Saturday, 27 May 2017

Latih Adaptif, Agar Ramadhan Produktif


Tak terasa bulan yang dirindukan telah datang. Ramadhan namanya. Gimana rasanya? Senang atau sedih dengan hadirnya bulan puasa ini? Setiap kesan pertama harusnya menghadirkan perasaan yang istimewa. Gimana puasa di hari pertama kali ini? Lancar kan? Tidak ada kendala yang menghadang bukan? Sudah bikin target-targetan yang ingin diraih di bulan spesial ini belum? Pokoknya hari pertama itu pasti seru dan banyak pertanyaan. Tentunya kalau ngomongin soal puasa, yang harus pertama dilakukan adalah “adaptasi” menghadapi kebiasaan baru yaitu tidak makan dan tidak minum dari pagi hingga sore. Kenapa harus adaptasi?

Oya sebelumnya bagi yang belum tahu adaptasi, arti sederhananya adalah penyesuaian diri. Mengapa harus menyesuaikan diri (adaptasi). Iya, karena kita menghadapi hari yang tidak seperti biasanya, bukan? Tak hanya adaptasi dengan menahan lapar dan dahaga saja, tapi juga harus penyesuaian diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa. Karena dalam hadits pun sudah diingatkan bahwa banyak orang puasa tapi hanya mendapatkan lapar dan haus saja, kenapa bisa terjadi?? Karena meski secara fisik puasa, tapi melakukan hal-hal yang dapat mengurangi esensi puasa itu sendiri, contohnya ghibah, dll. Bicara perihal adaptasi ini sangat penting sekali untuk menghadapi tempat baru, suasana baru, kondisi baru atau bulan baru seperti bulan Ramadhan yang teramat spesial ini. Sebelum bicara tentang adaptasi ini lebih jauh, mari kita sejenak belajar “adaptif” dari tanaman tomat.

Belajar Adaptif dari Tanaman Tomat

"Bukan yang terkuat yang mampu bertahan,
melainkan yang paling adaptif dalam merespons perubahan"
 (Charles Darwin dalam teori Survival of the fittestnya).


Sama seperti tanaman tomat dan mungkin juga dialami oleh tanaman lain. Kali ini saya ingin sedikit cerita tentang tanaman tomat yang saya pelihara saat ini. Mulai dari semai waktunya sama. Ditanam pada tanggal yang sama. Tumbuh di lahan tanah yang sama, yaitu depan asrama tempat tinggalku sekarang. Perlakuan diberi pupuk yang sama, yaitu saya kasih pupuk kandang (kotoran kambing). Saat musim panas dan jarang hujan, sorenya saya siram dengan air yang sama yaitu air kolam ikan yang berada persis di sebelahnya ini. Akan tetapi dalam berbunga dan berbuah tak sama.

            Begitu juga dengan kesuburan tanaman bernama ilmiah Solanum lycopersicum ini juga berbeda-beda. Meski perlakuan sama, tapi ada yang mudah layu saat kondisi panas menyengat. Ada juga yang tetap subur dan kokoh menghadapi cuaca tersebut. Kalau secara "tumbuh", semuanya tumbuh. Walaupun ada yang terhambat, ada yang lebat dan ada juga yang layu. Pun sama halnya dengan "berkembang"nya juga beda-beda. Itulah kehidupan tanaman tomat, meski menghadapi musim yang sama, berada di tempat yang sama, dan tinggal di tanah yang sama, tapi kehidupan subur dan segarnya berbeda. Inilah yang dinamakan adaptasi.

Tumbuh dan berkembang memang berbeda parameter. Bertumbuh itu soal kuantitas, sedangkan berkembang itu lebih ke kualitas. Dari pertumbuhan dan berkembangan tanaman tomat ini kita bisa ambil banyak pelajaran tentang adaptasi. Kemampuan adaptif tomat menjadi kunci keberhasilan bertumbuh & berkembang hingga menghasilkan buah yang siap untuk dipanen. Sama halnya dengan kehidupan kita. Kemampuan "adaptif" sangat diperlukan bagi diri kita dimana pun kita tinggal, kita bekerja dan kita hidup di lingkungan mana pun. Teruslah tingkatkan adaptif kita agar tetap produktif dalam berkarya. Lalu apa kaitannya adaptasi dengan Ramadhan yang sudah tiba ini? Mari kita simak pembahasan selanjutnya.

Agar Ramadhan Lebih Produktif

Kembali ke pokok bahasan kita tentang adaptasi di bulan Ramadhan. Ilustrasi tanaman tomat tadi hanya sebagai gambaran saja tentang pentingnya memiliki kemampuan adaptasi dalam hidup. Kenapa kita harus beradaptasi di bulan puasa? Sebagaimana kita ketahui bersama, saat kita puasa maka energi yang kita miliki jumlahnya terbatas. Maka kita harus pandai mengelolanya. Biasaya saat kondisi puasa, tubuh kita mudah mengantuk dan lelah secara fisik. Nah, disitulah kita harus beradaptasi. Tidak hanya tubuh saja yang harus beradaptasi, tapi kebiasaan dan pola hidup ita juga harus beradaptasi dalam beraktivitas seperti biasanya.

Meski kondisi kita sedang berpuasa, produktivitas kita harus tetap fight. Bukan banyak tidur dan banyakin diam tak bergerak hanya untuk menanti waktu berbuka tiba. Tapi tetap melakukan hal-hal seperti biasanya saat kondisi normal di 11 bulan sebelumnya. Disinilah kita harus pandai beradaptasi dengan bulan yang agung ini. Berikut ini ada tips-tips cara kita beradaptasi agar Ramadhan kita tetap produktif, yaitu:

1.      Buat target amal yaumi
Saat kita berpuasa, jangan sampai mengendurkan semangat kita dalam melakukan amal yaumi (ibadah harian) kita. Justru kalau bisa bertambah dan meningkat dibandingkan hari-hari biasanya, misalnya kalau biasanya baca Al-Qur’an cuma 3 lembar, saat Ramadhan minimal 1-2 juz / hari, sholat tahajud misalnya targetnya 4 rakaat tiap hari, sholat dhuha misalnya ditarget 4 rakaat per hari. Dan amalan sunnah lainnya. Kenapa harus dibuat target minimal? Agar kita menjadi terarah dan terjadwal dalam menjalani aktivitas selama Ramadhan. Buat target yang sederhana, tidak memberatkan dan kita enjoy bisa melaksanakan dengan baik target tersebut

2.      Buat target pencapaian sesuai passion kita
Selain membuat target amalan yaumi, kita juga perlu membuat target aktivitas lainnya yang sesuai dengan hobi dan passion kita. Misalnya: membaca buku targetnya 20 lembar per hari, meresensi buku seminggu sekali, menulis satu lembar per hari, membuat desain tiap hari, merancang eksperimen, dan lain-lain yang sesuai dengan bakat yang kita punya. Kenapa harus ditarget? Agar lebih terarah dan kita bisa mengisi waktu-waktu luang kita selama Ramadhan tersebut. Buat target yang simple dan kita bisa mengerjakannya secara konsisten

3.      Manajemen diri dengan baik
Ini adalah kunci utamanya. Jika kita ingin Ramadhan kita lebih produktif, maka kita harus pandai memanajemen diri kita dan manajemen waktu kita selama berpuasa tersebut. Manajemen diri mulai sehabis sahur hingga berbuka puasa, bahkan sampai malam sehabis sholat terawih. Kapan waktunya istirahat, menghadiri kajian, membantu orangtua, membaca buku dan aktivitas lainnya perlu kita atur dan kita manage agar puasa kita tetap berkualitas. Produktif tidaknya kita selama Ramadhan bergantung pada manajemen diri yang kita terapkan. Mumpung masih di hari pertama ini sudahkah kita memanagenya dengan baik? Sudahkah membuat targetan yang ingin dicapai selama 30 hari berpuasa ini? Jika belum, segeralah dibuat karena masih ada 29 hari lagi. Selamat beraktivitas menjalani puasa dengan penuh semangat dan tetap produktif.


Kota Hujan, 1 Ramadhan 1438 H (27 Mei 2017 M)

0 comments: