Sunday, 17 July 2016

Solobackpacker Ternate – Raja Ampat (Part II)


Bertafakur sejauh kapal berlayar.
Bersyukur atas semua nikmat-Nya yg begitu melimpah ruah

"Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri...." (Q.S. An-Naml: 40)

Selamat pagi Ambon...!

#CatatanHariKe-6_Ekspedisi_Pelayaran_Indonesia_Timur
           
Banyak makna yang bisa kita peroleh saat melakukan travelling. Perjalanan yang tentunya bukan untuk sekedar jalan-jalan dan refreshing semata, tapi lebih dari itu. Belajar hal baru di tempat yang baru, bertahan menghadapi tantangan, beradaptasi menggali ilmu dengan orang baru, belajar local wisdomnya, budayanya, menikmati keindahan alam dan panoramanya, serta yang paling penting adalah mentadaburi alam ciptaan-Nya. Sehingga muncul rasa syukur yang mendalam. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan??? Itulah sekelumit aneka rasa yang tergores saat aku melakukan travelling.

            Kali ini aku akan melanjutkan catatan perjalanan saat melakukan solobackpacker Ternate – Raja Ampat tahun 2014 yang lalu.  Selain menikmati perjalanan, terlebih saat berada di atas kapal yang butuh waktu berjam-jam apa yang aku lakukan? Perjalanan seorang diri (solobackpacker) lantas tak membuat kita seperti patung atau seperti orang hilang, hehe. Saat kita melakukan backpacker seorang diri maka yang aku lakukan adalah berkenalan dengan orang baru yang aku temui dalam perjalanan, ngobrol dengan penumpang lain, membaca buku, menulis, mendengarkan musik, dan intinya jangan bengong atau melamun diri. Itulah beberapa hal yang aku lakukan saat berada di kapal yang membutuhkan waktu selama puluhan jam itu. Jangan banyak tidur, tapi lebih baik melihat panorama alam dan lautan luas yang membentang, kecuali cuaca hujan.

            Ini hanyalah salah satu tulisan dan  resensi buku dari buku yang dibaca saat berada di kapal dan tulisan yang ditulis saat berada dalam kapal perjalanan. Karena waktu itu aku sedang berkecimpung di dunia pendidikan, maka buku yang aku baca saat itu adalah buku tentang pendidikan juga. Berikut beberapa tulisannya.


CATATAN HARI KE-7 (Sabtu, 27 Desember 2014)

Guru Cinta...!
Mengajarnya bukan sekedar tugas, mendidiknya lebih apa pun yang menjadi kewajibannya. Kalau dengan cinta, jika penuh dengan kasih sayang dan dibumbui dengan komitmen yang tinggi dalam mendidik siswa-siswinya. Maka, jadilah guru itu terbaik buat siswa, guru yang lain hingga sekolahnya.

Buku yang sarat makna, tak banyak teori, melainkan best practise pengalaman nyata dari guru-guru yang luar biasa. Bukan hanya guru, tapi juga kisah-kisah inspiratif kepala sekolah hingga dosen dalam membimbing peserta didiknya yang mengantarkannya menjadi guru/dosen dengan segudang prestasi.

Buku yang renyah dan asyik dibaca, yang menyuguhkan pengalaman menarik guru penuh cinta mulai dari sekolah plastik, sekolah anak-anak berkebutuhan khusus, homescholling, sekolah marginal, hingga perjuangan mencapai titik kesuksesan
Guru profesional itu mendidiknya dengan cinta, punya banyak inovasi, kreatif dan memiliki segudang prestasi terbaiknya.

Alhamdulillah buku ini rampung dibaca dengan lahap. Menemani perjalananku dalam ekspedisi tafakur alam wilayah Indoensia Timur. Ternate – Sorong – Raja Ampat – Ambon – Namlea – Sanan – Ternate. Selesai dibaca saat perjalanan kapal Ambon – Namlea.

Antologi buku ini berisi kisah-kisah inspiratif guru-guru dari berbagai daerah. Mereka adalah sosok yang telah melewati pahit manis getirnya perjuangan. Akan tetapi pada akhirnya hasil jerih payah mereka pun berbuah manis dan lezat


CATATAN HARI KE-8 (Ahad, 28 Desember 2014)

Bukan Salah Sampah...!

            Seandainya semua manusia berpikiran sama tentang kebersihan mungkin tak ada lagi putung rokok dan sampah lain berserakan. Petugas cleaning service pun tak perlu susah payah untuk menyapu dan membersihkan sampah yang ada di setiap penjuru kapal ini. Aku melihat ada seorang ibu dan 2 anaknya. Aku perhatikan ibu itu sedang asyik merokok sambil menelepon. Sementara kedua anaknya sedang makan jeruk. Sesekali ibu itu melempar gelas air mineral ke depannya. Putung rokok pun ia lempar sembarangan, padahal tak jauh dari ibu itu ada tong sampah. Lalu bagaimana dengan kedua anaknya yang sedang menikmati jeruk tadi? Kedua anak tersebut pun sama, mereka membuang kulit jeruk secara sembarangan di depan mereka. Sepak jeruk pun mereka buang di depan mereka. Mungkin karena jeruknya kurang manis, jadi dimakan sarinya saja, sementara sepah itu pun dibuang menumpuk dengan kulit-kulitnya secara sembarangan. Siapa yang salah???

            Bukan sampah yang salah. Dalam kasus tersebut, anak memang selalu mengikuti dan mencontoh dengan orangtuanya. Perilaku orangtua akan ditiru oleh anaknya. Rupanya dalam kapal ini tidak hanya ibu dan kedua anaknya saja yang membuang sampah secara sembarangan. Tapi para penumpang lain juga banyak yang membuang sampah sembarangan, baik di sekitar kapal maupun langsung dibuang ke laut. Padahal di kapal tersebut sudah ada tong sampah yang sudah disediakan. Juga laut bukanlah tong sampah yang dengan seenaknya manusia membuang sampah secara sembarangan. Ini memang hal kecil, tapi jangan dianggap sepele.

Pelayaran Batin.

      Hari-hari ini selama sepekan aku melakukan pelayaran wilayah Indonesia Timur. Ternate – Sorong – Raja Ampat – Ambon – Namlea – Sanan – Ternate. Inikah yang dinamakan samudera? Samudera Pasifik? Aku melihat ke depan hingga paling ujung depan, paling ujung belakang, paling ujung samping kanan dan paling ujung samping kiri tapi pandanganku terbatas jarak. Seperti tak ada ujung kelilingku ini. Ibarat daratan, seperti padang pasir yang terbentang sangat luasnya. Tapi ini adalah padang lautan yang sangat luas. Mataku pun hanya melihat garis lurus di setiap ujung yang ku lihat. Inikah laut raksasa itu?


          Samudera yang merupakan luas utama dari negeriku ini. Samudera yang luasnya tak terjangkau oleh penglihatanku. Dan diriku ini ternyata sangat-sangat sangatlah kecil sekali. Aku berada di atas kapal yang menurutku kapal ini sudah sangat besar, tapi kapal ini pun hanya seujung bakteri berada di diantara dua biru yang begitu luas ini. Pulau-pulau yang biasanya tampak, kini pun tak ada lagi. Dan aku sangat menikmati dan mensyukuri setiap jejak perjalanan ini.

1 comments:

Dedi Rahmat said...

Makasih kang Amrul, luar biasa... Tetap semangat tetap keren makin berkibar..