Monday, 19 August 2013

Merenda Silaturahim “7 in 1”


Lebaran ‘Idul Fitri merupakan hari yang sangat istimewa. Hari yang fitrah bagi segenap umat muslim di seluruh penjuru dunia. Gema takbir berkumandang penuh riang, gema tahmid memuji penuh syahdu dan gema tahlil yang senantiasa mengiringi. “Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar… Laa ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu akbar walillaahilhamdu…” kalimat ini berkali-kali diucapkan. “Taqobbalallahu minna waminkum shiyamana washiyaamakum, minal ‘aaidin walfaizin mohon maaf lahir dan batin, selamat Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1434 H” untaian kalimat ini pun berkali-kali diucapkan baik secara langsung atau pun melalui pesan singkat (sms), maupun jejaring sosial facebook dan twitter. Tentunya lebaran tidak hanya sebatas seremonial saja, akan tetapi banyak sekali makna dan hikmah yang bisa kita ambil dari perayaan hari raya “Idul Fitri ini. Melalui tulisan ini saya ingin berbagi cerita selama lebaran tahun 1434 H / 2013 M ini. Selamat menyimak, selamat merenda silaturahim.

            Lebaran bukan hanya sekedar memakai pakaian baru, memakan ketupat, atau menerima hadiah (angpau) dari orang-orang terdekat saja. Ada makna yang lebih berarti, salah satunya adalah “silaturahim”. Kenapa kita harus bersilaturahim? “Barangsiapa ingin ditambahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung tali silaturahim. Begitulah hadits ini menjadi sangat populer diucapkan selama lebaran berlangsung. Banyak sekali keutamaan dari suatu aktivitas yang bernama silaturahim ini. Ada lagi sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jubair bin Muth'im, bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan tali silaturahim." (shahih Muslim: 19 – (2556)). Beberapa faedah dari hadits ini adalah menerangkan tentang larangan memutuskan tali silaturahim, anjuran untuk senantiasa menyambung silaturahim, karena ia menjadi sebab lahirnya kebaikan dan mendatangkan keberkahan. Balasan bagi pemutus silaturahim bisa disegerakan di dunia atau ditangguhkan di akherat kelak. Demikian penjelasan ini tertuang dalam buku “Kumpulan 50 Hadits Pilihan” yang disusun oleh DR. Muhammad Murtadha bin 'Aisy.

Tentunya silaturahim hendaknya dilakukan bukan hanya saat lebaran saja, akan tetapi dilakukan setiap saat dimanapun kita berada. Karena dengan silaturahim akan menjadikan kokohnya sebuah keluarga, eratnya persaudaraan, yang jauh menjadi dekat, yang dekat menjadi lebih erat dan yang belum kenal menjadi lebih akrab. Indah sekali rasanya jika silaturahim ini menjadi rutinitas kita sehari-hari. Mari merenda silaturahim menuju terciptanya tali persaudaraan yang kokoh. Selalu ada makna yang membekas saat kita melakukan silaturahim, seperti berbagi pengalaman, bercerita kenangan,  meningkatkan pengetahuan dan memotivasi diri untuk meraih masa depan yang cemerlang. Berikut ini adalah beberapa makna dan hikmah yang saya dapatkan selama lebaran 7 hari merenda silaturahim “7 in 1”. Tujuh hari tak pernah lepas dari satu aktivitas inti yang bernama ‘silaturahim’.

Hari pertama (Kamis, 1 Syawal 1434 H). Saya bersama keluarga (ayah, ibu, dan adik) pergi ke Masjid Darussalam Cerih untuk melaksanakan sholat ‘Idul Fitri secara berjamaah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, seusai setelah selesai sholat ‘id seluruh jama’ah bersalam-salaman (berjabat tangan) dengan seluruh orang yang hadir. Tentunya yang laki-laki berjabat tangan dengan laki-laki dan yang perempuan berjabat tangan dengan sesama perempuan. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua membentuk barisan berbanjar memanjang ke belakang dan berjalan secara perlahan untuk berjabat tangan. Satu demi satu saling bersalam-salaman (berjabat tangan) seraya mengucapkan permohonan maaf. Aktivitas ini dilakukan sampai semuanya telah menerima jabat tangan satu dengan yang lainnya. Seusai dari masjid saya pulang ke rumah dan langsung berjabat tangan (sungkem) kepada ayah dan ibu seraya mengucapkan permohonan maaf. Setelah itu dilanjutkan dengan bersilaturahim mengunjungi rumah-rumah sanak keluarga, dan warga-warga sekitar. Lalu berlanjut menuju ke rumah kakek-nenek dan sanak famili yang berada di desa sebelah dengan berjalan kaki menuju kesana dan sambil memohon maaf juga dengan warga sekitar yang bertemu di jalan. Inilah senyum bahagia memohon maaf dan bersilaturahim dengan orang-orang terdekat dan warga sekitar di lebaran hari pertama. Malamnya ditutup dengan bersilaturahim ke rumahnya pak lurah.

Hari kedua (Jum’at, 2 Syawal 1434 H). Tak jauh beda dengan hari pertama, hari kedua juga masih erat kaitannya dengan silaturahim. Kali ini saya menghadiri acara Halal bi Halal dan Silaturahim keluarga besar Bani H. Abdurrohman bin H. Ma’ruf (keluargaku dari pihak ibu). Semua keluarga besarku ini berkumpul bersama dalam hangatnya kebersamaan, mulai dari cicit, buyut, kakek, nenek, uwa, paman, bibi, sepupu, ponakan, kakak, adik, dan semua elemen keluarga besarku yang tak bisa saya sebut satu per satu. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan (maghfiroh) dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, begitulah makna dari Q.S. Surat Ali Imran ayat 133 yang dibacakan oleh Qori’ mengawali acara ini. Ayat ini juga sering dibaca dalam acara-acara silaturahim maupun halal bi halal yang saya kunjungi di tempat lainnya. Acara ini diakhiri dengan berfoto bersama dengan keluarga masing-masing.

Hari ketiga (Sabtu, 3 Syawal 1434 H). Hari ini giliran acara Halal Bi Halal keluarga besar Bani K.H. Ibrahim (keluargaku dari pihak ayah). Keluarga dari ayahku ini jauh lebih banyak dan lebih besar lagi jumlahnya. Kebersamaan kembali terasa dalam indahnya silaturahim ini. Ratusan orang dari cicit sampai cucu berkumpul bersama dalam acara ini, baik dari keluarga selatan (yang di desa) sampai keluarga utara (yang dari kota). Satu poin penting yang saya dapatkan dalam acara ini adalah menjadi saling mengenal satu sama lain. Saya pernah bertemu dengan salah seorang orang tatkala di Purwokerto, bahkan pernah sholat tarawih bareng dengannya. Ternyata orang ini masih satu saudara denganku dan baru hari ini saya mengenal namanya. Inilah manfaat silaturahim bisa saling mengenal, dari yang sebelumnya jauh menjadi dekat apalagi ternyata orang tersebut masih satu keluarga dengan kita.

Hari keempat (Ahad, 4 Syawal 1434 H) merupakan hari reuniku dengan teman-teman dan guru SMA Negeri 3 pemalang. Setelah 5 tahun (sejak lulus dari SMA ini tahun 2008) akhirnya hari ini saya bisa menginjakkan kaki kembali di tanah perjuangan yang berada di jantung kota Pemalang ini. SMA-ku telah banyak perubahan dengan renovasi pembangunan kelas baru dan suasana baru. Berubah 100%. Sejenak aku dan Carim (temanku) berkeliling ke lingkungan SMA-ku sembari mengenang masa-masa lalu ketika masih di SMA. Di depan SMA-ku terlihat adik-adik kelasku sedang berlatih paskibra, sepertinya untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI yang ke-68 tahun 2013 ini. Setelah semua teman-temanku kumpul, kami beranjak menuju ke warung makan WTS (Warung Tengah Sawah) yang berada di daerah Jebed, Pemalang. Disini kami saling sharing berbagi pengalaman, berbagi cerita kisah hidup masing-masing, ada yang sudah bekerja, ada yang sudah menikah, ada yang masih berkutat di bangku kuliah. Ah, indahnya persahabatan dan berkah silaturahim di waktu lebaran ini. Kami juga membahas agenda untuk tahun-tahun mendatang. Usai menikmati hidangan makan siang, kami silaturahim ke salah satu guru kami, yaitu Bu Endang (guru Biologi). Kami mendapat wejangan banyak dari beliau, nasihat, dan motivasi yang sangat berarti. Inilah berkah silaturahim, bukan hanya sekejar berkunjung tapi menggali ilmu dan makna yang sangat berarti untuk kehidupan.

Hari kelima (Senin, 5 Syawal 1434 H). Saya mengunjungi acara Halal Bi Halal dan Haul ke-80 Pondok Pesantren “SALAFIYAH” Kauman Pemalang. Ponpes ini merupakan tempat dimana dulu saya pernah menimba ilmu disini selama 3 tahun. Acara ini menghadirkan pembicara KH. Yusuf Mansur dari Jakarta. Ribuan orang yang merupakan alumni santri sejak tahun 1933 sampai tahun 2013 berkumpul memadati halaman pesantren yang sudah berusia 80 tahun ini. Luar biasa apa yang disampaikan oleh Ustadz Yusuf Mansur yang begitu menggebu-gebu dan memotivasi para peserta yang hadir. Beliau memaparkan tentang konsep sedekah dan bagaimana membangun ekonomi umat. Dalam acara ini juga beliau melaunching berdirinya Koperasi Darul Qur’an, yang nantinya juga akan membuka cabang koperasi di Pesantren Salafiyah ini. Senangnya bertemu dengan sahabat-sahabat lama, lintas angkatan dan lintas generasi alumni santri dari berbagai kota di Indonesia. Bertukar cerita dan berbagi pengalaman dengan mereka, nikmatnya kebersamaan ini yang terbingkai dalam silaturahim akbar.

Hari keenam (Selasa, 6 Syawal 1434 H) adalah hari yang sangat bahagia. Bukan hanya sekedar silaturahim, tapi membangun sebuah keluarga baru. Hari ini saya beserta sanak famili mengantar saudara sepupu laki-lakiku yang melangsungkan pernikahan di rumah mempelai putri. Keluarga besarku ini bertambah lagi dengan hadirnya orang baru yang kini bagian dari keluargaku. Inilah silaturahim menambah persaudaraan dan keluarga baru. Selamat menempuh hidup baru sobat, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah.

Hari ketujuh (Rabu, 7 Syawal 1434 H) sepekan sudah melewati lebaran dengan bersilaturahim. Hari ini saya menjadi panitia Halal Bi Halal dan Tasyakuran Masjid Darussalam. Acara ini diawali dengan khitanan masal yang sangat meriah. Warga sekitar pun sangat antusias menyaksikan dan mengiring para peserta khitan massal ini. Usai dikhitan, para peserta khitan didoakan secara bersama oleh ulama setempat dan mendapatkan santunan. Sungguh senang rasanya melihat senyum mereka. Acara ini dilanjutkan dengan pengajian akbar yang mendatangkan pembicara dari Tegal. Luar biasa para pengunjung yang hadir dalam acara ini sangat banyak, mulai dari ibu-ibu dan bapak-bapak. Sampai-sampai panitia kerepotan dalam membagikan snack konsumsi untuk mereka. Tapi alhamdulillah, dengan kesigapan panitia semua bisa teratasi. Acara pun berjalan dengan lancar. Alhamdulillah, saya bisa sedikit berkontribusi dalam acara halal bi halal yang dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat desa ini.

            Demikianlah sedikit tjerita lebaran saya selama sepekan bersama silaturahim. Sebuah aktivitas yang sangat luar biasa manfaatnya. Menyambung persahabatan, merangkai kebersamaan dan menyatukan kedekatan untuk saling berbagi, bercerita, memotivasi dan mencurahkan rasa untuk saling memaafkan dan mempererat hubungan. Semoga bisa terus istikomah dalam merenda silaturahim ini. Aamiin.

*Tulisan ini diikutkan dalam Tjerita Hari Raya yang diselenggarakan oleh @leutikaprio

0 comments: