Bertafakur sejauh kapal
berlayar.
Bersyukur atas semua
nikmat-Nya yg begitu melimpah ruah
"Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
"Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri...."
(Q.S. An-Naml: 40)
Selamat pagi Ambon...!
#CatatanHariKe-6_Ekspedisi_Pelayaran_Indonesia_Timur
Selamat pagi Ambon...!
#CatatanHariKe-6_Ekspedisi_Pelayaran_Indonesia_Timur
Banyak makna yang bisa kita peroleh saat melakukan travelling. Perjalanan
yang tentunya bukan untuk sekedar jalan-jalan dan refreshing semata, tapi lebih
dari itu. Belajar hal baru di tempat yang baru, bertahan menghadapi tantangan,
beradaptasi menggali ilmu dengan orang baru, belajar local wisdomnya, budayanya, menikmati keindahan alam dan
panoramanya, serta yang paling penting adalah mentadaburi alam ciptaan-Nya. Sehingga
muncul rasa syukur yang mendalam. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan??? Itulah sekelumit aneka rasa yang tergores saat aku melakukan
travelling.
Kali ini aku akan melanjutkan
catatan perjalanan saat melakukan solobackpacker Ternate – Raja Ampat tahun
2014 yang lalu. Selain menikmati
perjalanan, terlebih saat berada di atas kapal yang butuh waktu berjam-jam apa
yang aku lakukan? Perjalanan seorang diri (solobackpacker) lantas tak membuat
kita seperti patung atau seperti orang hilang, hehe. Saat kita melakukan
backpacker seorang diri maka yang aku lakukan adalah berkenalan dengan orang
baru yang aku temui dalam perjalanan, ngobrol dengan penumpang lain, membaca
buku, menulis, mendengarkan musik, dan intinya jangan bengong atau melamun
diri. Itulah beberapa hal yang aku lakukan saat berada di kapal yang
membutuhkan waktu selama puluhan jam itu. Jangan banyak tidur, tapi lebih baik
melihat panorama alam dan lautan luas yang membentang, kecuali cuaca hujan.
Ini hanyalah salah satu tulisan
dan resensi buku dari buku yang dibaca
saat berada di kapal dan tulisan yang ditulis saat berada dalam kapal
perjalanan. Karena waktu itu aku sedang berkecimpung di dunia pendidikan, maka
buku yang aku baca saat itu adalah buku tentang pendidikan juga. Berikut beberapa
tulisannya.
CATATAN HARI KE-7 (Sabtu, 27 Desember 2014)
Guru Cinta...!
Mengajarnya bukan
sekedar tugas, mendidiknya lebih apa pun yang menjadi kewajibannya. Kalau dengan
cinta, jika penuh dengan kasih sayang dan dibumbui dengan komitmen yang tinggi
dalam mendidik siswa-siswinya. Maka, jadilah guru itu terbaik buat siswa, guru
yang lain hingga sekolahnya.
Buku yang sarat
makna, tak banyak teori, melainkan best practise pengalaman nyata dari
guru-guru yang luar biasa. Bukan hanya guru, tapi juga kisah-kisah inspiratif
kepala sekolah hingga dosen dalam membimbing peserta didiknya yang
mengantarkannya menjadi guru/dosen dengan segudang prestasi.
Buku yang
renyah dan asyik dibaca, yang menyuguhkan pengalaman menarik guru penuh cinta
mulai dari sekolah plastik, sekolah anak-anak berkebutuhan khusus,
homescholling, sekolah marginal, hingga perjuangan mencapai titik kesuksesan
Guru profesional
itu mendidiknya dengan cinta, punya banyak inovasi, kreatif dan memiliki
segudang prestasi terbaiknya.
Alhamdulillah buku
ini rampung dibaca dengan lahap. Menemani perjalananku
dalam ekspedisi tafakur alam wilayah Indoensia Timur. Ternate – Sorong – Raja Ampat
– Ambon – Namlea – Sanan – Ternate. Selesai dibaca saat perjalanan kapal Ambon –
Namlea.
Antologi buku
ini berisi kisah-kisah inspiratif guru-guru dari berbagai daerah. Mereka adalah
sosok yang telah melewati pahit manis getirnya perjuangan. Akan tetapi pada
akhirnya hasil jerih payah mereka pun berbuah manis dan lezat
CATATAN HARI KE-8 (Ahad, 28 Desember 2014)
Bukan Salah Sampah...!
Seandainya semua manusia berpikiran
sama tentang kebersihan mungkin tak ada lagi putung rokok dan sampah lain
berserakan. Petugas cleaning service pun tak perlu susah payah untuk menyapu
dan membersihkan sampah yang ada di setiap penjuru kapal ini. Aku melihat ada
seorang ibu dan 2 anaknya. Aku perhatikan ibu itu sedang asyik merokok sambil
menelepon. Sementara kedua anaknya sedang makan jeruk. Sesekali ibu itu
melempar gelas air mineral ke depannya. Putung rokok pun ia lempar sembarangan,
padahal tak jauh dari ibu itu ada tong sampah. Lalu bagaimana dengan kedua
anaknya yang sedang menikmati jeruk tadi? Kedua anak tersebut pun sama, mereka
membuang kulit jeruk secara sembarangan di depan mereka. Sepak jeruk pun mereka
buang di depan mereka. Mungkin karena jeruknya kurang manis, jadi dimakan
sarinya saja, sementara sepah itu pun dibuang menumpuk dengan kulit-kulitnya
secara sembarangan. Siapa yang salah???
Bukan sampah yang salah. Dalam kasus
tersebut, anak memang selalu mengikuti dan mencontoh dengan orangtuanya. Perilaku
orangtua akan ditiru oleh anaknya. Rupanya dalam kapal ini tidak hanya ibu dan
kedua anaknya saja yang membuang sampah secara sembarangan. Tapi para penumpang
lain juga banyak yang membuang sampah sembarangan, baik di sekitar kapal maupun
langsung dibuang ke laut. Padahal di kapal tersebut sudah ada tong sampah yang
sudah disediakan. Juga laut bukanlah tong sampah yang dengan seenaknya manusia
membuang sampah secara sembarangan. Ini memang hal kecil, tapi jangan dianggap
sepele.
Pelayaran Batin.
Hari-hari ini selama sepekan aku melakukan pelayaran wilayah
Indonesia Timur. Ternate – Sorong – Raja Ampat – Ambon – Namlea – Sanan –
Ternate. Inikah yang dinamakan samudera? Samudera Pasifik? Aku melihat ke depan
hingga paling ujung depan, paling ujung belakang, paling ujung samping kanan
dan paling ujung samping kiri tapi pandanganku terbatas jarak. Seperti tak ada
ujung kelilingku ini. Ibarat daratan, seperti padang pasir yang terbentang
sangat luasnya. Tapi ini adalah padang lautan yang sangat luas. Mataku pun
hanya melihat garis lurus di setiap ujung yang ku lihat. Inikah laut raksasa
itu?
Samudera yang merupakan luas utama
dari negeriku ini. Samudera yang luasnya tak terjangkau oleh penglihatanku. Dan
diriku ini ternyata sangat-sangat sangatlah kecil sekali. Aku berada di atas
kapal yang menurutku kapal ini sudah sangat besar, tapi kapal ini pun hanya
seujung bakteri berada di diantara dua biru yang begitu luas ini. Pulau-pulau
yang biasanya tampak, kini pun tak ada lagi. Dan aku sangat menikmati dan
mensyukuri setiap jejak perjalanan ini.
1 comments:
Makasih kang Amrul, luar biasa... Tetap semangat tetap keren makin berkibar..
Post a Comment