Mimpi
itu memang sederhana. Bukan hanya sekedar mengatakan “aku punya mimpi ingin
menjadi………. meraih prestasi……… atau mendapatkan……….”. Mimpi juga bukan hanya
sekedar dituliskan dalam buku diari, atau ditulis di kamar dan ditempel di
papan saja. Akan tetapi yang terpenting adalah mimpi itu harus dibarengi dengan
tindakan yang nyata, usaha yang maksimal, ikhtiar yang kencang dan tentunya
juga harus dibarengi dengan do’a. Membidik mimpi harus fokus dan serius
walaupun banyak sekali rintangan yang menghadang. Jangan hanya sekedar membidik
dan bermimpi saja, tapi yang terpenting adalah “take action with your passion and
spirite must Go ON to get your dreams”. Bermimpi itu diibaratkan
seperti dengan memanah. Memanah itu diawali dengan menarik anak panah dengan
penuh konsentrasi, membidik sasaran, fokus dengan target yang kita bidik, setelah
itu baru melepaskan anak panah. Hasilnya pun bisa tepat sasaran atau pun
melenceng. Begitu juga dengan mimpi, ada yang berhasil dan ada juga yang gagal.
Lagi-lagi tergantung dengan jerih payah yang kita lakukan, sama halnya dengan
proses memanah tadi.
Sekilas
flash back melihat kembali ke
belakang. Satu per satu mimpi itu berhasil aku raih. (Bukan maksud untuk pamer, tapi untuk memotivasi diri dan semoga
memotivasi juga bagi yang membaca tulisan ini). Ketika masa SMA aku
bukanlah siapa-siapa, bukan aktivis, bukan penulis, bukan pula siswa yang
berprestasi. Ketika SMA aku hanyalah siswa biasa-biasa saja (tidak ikut
PRAMUKA, OSIS, PMR, atau pun organisasi yang lainnya) karena waktu itu selain
jadi siswa di SMA aku juga sekaligus menjadi seorang santri di sebuah pesantren
di Pemalang. Pagi menjadi siswa di SMA dan siang hingga malam menjadi santri.
Satu-satunya prestasi ketika SMA hanyalah mendapat predikat rangking 1 saat
semester 1 pada kelas X2, akan tetapi setelah semester 2 dan seterusnya hingga
kelas XII tidak ada lagi sistem rangking dalam rapot. Jadi tidak ada lagi
istilah siapa yang menjadi juara kelas atau rangking. Begitu juga ketika di pesantren
pun tak banyak prestasi yang berhasil aku raih. Hanya saja ketika di pesantren
aku pernah bisa menjadi ketua bilik, menjadi ketua panitia lailatul firoq,
menjadi ketua panitia maulid nabi, menjadi pemimpin senam setiap ahad pagi, menjadi
juara 2 lari marathon, menjadi penulis skenario sekaligus sutradara dalam
sebuah drama SMP, menjadi juara 2 lomba pidato, dan menjadi santri terbaik
diniyah wustho ketika diwisuda.
Kondisi
berubah 185 derajat, ketika aku menjadi mahasiswa. Menjadi aktivis, menjadi penulis,
menjadi asisten, menjadi juara karya tulis, menjadi pembicara, menjadi mapres,
menjadi entrepreneur (walau sesaat), hingga menjadi dewan juri. Bisa berkeliling
keluar kota dan kampus-kampus besar di Indonesia sudah bisa aku taklukkan,
sampai bisa merasakan berada di atas awan menaiki sebuah pesawat terbang. Itu
semua aku dapatkan ketika aku menjadi seorang mahasiswa. Alhamdulillahi robbil’alamin…….
semua ini adalah atas kehendak-Mu Ya Allah… Ya Rohman…… Ya Rokhim……. Begitu agung
nikmat-Mu ini. Syukur alhamdulillah. Jika
ada kemauan dan tekad yang kuat, jika kita mau berusaha keras dengan penuh
sungguh-sungguh pasti Allah akan memudahkan jalan hidup kita. Tentunya
semua itu diraih tak semudah dengan membalikkan tangan. Perlu waktu. Butuh proses.
Mimpi-mimpi berawal dari coretan-coretan kecil yang aku rencanakan dan aku tempel
di kamar kosan. Tentunya kalau kita sudah merencanakan apa yang kita mimpikan,
lantas jangan hanya ditempel begitu saja, akan tetapi kita juga harus berusaha
mengejar impian tersebut dan jangan lupa untuk senantiasa bertawakal
kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya: “Faidza
‘azamta fatawakkal ‘alallah, innallaha yuhibbul mutawakkilin ~ Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakal” (Q.S. Ali Imran: 159). Inilah
kuncinya untuk meraih mimpi.
Dan
sekarang aku lagi bersiap-siap membidik mimpi selanjutnya PASCA LULUS S1 NANTI
MAU KEMANA????? Kembali aku bidik mimpi tersebut lewat goresan pena (kalau dulu
aku tuliskan mimpi itu di kertas dan ditempel di kamar kosan, karena dulu belum
punya laptop). Akan tetapi setelah punya laptop, mimpi itu yah langsung aku
ketik lewat goresan pada selembar page pada Microsoft word dengan font TNR
ukuran 12. Kembali ke bidikan mimpi: PASCA LULUS S1 NANTI MAU KEMANA????? Ada
beberapa bidikan yang sekiranya bisa menjadi targetan mimpi selanjutnya pasca
lulus S1 nanti, yaitu:
1.
Melanjutkan
S2 (mau tetap di Unsoed, luar kota, atau luar negeri)…….????? Perlu analisis
yang tajam dalam membidiknya.
2.
Bekerja
pada suatu perusahaan atau instansi…...?????
3.
Menjadi
pengajar (guru) pada suatu sekolah……..?????
4.
Membuka
lapangan pekerjaan sendiri….?????
5.
Menikah……??????
Tapi kalau yang ini mending disave
dulu deh (belum tepat waktunya dan belum siap orangnya, hehe)
Bismillah.
Berdasarkan analisis SWOT, pertimbangan yang matang, dan konsultasi dengan
orangtua. Insya allah pilihannya jatuh pada pilihan pertama, yaitu melanjutkan
S2. Kemana? Kita lihat saja nanti. Tapi nanti juga harus disambi dengan
pekerjaan yang lain. Berjuanglah, Pasti bisa…..!!! Ganbareba, zettai dekiru…..!!!! Harus dipersiapkan dengan matang. Siapkan
jasmani, rohani, dan tentunya materi. Pasti ada jalan menuju beasiswa S2.
0 comments:
Post a Comment