanyaan yang sering keluar ketika SHP. Ada beberapa keuntungan yang bisa
kita dapatkan ketika kita mengikuti SHP, diantaranya adalah:
§ Mendapatkan
ilmu dan wawasan baru tentang suatu materi tertentu (walau kita belum
mempelajarinya atau bukan setopik dengan bidang yang kita geluti)
§ Mendapatkan
tips dan gaya dalam berpresentasi di depan umum mulai dari sikap, body language, penyampaian, dan yang
lainnya terkait presentasi.
§ Mendapatkan
pencerahan dan membuka wawasan tentang metode dan tahap-tahap penelitian
(manfaat bagi yang belum dan akan melaksanakan penelitian)
§ Meningkatkan
pemahaman tentang ciri dan karakter dosen yang bertanya (ada dosen yang sangat
dalam dan tajam ketika bertanya, ada juga yang biasa-biasa saja, akan bisa
dibedakan jenis-jenis pertanyaannya jika kita sering mengikuti SHP)
§ Mendapatkan
beberapa pertanyaan dan saran yang
sering ditanyakan dan disampaikan ketika SHP (inilah yang nantinya akan
bermanfaat buat kita ketika kita mau SHP, apalagi kalau bidangnya hampir sama
dengan kita dan dosennya juga sama).
Selain
keuntungan tersebut, sebelum SHP sebaiknya cek dulu naskah/paper yang akan kita
seminarkan (dari halaman judul sampai lampiran), sesuaikan dengan format
panduan yang berlaku (seperti: spasi, font, nomor halaman, penulisan tabel,
gambar, grafik, penomoran, satuan yang digunakan, penulisan nama ilmiah,
penggunaan EYD, dan lain sebagainya). Pokoknya semuanya dicek dulu dan
disesuaikan dengan format panduannya, karena biasanya masalah seperti ini
sering terjadi. Jadi harus teliti sebelumnya. Kalau semua sudah beres,
perhatikan pertanyaan dan saran buat SHP yang biasanya sering keluar. Berikut
ini adalah beberapa pertanyaan atau pun saran yang sering diajukan ketika SHP,
simak baik-baik yah:
1.
Apa maksud dari hasil penelitian yang
telah dilakukan? Biasanya hasil inilah yang paling sering ditanyakan (hasil
penelitian itu bagaimana? Berhasil atau tidak? Jika berhasil alasan apa? Dan
jika tidak berhasil kenapa?) Namanya juga SHP, jadi inilah yang pasti akan
ditanyakan. Jadi sebelum SHP kita harus siap-siap menyiapkan jawabannya.
2.
Apa-apa faktor-faktor yang menyebabkan
hasil perlakuan A lebih tinggi dari perlakuan B? Atau sebaliknya. Atau terkait
parameter yang diamati? Pengaruhnya seperti apa? Kenapa berpengaruh? Siapkan
jawabannya juga.
3.
Terkait hasil analisis, biasanya kan ada
yang hasilnya berbeda nyata atau tidak berbeda nyata, itu maksudnya gimana?
Siapkan jawabannya juga.
4.
Kapan pengujian atau perlakuan dalam penelitian
itu dilakukan (sebutkan waktunya pagi, siang, atau sore beserta jamnya juga
harus jelas)? Semua yang dilakukan dalam penelitian seharusnya dicantumkan juga
dalam naskah hasil, jangan ada yang disembunyikan biar tidak menimbulkan
pertanyaan bagi yang membacanya.
5.
Pengambilan sampel itu harus jelas
(berapa jumlahnya, kapan waktunya)
6.
Metode penelitian yang digunakan harus
jelas (metode perlakuan dan metode analisis)
7.
Deskripsikan dulu hasil penelitiannya
(berupa angka atau data), setelah itu dibandingkan dengan pustaka. Hasilnya
bagaimana? Hasil tersebut dituangkan dalam kalimat, setelah itu dibandingkan
dengan pustaka atau penelitian sebelumnya.
8.
Kesimpulan harus mengacu ke tujuan
penelitian. Kesimpulan jangan terlalu panjang kalimatnya, bikin kalimat yang
efektif dan singkat tapi mencakup semuanya. Kesimpulan itu harus mencerminkan
dari hasil dan harus sinkron dengan tujuan
9.
Cek lagi validitas dan update pustaka
yang digunakan, jangan asal copy paste saja. Upayakan pakai pustaka yang
uptodate dan dapat dipertanggungjawabkan.
10.
Buatlah kalimat yang efektif
11.
Harus konsisten dalam menggunakan kata
atau kalimat
12.
Harus teliti dalam data dan kalimat
13.
Ikuti panduan atau pedoman penelitian
yang berlaku
14.
Untuk slide: harus cermat, warna jangan
terlalu mncolok, data atau hasil yang penting diblok tebal
15.
Siapkan juga materi dan pengetahuan yang
lainnya yang masih nyambung dengan topic penelitian kita, karena biasanya
banyak pertanyaan di luar yang kita prediksikan sebelumnya.
Demikian
sekilas tentang beberapa pertanyaan dan saran yang sering keluar ketika SHP.
Kalau mau tahu lebih lengkapnya, sering-sering datanglah mengikuti SHP buat
nambahin ilmu juga (bukan sekedar nambah paraf di kartu seminar, hehe). Ngomongin
presentasi buat SHP, jadi teringat masa-masa ‘penggojlokan pertanyaan’ oleh dewan juri ketika presentasi karya
tulis ilmiah baik ketika di Ruang Rapat Fabio Unsoed, Ruang Seminar Gedung
Roedhiro FE Unsoed, hingga ketika harus presentasi di UNAIR Surabaya, UGM
Yogyakarta, UNHAS Makassar, dan UI Depok. Rasanya dag dig dug der dibuatnya.
Apalagi saat dewan juri melayangkan pertanyaan-pertanyaan yang bukan sesuai
prediksi, mencecar, mendalam, hingga menusuk tajam. Pertanyaan dewan juri
begitu cetar menggelegar, begitu keras melibas, dan begitu detail sekali.
Untungnya sudah punya payung strategi menghadapinya, jadi pertanyaan-pertanyaan
mereka pun berhasil dijawab dengan sigap, tanggap, dan pastinya jawaban itu
harus meyakinkan dewan juri. Terakhir presentasi waktu itu adalah ketika Konferensi
Ilmuan Muda Indonesia (KIMI) di Universitas Indonesia (UI) Depok, padahal waktu
itu lagi masa-masanya penelitianku sedang berjalan sudah pada perlakuan utama
(menghitung leukosit, eritrosit, total bakteri, bikin media, dan perlakuan
lainnya). Tapi alhamdulillah waktu itu dibantu sama teman partner penelitianku.
Hingga akhirnya, singkat cerita presentasi beres (aku pulang duluan, padahal
harusnya masih 2 hari lagi di UI), langsung ke lab lagi lanjutin penelitian.
Alhamdulillah, KIMI pun beres dan berhasil mendapat juara 2 kategori pendidikan
waktu itu. Strategi presentasi yang aku terapkan dengan tim sekelompok ternyata
berhasil juga memikat dewan juri. Mulai dari pembagian tugas presenter
(penyampaian materi oleh semua anggota kelompok), alur rute skenario jalannya
presentasi dengan sistem 3-1 (3 di sebelah kanan, dan 1 operator) bergilir,
berotasi agar semuanya bisa menyampaikan, pembagian menjawab secara bergantian,
sikap tubuh hingga sikap dalam menyampaiakan maupun menjawab. Semuanya sudah
diatur sedemikian rupa sejak semalam sebelum presentasi.