Sukses itu penting, tapi BERSYUKUR itu jauh lebih sukses. Membaca diri, menulis diri, memuhasabahi untuk introspeksi. Alhamdulillah wasyukurillah, sungguh syukur itu memang luar biasa. Syukuri atas apa yang sudah kita capai selama ini. Bersyukurlah dengan penuh ketaatan dan ketakwaan kepada-Nya. Koreksi diri lebih detail, apakah nikmat sehat, nikmat sempat, nikmat dikarunia umur sampai saat ini kita gunakan dengan benar untuk menggapai ridho-Nya? Haasibuu anfusakum qobla ‘an tuhaasabu…. (hisablah…., hitunglah….., auditlah dirimu sebelum engkau dihisab nanti di hadapan Allah). Sungguh yang berlalu biar berlalu, hanya meninggalkan penyesalan. Tapi jangan sedih, optimalkan sisa umur ini dengan maksimal dan masa depan itu bisa kita upayakan. Teruslah berproses, perbaiki diri, tingkatkan takwa untuk menggapai hari esok yang lebih pasti.
Wahai orang-orang yang beriman!
bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18)
Mencari
‘peradaban’ yang hilang? Sudah berapa banyak buku yang dibaca? Sudah berapa
karya yang kita tulis? Ah, betapa malasnya melakukan kedua aktivitas tersebut.
Malu rasanya dengan ilmuan-ilmuan muslim terdahulu. Selain membaca, mereka juga
menulis puluhan bahkan ratusan karya (buku/kitab) yang menjadi
rujukan/referensi sampai sekarang ini. sebut saja diantaranya seperti Al-Jahiz,
seorang biolog pertama dengan teori berjuang untuk tetap hidup (stuggle for
existence) dengan kitabnya yang terkenal “Al-Hayawan”. Mungkin jarang sekali
yang mengetahui beliau, mungkin kita lebih mengenal Darwin dibandingkan
Al-Jahiz. Kenapa? Ilmuan hebat yang lain, yaitu Imam al-Ghazali, selama ini
mungkin kita lebih sering mengenal karya beliau yang berjudul “Ihya Ulumuddin”
atau “Al-Munqidh min Al-Dhalal”, padahal beliau juga merupakan tokoh saintis
muslim dengan karyanya “Kimia Al-Sa’adat”. Al’Asma’I (ahli zoology, botani dan
penjagaan hewan). Siapa lagi? Ibnu Syina, Ar-razi, dan masih banyak lagi
tokoh-tokoh ilmuan muslim lainnya. Dua aktivitas yang mereka lakukan adalah
membaca dan menulis. sudahkah kita membiasakan diri kedua aktivitas ini? berapa
banyak buku yang kita baca selama 1 pekan?
Baru saja masa-masa dunia kampus sudah berakhir
dengan pahit manisnya. Masa-masa peralihan penuh dengan teka-teki. Berbagai pertanyaan
pun bermunculan? Entah dari dalam diri sendiri, orang-orang terdekat, dan warga
sekitar. Pertanyaan yang paling sering dilontarkan adalah “kapan nikah?” hehe. “Sudah
punya calon belum?” ^;^. Pertanyaannya sensitif sekali. Hanya bisa senyum
menjawabnya. Biarlah mereka bertanya,
anggap saja itu merupakan bentuk perhatian yang tinggi dari mereka kepada
diri yang masih banyak kekurangan ini. Tapi harus tetap ingat, masyarakat menantimu!
Walaupun merantau menjadi pilihanmu, walaupun kepergianmu terasa berat,
walaupun jasadmu tak berada disana, tapi teruslah istiqomah dalam mengarungi
bahtera kehidupan yang penuh dengan ombak ini. Ingat, masyarakat menanti
kiprahmu!
Biarkanlah
hari terus berlari
Tetaplah
jadi manusia, apa pun yang terjadi
Janganlah
galau dengan tiap kejadian sehari-hari
Karena
tak ada yang abadi, semua kan datang dan pergi
Jadilah
pemberani
melawan rasa takutmu sendiri
Karena
lapang dan tulus adalah dirimu sejati
Janganlah
pandang hina musuhmu
Karena
jika ia menghinamu, itu ujian tersendiri bagimu
Takkan
abadi segala suka serta lara
Takkan
kekal segala sengsara serta sejahtera
Merantaulah. Gapailah setinggi-tingginya impianmu
Bepergianlah.
Maka ada lima keutamaan untukmu
Melipur
duka dan memulai penghidupan baru
Memperkaya
budi, pergaulan yang terpuji,
Serta
meluaskan ilmu
_diadaptasi dari bait syair-syair Imam Syafi’i (767-820
M),
dikutip dalam
Novel Rantau 1 Muara karya A. Fuadi_
The magic spirit of do’a, karena do’a
adalah obsesi kita agar selalu tuned-in,
merasakan kebersamaan Allah, begitu pengertian do’a dalam buku Spiritual
Problem Solving karya Solikhin Zero to Hero dan Kang Puji Hartono, SPS. Selasa,
27 Agustus 2013, puluhan bahkan ratusan ucapan, harapan, serta do’a yang
beragam datang dari teman-teman (baik secara langsung, lewat sms dan jejaring
sosial facebook). Saya hanya menjawab: “Aamiin yaa robbal’alamiin….”. Tak ada
balasan kebaikan, selain kebaikan itu pula. Melalui tulisan ini saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya,
syukron katsiron, semoga kebaikan teman-teman semua dibalas oleh Allah SWT
dengan sebaik-baik balasan. Mohon ma’af yang sebesar-besarnya bila selama
ini ada salah atau khilaf kepada teman-teman semua.
Manisnya hidup, kita yang nentuin. Walau
banyak pilihan, mau ga mau harus memilih. Apa pun resikonya. Manis itu tak
selalu mudah, layaknya seperti perjuangan pasukan semut yang mengerumuni gula. Tak
mudah, banyak tantangannya. Sama, seperti hidup kita juga. Yang harus dilakukan
oleh makhluk bernama manusia adalah berusaha dengan maksimal, berikhtiar, dan
bertawakal kepada-Nya. Mimpi yang lalu yang belum tercapai jangan dilupakan,
teruslah diupayakan bersama dengan mimpi baru yang akan kita capai. Bismillah,
melanjutkan perjalanan bersama 23 mimpi pasca lulus S1. Ganbareba, zettai dekiru…!!!!! Boleh
GO Internasional, but don’t forget your local. Jangan pernah lupakan tanah
kelahiranmu!
Wisma Al-Mizan Purwokerto, 27 Agustus 2013
(Hidup itu memang penuh dengan pertimbangan,
Tapi lakukanlah dengan optimis apa pun yang kita
pilih itu)
0 comments:
Post a Comment