Siapa yang tak mengenal Jepang? Kenapa
memilih studi lanjut ke Jepang? Bagaimana cara meraihnya? Bagaimana cara
mendapatkan LOA? Apa syarat-syarat yang harus dipersiapkan agar bisa lanjut
kesana? Itulah beberapa pertanyaan yang dikaji dan dikupas secara mendetail
dalam acara Stand Up Ala UKMI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam) Fakultas Biologi
Unsoed. Acara Stand Up ala UKMI ini merupakan konsep acara yang dikemas secara
menarik, ringan tapi berbobot dan berbeda dengan acara-acara UKMI yang
lainnya. Acara ini mengusung tema
“berbagi inspirasi beasiswa ke Jepang” yang berlangsung di taman belakang
Fakultas Biologi Unsoed pada hari Kamis, 21 Maret 2013. Di tengah-tengah padatnya
aktivitas praktikum yang ada di kampus biru ini, rupanya tak menyurutkan para
mahasiswa untuk hadir mengikuti acara ini. Beberapa mahasiswa dari Fakultas
Peternakan pun ada yang datang menghadiri acara ini.
Acara stand up ini dimoderatori oleh
Heru Teguh Sumarko yang memandu acara ini penuh kocak tapi serius. Mengawali
dengan prolog singkat tentang beasiswa ke Jepang, Heru mempersilahkan pembicara
yang hadir dalam acara ini yaitu Hendri Wijayanti, S.Si (lulusan Fakultas
Biologi Unsoed yang sekarang melanjutkan studi S2 di Nara Women University,
Jepang). “Kenapa memilih beasiswa ke Jepang, bagaimana caranya, dan apa saja
kiat-kiat untuk meraihnya” papar Heru mengawali perbincangan yang menarik ini.
Awal mulanya tertarik ingin belajar ke luar negeri adalah sejak bergabung bersama
dengan kegiatan Space (kerjasama antara Unsoed dengan Universitas Bremen
Jerman) tentang konservasi mangrove di Cilacap, papar Hendri. Wanita kelahiran
Klaten ini menambahkan bahwa pada awalnya tujuan utamanya adalah bukan ke Jepang,
akan tetapi ternyata akhirnya dapat tembus ke Jepang setelah melalui proses
perjuangan yang panjang berliku-liku. Berawal dari tawaran University of Seoul
Korea akan tetapi tidak lolos, lalu mendaftar Mambusho juga mengalami hal yang
serupa. Hingga akhirnya tembus Beasiswa Unggulan Luar Negeri (BULN) dari DIKTI
untuk tujuan ke Nara Women University, demikian jelas Hendri.
Langkah awal yang dilakukan sejak
mahasiswa adalah melakukan korespondensi lewat email kepada profesor yang ada
di jurnal-jurnal internasional. Mulai dari perkenalan, meminta jurnal tentang
topik yang kita inginkan, hingga akhirnya mendapat LOA (Letter of Acceptance)
dari professor, papar Hendri. Hendri menambahkan bahwa sudah lebih dari 50 kali
(bahkan lebih) mengirim LOA lewat email kepada para profesor, ada yang dibalas
dan ada pula yang tidak ditanggapi sama sekali. Selain itu, yang harus
dipersiapkan lagi adalah TOEFL minimal 550 dan IPK minimal 3,25 sebagai syarat
administratif. Untuk mempersiapkan dan mematangkan penguasaan bahasa asing
Hendri sempat belajar bahasa Inggris ke Kediri selama beberapa bulan. “Jangan
hanya terpatok pada 1 pilihan beasiswa atau 1 universitas saja, tapi cari
informasi beasiswa yang lainnya dan jangan pernah bosan ketika kegagalan datang
(jangan down) tapi bangkitlah menuju langkah selanjutnya” pesan Hendri yang
sudah melewati pahit manisnya menggapai impiannya studi ke luar negeri dan
akhirnya jerih payahnya itu berbuah manis di Nara Women University, Jepang.
Ternyata menggapai beasiswa ke Jepang
tak semudah membalikkan tangan, harus tekun, sabar dan gigih dalam meraihnya. Kemauan
dan tekad yang kuat harus dibarengi dengan jerih payah yang maksimal, sabar
yang menggelora, dan tentunya harus selalu optimis yang tinggi. Hendri akan
berangkat ke Jepang pada tanggal 30 Maret 2013 mendatang dan setelah lulus S2
dari Jepang nanti akan mengabdi menjadi dosen di Universitas Murasmus Papua.
Karena Papua menjadi pilihannya untuk mengabdi dan mendharma baktikan ilmunya
disana, paparnya. Pada akhir sesi Hendri berpesan kepada para mahasiswa yang
hadir. “Ketika ingin belajar ke luar
negeri, jangan setengah-setengah. Harus totalitas. Harus ada kemauan yang kuat,
tapi harus berani keluar dari zona nyaman. IPK gampang dicari, tapi yang
penting adalah kuasasi bahasa asing terlebih dulu” tandasnya begitu cetar
membahana. Semoga para adik-adiknya bisa meneladani dan melanjutkan jejak-jejak
seperti Hendri. Bravo Fabio.
0 comments:
Post a Comment