Lebaran ‘Idul Fitri
merupakan hari yang sangat istimewa. Hari yang fitrah bagi segenap umat muslim
di seluruh penjuru dunia. Gema takbir berkumandang penuh riang, gema tahmid
memuji penuh syahdu dan gema tahlil yang senantiasa mengiringi. “Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar… Laa
ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu akbar walillaahilhamdu…” kalimat ini
berkali-kali diucapkan. “Taqobbalallahu
minna waminkum shiyamana washiyaamakum, minal ‘aaidin walfaizin mohon maaf
lahir dan batin, selamat Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1434 H” untaian kalimat
ini pun berkali-kali diucapkan baik secara langsung atau pun melalui pesan
singkat (sms), maupun jejaring sosial facebook dan twitter. Tentunya lebaran
tidak hanya sebatas seremonial saja, akan tetapi banyak sekali makna dan hikmah
yang bisa kita ambil dari perayaan hari raya “Idul Fitri ini. Melalui tulisan
ini saya ingin berbagi cerita selama lebaran tahun 1434 H / 2013 M ini. Selamat
menyimak, selamat merenda silaturahim.
Lebaran bukan hanya sekedar memakai pakaian baru, memakan
ketupat, atau menerima hadiah (angpau) dari orang-orang terdekat saja. Ada
makna yang lebih berarti, salah satunya adalah “silaturahim”. Kenapa kita harus
bersilaturahim? “Barangsiapa ingin ditambahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah
menyambung tali silaturahim”. Begitulah hadits ini menjadi sangat
populer diucapkan selama lebaran berlangsung. Banyak sekali keutamaan dari
suatu aktivitas yang bernama silaturahim ini. Ada lagi sebuah hadits yang diriwayatkan
dari Jubair bin Muth'im, bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan tali
silaturahim." (shahih Muslim: 19 – (2556)). Beberapa faedah dari hadits ini adalah
menerangkan tentang larangan memutuskan tali silaturahim, anjuran untuk
senantiasa menyambung silaturahim, karena ia menjadi sebab lahirnya kebaikan
dan mendatangkan keberkahan. Balasan bagi pemutus silaturahim bisa disegerakan
di dunia atau ditangguhkan di akherat kelak. Demikian penjelasan ini tertuang
dalam buku “Kumpulan 50 Hadits Pilihan” yang disusun oleh DR. Muhammad Murtadha bin 'Aisy.
Tentunya
silaturahim hendaknya dilakukan bukan hanya saat lebaran saja, akan tetapi
dilakukan setiap saat dimanapun kita berada. Karena dengan silaturahim akan menjadikan kokohnya sebuah keluarga,
eratnya persaudaraan, yang jauh menjadi dekat, yang dekat menjadi lebih erat
dan yang belum kenal menjadi lebih akrab. Indah sekali rasanya jika
silaturahim ini menjadi rutinitas kita sehari-hari. Mari merenda silaturahim
menuju terciptanya tali persaudaraan yang kokoh. Selalu ada makna yang membekas
saat kita melakukan silaturahim, seperti berbagi pengalaman, bercerita
kenangan, meningkatkan pengetahuan dan
memotivasi diri untuk meraih masa depan yang cemerlang. Berikut ini adalah
beberapa makna dan hikmah yang saya dapatkan selama lebaran 7 hari merenda
silaturahim “7 in 1”. Tujuh hari tak pernah lepas dari satu aktivitas inti yang
bernama ‘silaturahim’.
Hari
pertama (Kamis, 1 Syawal 1434 H). Saya bersama keluarga (ayah, ibu, dan adik)
pergi ke Masjid Darussalam Cerih untuk melaksanakan sholat ‘Idul Fitri secara
berjamaah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, seusai setelah selesai sholat ‘id
seluruh jama’ah bersalam-salaman (berjabat tangan) dengan seluruh orang yang
hadir. Tentunya yang laki-laki berjabat tangan dengan laki-laki dan yang
perempuan berjabat tangan dengan sesama perempuan. Mulai dari anak-anak,
remaja, dewasa, sampai orang tua membentuk barisan berbanjar memanjang ke
belakang dan berjalan secara perlahan untuk berjabat tangan. Satu demi satu
saling bersalam-salaman (berjabat tangan) seraya mengucapkan permohonan maaf.
Aktivitas ini dilakukan sampai semuanya telah menerima jabat tangan satu dengan
yang lainnya. Seusai dari masjid saya pulang ke rumah dan langsung berjabat
tangan (sungkem) kepada ayah dan ibu seraya mengucapkan permohonan maaf.
Setelah itu dilanjutkan dengan bersilaturahim mengunjungi rumah-rumah sanak
keluarga, dan warga-warga sekitar. Lalu berlanjut menuju ke rumah kakek-nenek
dan sanak famili yang berada di desa sebelah dengan berjalan kaki menuju kesana
dan sambil memohon maaf juga dengan warga sekitar yang bertemu di jalan. Inilah
senyum bahagia memohon maaf dan bersilaturahim dengan orang-orang terdekat dan
warga sekitar di lebaran hari pertama. Malamnya ditutup dengan bersilaturahim
ke rumahnya pak lurah.
Hari
kedua (Jum’at, 2 Syawal 1434 H). Tak jauh beda dengan hari pertama, hari kedua
juga masih erat kaitannya dengan silaturahim. Kali ini saya menghadiri acara
Halal bi Halal dan Silaturahim keluarga besar Bani H. Abdurrohman bin H. Ma’ruf
(keluargaku dari pihak ibu). Semua keluarga besarku ini berkumpul bersama dalam
hangatnya kebersamaan, mulai dari cicit, buyut, kakek, nenek, uwa, paman, bibi,
sepupu, ponakan, kakak, adik, dan semua elemen keluarga besarku yang tak bisa
saya sebut satu per satu. “Dan bersegeralah kamu mencari ampunan
(maghfiroh) dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa”, begitulah makna dari
Q.S. Surat Ali Imran ayat 133 yang dibacakan oleh Qori’ mengawali acara ini.
Ayat ini juga sering dibaca dalam acara-acara silaturahim maupun halal bi halal
yang saya kunjungi di tempat lainnya. Acara ini diakhiri dengan berfoto bersama
dengan keluarga masing-masing.
Hari
ketiga (Sabtu, 3 Syawal 1434 H). Hari ini giliran acara Halal Bi Halal keluarga
besar Bani K.H. Ibrahim (keluargaku dari pihak ayah). Keluarga dari ayahku ini
jauh lebih banyak dan lebih besar lagi jumlahnya. Kebersamaan kembali terasa
dalam indahnya silaturahim ini. Ratusan orang dari cicit sampai cucu berkumpul
bersama dalam acara ini, baik dari keluarga selatan (yang di desa) sampai
keluarga utara (yang dari kota). Satu poin penting yang saya dapatkan dalam
acara ini adalah menjadi saling mengenal satu sama lain. Saya pernah bertemu
dengan salah seorang orang tatkala di Purwokerto, bahkan pernah sholat tarawih
bareng dengannya. Ternyata orang ini masih satu saudara denganku dan baru hari
ini saya mengenal namanya. Inilah manfaat silaturahim bisa saling mengenal,
dari yang sebelumnya jauh menjadi dekat apalagi ternyata orang tersebut masih
satu keluarga dengan kita.
Hari
keempat (Ahad, 4 Syawal 1434 H) merupakan hari reuniku dengan teman-teman dan guru
SMA Negeri 3 pemalang. Setelah 5 tahun (sejak lulus dari SMA ini tahun 2008)
akhirnya hari ini saya bisa menginjakkan kaki kembali di tanah perjuangan yang
berada di jantung kota Pemalang ini. SMA-ku telah banyak perubahan dengan
renovasi pembangunan kelas baru dan suasana baru. Berubah 100%. Sejenak aku dan
Carim (temanku) berkeliling ke lingkungan SMA-ku sembari mengenang masa-masa
lalu ketika masih di SMA. Di depan SMA-ku terlihat adik-adik kelasku sedang
berlatih paskibra, sepertinya untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI yang ke-68
tahun 2013 ini. Setelah semua teman-temanku kumpul, kami beranjak menuju ke
warung makan WTS (Warung Tengah Sawah) yang berada di daerah Jebed, Pemalang.
Disini kami saling sharing berbagi pengalaman, berbagi cerita kisah hidup
masing-masing, ada yang sudah bekerja, ada yang sudah menikah, ada yang masih
berkutat di bangku kuliah. Ah, indahnya persahabatan dan berkah silaturahim di
waktu lebaran ini. Kami juga membahas agenda untuk tahun-tahun mendatang. Usai
menikmati hidangan makan siang, kami silaturahim ke salah satu guru kami, yaitu
Bu Endang (guru Biologi). Kami mendapat wejangan banyak dari beliau, nasihat,
dan motivasi yang sangat berarti. Inilah berkah silaturahim, bukan hanya
sekejar berkunjung tapi menggali ilmu dan makna yang sangat berarti untuk kehidupan.
Hari
kelima (Senin, 5 Syawal 1434 H). Saya mengunjungi acara Halal Bi Halal dan Haul
ke-80 Pondok Pesantren “SALAFIYAH” Kauman Pemalang. Ponpes ini merupakan tempat
dimana dulu saya pernah menimba ilmu disini selama 3 tahun. Acara ini
menghadirkan pembicara KH. Yusuf Mansur dari Jakarta. Ribuan orang yang
merupakan alumni santri sejak tahun 1933 sampai tahun 2013 berkumpul memadati
halaman pesantren yang sudah berusia 80 tahun ini. Luar biasa apa yang
disampaikan oleh Ustadz Yusuf Mansur yang begitu menggebu-gebu dan memotivasi
para peserta yang hadir. Beliau memaparkan tentang konsep sedekah dan bagaimana
membangun ekonomi umat. Dalam acara ini juga beliau melaunching berdirinya
Koperasi Darul Qur’an, yang nantinya juga akan membuka cabang koperasi di
Pesantren Salafiyah ini. Senangnya bertemu dengan sahabat-sahabat lama, lintas
angkatan dan lintas generasi alumni santri dari berbagai kota di Indonesia.
Bertukar cerita dan berbagi pengalaman dengan mereka, nikmatnya kebersamaan ini
yang terbingkai dalam silaturahim akbar.
Hari
keenam (Selasa, 6 Syawal 1434 H) adalah hari yang sangat bahagia. Bukan hanya
sekedar silaturahim, tapi membangun sebuah keluarga baru. Hari ini saya beserta
sanak famili mengantar saudara sepupu laki-lakiku yang melangsungkan pernikahan
di rumah mempelai putri. Keluarga besarku ini bertambah lagi dengan hadirnya
orang baru yang kini bagian dari keluargaku. Inilah silaturahim menambah
persaudaraan dan keluarga baru. Selamat menempuh hidup baru sobat, semoga
menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah.
Hari
ketujuh (Rabu, 7 Syawal 1434 H) sepekan sudah melewati lebaran dengan
bersilaturahim. Hari ini saya menjadi panitia Halal Bi Halal dan Tasyakuran
Masjid Darussalam. Acara ini diawali dengan khitanan masal yang sangat meriah.
Warga sekitar pun sangat antusias menyaksikan dan mengiring para peserta khitan
massal ini. Usai dikhitan, para peserta khitan didoakan secara bersama oleh
ulama setempat dan mendapatkan santunan. Sungguh senang rasanya melihat senyum
mereka. Acara ini dilanjutkan dengan pengajian akbar yang mendatangkan
pembicara dari Tegal. Luar biasa para pengunjung yang hadir dalam acara ini
sangat banyak, mulai dari ibu-ibu dan bapak-bapak. Sampai-sampai panitia
kerepotan dalam membagikan snack konsumsi untuk mereka. Tapi alhamdulillah,
dengan kesigapan panitia semua bisa teratasi. Acara pun berjalan dengan lancar.
Alhamdulillah, saya bisa sedikit berkontribusi dalam acara halal bi halal yang
dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat desa ini.
Demikianlah sedikit tjerita lebaran saya selama sepekan
bersama silaturahim. Sebuah aktivitas yang sangat luar biasa manfaatnya.
Menyambung persahabatan, merangkai kebersamaan dan menyatukan kedekatan untuk
saling berbagi, bercerita, memotivasi dan mencurahkan rasa untuk saling memaafkan
dan mempererat hubungan. Semoga bisa terus istikomah dalam merenda silaturahim
ini. Aamiin.
*Tulisan
ini diikutkan dalam Tjerita Hari Raya yang diselenggarakan oleh @leutikaprio
0 comments:
Post a Comment