Asam di gunung
garam di laut
Bertemu dalam satu belanga
Kalau sudah jodoh dimanapun berada (berjauhan)
Bertemu dalam satu belanga
Kalau sudah jodoh dimanapun berada (berjauhan)
Pasti akan tetap
bertemu juga
Pepatah tersebut memang benar adanya. Kalau sudah
berjodoh memang tak akan lari kemana-mana. Begitulah uniknya jodoh. Sama seperti
antara aku dan kamu. Meski sudah berteman lama, lalu terpisahkan tempat yang
berbeda kalau jodoh akhirnya bertemu juga dalam pelaminan. Pertemuan dua insan
sejoli yang diawali dengan ta'aruf, dikuatkan dengan khitbah dan disempurnakan
dengan menikah. Tidak dengan pacaran, karena pacaran sejati adalah setelah
resmi diikat oleh akad pernikahan. Itulah kisah yang kita alami.
Padahal
dua insan ini (aku dan kamu) sudah lama berteman sejak tahun 2008 silam. Masuk
di kampus yang sama, teman seangkatan, satu jurusan, teman sekelompok ospek,
satu asisten laboratorium, satu organisasi hingga lulus wisuda pun bersamaan. Namun
setelah wisuda kita berpisah hingga 4 tahun dan tak pernah berkomunikasi secara
langsung maupun lewat telepon, tapi akhirnya kita dipertemukan dalam ikatan
yang suci. Gimana ceritanya? Panjang alurnya kalau diceritakan, hehe. Begitulah
uniknya jodoh.
Sebuah
proses ikatan suci yang tak sampai 5 menit bernama ijab qobul telah kita
ikrarkan di bulan Juni 2018. Sebuah hari bahagia yang telah kita rindukan
selama ini, akhirnya bisa kita rasakan juga. Yang jelas Juni ini bukan hanya
milikmu, tapi milik kita. 23 Juni 2008 (wisuda SMA-mu), 25 Juni 2013 (wisuda S1
kita) dan 24 Juni 2018 (kita menikah). Juni bertaburan rasa bahagia yang tak
terlupakan. Juni yang penuh dengan memori indah momen penting dalam hidupmu,
kini menjadi bagian penting dalam hidupku juga.
Bahagianya
Juni ini seperti bait-bait puisinya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan
Bulan Juni berikut ini:
Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Puisi
tersebut juga mewakili perasaanku kepadamu. Rasa cinta yang menggelora bertabur
asmara yang berkibar penuh haru tawa bahagia. Nikmat sekali rasanya. Itulah gambaran
hatiku dan hatimu di tanggal 24 Juni 2018 saat akad terucap hingga prosesi
pernikahan berlangsung. Rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Karena begitu
syahdunya sampai-sampai aku dan kamu merasakan tetesan hujan bahagia yang
nikmat sekali. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
0 comments:
Post a Comment