Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Sunday, 15 September 2013

Meraih Sukses dengan Iman, Ilmu dan Amal


Selamat datang pemuda….!!! Selamat datang mahasiswa baru (yang baru saja diterima di sebuah kampus). Selamat berproses, merenda diri tuk menjadi lebih baik lagi. Senang rasanya, saat pertama kali menapaki kampus ini. Bertemu dengan teman baru, suasana baru, dan perjuangan baru. Betapa besar harapan dan cita-citaku waktu itu. Yaitu ingin membuat orangtuaku bahagia, kuliah yang baik dan meraih prestasi terbaik. Itulah niatku kala itu, saat pertama kali mengenakan almamater baru. Mulai dari registrasi dengan kostum hitam putihnya, hingga rangkaian acara OSMB pun sudah aku lalui. Ternyata di depan begitu banyak tantangan yang menghadang. Kini aku sudah benar-benar menjadi “maha”siswa.

Apakah hanya akan menjadi mahasiswa yang “biasa-biasa” saja? Ketika pilihan itu datang menghadang diri seorang mahasiswa baru. Apakah akan menjadi mahasiswa “kupu-kupu” (kuliah pulang – kuliah pulang)? atau menjadi mahasiswa “kura-kura” (kuliah rapat – kuliah rapat)? atau menjadi mahasiswa 3K (Kuliah, Kantin, Kos-kosan)? atau menjadi mahasiswa yang hanya “fokus akademik” saja? (red-study oriented…). Main-main saja? Jalan-jalan? Atau yang lainnya? Iya, inilah pilihan yang menghadang. Mau ga mau harus dipilih dan dihadapi. Mau pilih yang mana? Padahal, katanya mahasiswa itu punya PERAN dan FUNGSI: sebagai AGENT of CHANGE, sebagai IRON STOCK, sebagai MORAL FORCE dan sebagai GUARDIAN of VALUE (Da’i). Oleh karena itu pilihannya jangan jadi “mahasiswa yang biasa-biasa” saja. Tapi, jadilah “mahasiswa yang LUAR BIASA”. Bukan sekedar kuliah, tapi juga BERDAKWAH, BERPRESTASI, BERORGANISASI dan BERKARYA untuk menjadi teladan bagi yang lainnya. Tapi, juga harus selalu ingat dengan tugas pokok sebagai manusia, sebagai makhluk, sebagai hamba. Apa TUJUAN HIDUPmu…??? Iya, tugas seorang makhluk bumi bernama manusia adalah beribadah dan mengabdi kepada-Nya (lihat penjelasannya dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56) dan juga bertugas sebagai khalifah di bumi, bukan sekedar sebagai ahli konservasi tapi juga memimpin alam semesta ini agar tetap lestari (renungkan ayat ini dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 30) dan juga sebagai pendakwah dengan mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran (QS. Ali Imran ayat  110).



Ingatkah dengan sosok para pemuda Ashabul Kahfi? Iya, mereka adalah pemuda Islam yang luar biasa. Innahum fityatun aamanu birobbihim wazidnaahum huda. Lihatlah kisah mereka dalam Q.S. Al-Kahfi. Betapa banyak pelajaran yang bisa kita teladani dari mereka. Pemuda memang sosok yang penuh semangat, sebagaimana sang proklamator bangsa ini (Ir. Soekarno) pernah mengatakan “Beri aku 10 orang pemuda, maka akan aku goncangkan dunia”. Mengutip materi FIM 12 (Forum Indonesia Muda) dalam Keynote Speech Emil Salim-28 April 2012 dikatakan bahwa Bung Karno lahir 1901 dan menjadi presiden 1945, top karir 44 tahun, Soeharto lahir 1921 menjadi tokoh 45 tahun, semua tokoh2 mencapai puncak prestasi umur 40an disanalah ia menjadi top. Ketika Bung Karno memimpin bangsa kedepan “cita-citaku adalah jauh kedepan”, walaupun saat itu beliau kuliah, “Indonesia masih terjajah –aku ingin menjadi pemimpin Indonesia merdeka.” Maka ada bintang yang beliau pegang, seluruh mimpi, idealisme diarahkan. Karena itu jangan kau pikir mau menjadi apa hari ini, jangan kau pikir mau jadi orang kaya hari ini, tapi kau harus mimpi bagaimana kau saat mencapai usia 45 tahun.

Tentukan target-an hidup yang akan kamu capai beberapa tahun ke depan, 5 tahun kedepan, 10 tahun, 20 tahun, 40 tahun dan seterusnya…. Mau jadi apa? Apa yang akan kamu capai? Apa yang akan kamu torehkan selama menjadi mahasiswa? Apakah cuma ingin dapat ijazah dan transkip akademik saja? Tentu saja “TIDAK” bukan, oleh karena itu LURUSKAN NIATmu saat ini juga. Saat masih awal-awal menjadi mahasiswa baru. Karena perumpamaan niat bagi amal, menurut Al-Baidhawi ibarat ruh bagi jasad. Jasad tidak akan berfungsi jika tanpa ruh, dan ruh tidak akan nampak jika terpisah dari jasad (demikian penjelasan tentang ‘niat’ dalam buku “Al-Wafi Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah: Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah”). So, lakukanlah yang terbaik untuk kemaslahatan bersama dengan menyemai bait-bait kebaikan, sekecil apa pun.

“Orang mu’min yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik budi pekertinya” (H.R. Ahmad). Itulah yang namanya akhlak. Akhlakmu, budi pekertimu dan tingkah lakumu bisa menjadi contoh kebaikan buat orang sekitar kamu. Bisa juga menjadi dakwahmu dengan perbuatanmu itu. Dimanapun berada teruslah istiqomah dalam menebar benih-benih kebaikan, jika tidak bisa berkata baik, mendingan diam. Sebagaimana dalam hadits nabi: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berbicara baik atau lebih baik diam” (H.R. Muslim).

Apa tujuan kamu kuliah? Buat apa kuliah? Jawabannya adalah mencari ilmu, begitu jawaban kebanyakan orang. Tentunya mencari ilmu sebagai sarana untuk meraih ridho Allah SWT. Apa pun ilmunya, niatkanlah yang benar. Mencari ilmu itu memang memiliki banyak keutamaan dan banyak sekali dalil yang menerangkannya. Sebagaimana dalam Q.S. Al-Mujadilah ayat 11 yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Atau dalam hadits nabi: “Barangsiapa yang menempuh perjalanan dengan tujuan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga” (H.R. Muslim).

Tentunya selain ilmu yang ingin kita raih, kita juga harus bisa mengoptimalkan segala potensi yang kita miliki. Karena setiap manusia mempunyai 3 potensi dasar (jasadiyah, ruhiyah, fikriyah). Apa bakat saya? Apa skill saya? Apa passion saya? Apa kemampuan saya? Temukan potensi itu…!!! Optimalkan dan tekuni dengan sungguh-sungguh…!!! Selama duduk di bangku kuliah, selama menjadi mahasiswa apa yang ingin kamu raih selain ilmu? Kuncinya adalah manajemen diri, manajemen hati dan manajemen pikiran agar bisa mencapai 3A+3B yang OK ( Akademik OK, Aktifis Organisasi OK, Asisten OK, Berdakwah OK, Berprestasi OK, dan Berwirausaha OK) atau potensi lainnya harus OK pula. Sebagai penutup minumlah motivasi dosis tinggi berikut ini: Saat semangat lagi dahsyat, picu dan pacu diri dengan prestasi, jaga konsistensi, pelihara motivasi, rawat stamina, dan hargai setiap kebaikan, sekecil apa pun…. (begitu ramuan kata motivasi ini tertuang dalam buku “Spiritual Problem Solving”). Teruslah berikhtiar dan berproses dalam kebaikan….!!!


*Materi ini disampaikan dalam acara OASIS UKI Fakultas Ekonomi Unsoed Purwokerto (Jum’at, 13 September 2013 @Hall gedung D FE-Unsoed)

Ikhtiar Menjemput Sakura


Ada apa dengan Jepang? Apa kehebatan negeri Sakura tersebut? kenapa harus kesana? Buat apa kesana? Jalan-jalan? Studi lanjut? Cari jodoh? Bekerja? Inilah sederet pertanyaan yang sering saya lontarkan dalam diriku sendiri. Hati kecilku hanya bilang “Zettai Dekiru!” (kata ini pertama kali saya dapatkan di Gramedia Bogor saat PKL di LIPI Cibinong tahun 2011). Kata “Zettai Dekiru!” menjadi jargonku kala semester 5 yang memotivasiku bisa keliling beberapa kota di Indonesia waktu itu. Iya, Pasti bisa! Mesti Teyeng! Banyak jalan menuju kesana (Jepang). Suatu saat nanti saya akan menginjakkan kaki disana, menjemput Sakura. Inilah kekuatan niatku yang membara. Saya ingin seperti Marco Polo (seorang pedagang asal Venezia) yang datang ke Jepang sebagai wisatawan dan menulis “The Travels of Marco Polo”. Dia adalah orang yang pertama kali memperkenalkan Jepang ke negara-negara Eropa dengan nama “Zipang”. Dia pernah mengatakan “negara itu menghasilkan banyak emas dan berlimpah dengan harta”. Akan tetapi bukan harta atau emas yang saya cari disana, tujuanku ke Jepang adalah ingin mencari ilmu sebanyak-banyaknya (menjadi peneliti), lalu saya akan menulisnya menjadi sebuah buku yang akan saya persembahkan untuk membangun desa kelahiranku dan tanah air Indonesia.

Di dalam negeri itu bagus, tapi di luar negeri itu lebih bagus. Akan banyak pengalaman yang kau dapatkan disana” demikian kata profesor pembimbing skripsiku. Iya, hal ini juga yang menjadi alasanku semakin kuat untuk menimba ilmu di negeri sakura tersebut. Kalau kata Ahmad Fuadi (peraih 9 beasiswa belajar ke luar negeri), ada dua hal penting untuk meraih beasiswa keluar negeri: pertama, yakin bahwa beasiswa ke luar negeri itu banyak. Kedua, beasiswa itu akan diraih bagi orang yang mau melebihkan usahanya di atas rata-rata orang lain (bersungguh-sungguh). Memang benar, beasiswa keluar negeri itu sangat berlimpah, apalagi ke Jepang. Seperti yang pernah saya dapatkan waktu mengunjungi pameran beasiswa Jepang saat acara Gebyar Inovasi Pemuda Indonesia (GIPI) di Institut Pertanian Bogor (Januari, 2011) antara lain beasiswa Manbukagakusho/MEXT, Inpex Scholarship Foundation, Panasonic Corporation Scholarship, Matsushita International Foundation, Japan Student Services Organization (JASSO), dan lain-lain masih banyak lagi. Di tempat pameran GIPI inilah saya mendapatkan berbagai informasi dan panduan studi lanjut ke Jepang. Semoga saya bisa mendapatkan salah satu dari aneka macam beasiswa studi ke Jepang tersebut.

Ini bukan hanya mimpi belaka, tapi ini adalah kekuatan niat dan kesungguhan yang dilontarkan seorang anak desa Cerih lulusan Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Iya, zettai dekiru! Pasti bisa kesana! Yang penting sudah punya mimpi dan niat untuk kesana. Karena mimpi adalah energi. Kunci untuk bisa menaklukkan dunia. Mimpi dan niat juga harus dibarengi dengan usaha yang maksimal. Ikhtiar yang tekun. Belajar otodidak dari buku. Backpacker ke Jogja berburu buku tentang Jepang. Saya dan Faisal (dua anak muda yang sama-sama ingin menjemput asa di negeri sakura) waktu itu (Februari, 2012) melakukan backpacker berburu buku ke Jogja. Kami mengunjungi acara Pesta Buku Jogja 2012 “Jogja itoe Boekoe” di Gedung Mandala Wanitatama Yogyakarta. Disinilah saya membeli puluhan buku, salah satunya berjudul “Jago Bahasa Jepang secara Otodidak”. Buku inilah yang menjadi panduanku untuk belajar bahasa Jepang secara mandiri. Persiapkan diri, mantapkan hati dan teruslah berikhtiar tanpa henti.

Tidak cukup belajar dari buku, mengunjungi pameran dan mempelajari panduan belajar ke Jepang saja. Saya, Heru dan Ibey (tiga orang mahasiswa yang ingin memotivasi mahasiswa lainnya untuk belajar ke Jepang) berinisiatif menggelar acara Stand Up Ala UKMI: “Berbagi Inspirasi Beasiswa Ke Jepang” pada hari Kamis, 21 Maret 2013. Karena kami bertiga belum pernah pergi ke Jepang, akhirnya kami mengundang pembicara Hendri Wijayanti, S.Si (peraih beasiswa S2 di Nara Women University, Jepang). Dalam acara ini saya bertugas sebagai notulen dan pembuat press release, Heru sebagai moderator dan Ibey sebagai dokumentasi. Hendri memaparkan pahit manis perjuangannya hingga berhasil meraih beasiswa di Jepang. Ternyata menggapai beasiswa ke Jepang tak semudah membalikkan tangan, harus tekun, sabar dan gigih dalam meraihnya. Kemauan dan tekad yang kuat harus dibarengi dengan jerih payah yang maksimal, sabar yang menggelora, dan tentunya harus selalu optimis yang tinggi. Pada akhir sesi, Hendri berpesan “Ketika ingin belajar ke luar negeri, jangan setengah-setengah. Harus totalitas. Harus ada kemauan yang kuat, tapi harus berani keluar dari zona nyaman. IPK gampang dicari, tapi yang penting adalah kuasai bahasa asing terlebih dulu” tandasnya begitu cetar membahana. Tulisan (press relese) acara ini juga dimuat di website unsoed: (http://unsoed.ac.id/berita/berbagi-inspirasi-beasiswa-ke-jepang-bersama-ukmi-fakultas-biologi-unsoed). Saya juga pasti bisa mengikuti jejak seperti mba Hendri. Jepang, I’m coming…!!!

Hidup itu memang penuh pertimbangan, perjuangkanlah apa yang ingin kau raih dan laksanakan dengan optimal apa yang kamu pilih itu, kata nuraniku penuh semangat yang bijak. Sakura, saya akan datang menjemputmu pada waktu yang tepat. Bismillah, Go to Japan. Zettai Dekiru! Aku pasti bisa kesana. Belajar disana menjadi seorang ilmuan, menjadi biolog yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Tulisan ini ditulis tepat pada saat malam lebaran ‘Idul Fitri 1434 H di Tegal, 1 Syawal 1434 H / 8 Agustus 2013 M dan disempurnakan di Purwokerto, 10 September 2013. Jadi, sebelum benar-benar ke Jepang, luruskan dulu niatnya. Kalau sudah punya niat, gedein dong usahanya! Terus berproses dalam ikhtiar menjemput Sakura.

*Tulisan ini sedang diikutsertakan dalam Lomba Konnichiwa Jepang 2013. Monggo jika berkenan ada waktu luang sejenak untuk memberikan “LIKE” (baca: klik Like) pada tautan yang ada dalam catatan FB Konnichiwa sebagai berikut:
Konnichiwa Jepang: IkhtiarMenjemput Sakura

Friday, 30 August 2013

Editorial 23: Renungan, Do’a, Harapan dan Impian


Sukses itu penting, tapi BERSYUKUR itu jauh lebih sukses. Membaca diri, menulis diri, memuhasabahi untuk introspeksi. Alhamdulillah wasyukurillah, sungguh syukur itu memang luar biasa. Syukuri atas apa yang sudah kita capai selama ini. Bersyukurlah dengan penuh ketaatan dan ketakwaan kepada-Nya. Koreksi diri lebih detail, apakah nikmat sehat, nikmat sempat, nikmat dikarunia umur sampai saat ini kita gunakan dengan benar untuk menggapai ridho-Nya? Haasibuu anfusakum qobla ‘an tuhaasabu…. (hisablah…., hitunglah….., auditlah dirimu sebelum engkau dihisab nanti di hadapan Allah). Sungguh yang berlalu biar berlalu, hanya meninggalkan penyesalan. Tapi jangan sedih, optimalkan sisa umur ini dengan maksimal dan masa depan itu bisa kita upayakan. Teruslah berproses, perbaiki diri, tingkatkan takwa untuk menggapai hari esok yang lebih pasti.

Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18)

Mencari ‘peradaban’ yang hilang? Sudah berapa banyak buku yang dibaca? Sudah berapa karya yang kita tulis? Ah, betapa malasnya melakukan kedua aktivitas tersebut. Malu rasanya dengan ilmuan-ilmuan muslim terdahulu. Selain membaca, mereka juga menulis puluhan bahkan ratusan karya (buku/kitab) yang menjadi rujukan/referensi sampai sekarang ini. sebut saja diantaranya seperti Al-Jahiz, seorang biolog pertama dengan teori berjuang untuk tetap hidup (stuggle for existence) dengan kitabnya yang terkenal “Al-Hayawan”. Mungkin jarang sekali yang mengetahui beliau, mungkin kita lebih mengenal Darwin dibandingkan Al-Jahiz. Kenapa? Ilmuan hebat yang lain, yaitu Imam al-Ghazali, selama ini mungkin kita lebih sering mengenal karya beliau yang berjudul “Ihya Ulumuddin” atau “Al-Munqidh min Al-Dhalal”, padahal beliau juga merupakan tokoh saintis muslim dengan karyanya “Kimia Al-Sa’adat”. Al’Asma’I (ahli zoology, botani dan penjagaan hewan). Siapa lagi? Ibnu Syina, Ar-razi, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh ilmuan muslim lainnya. Dua aktivitas yang mereka lakukan adalah membaca dan menulis. sudahkah kita membiasakan diri kedua aktivitas ini? berapa banyak buku yang kita baca selama 1 pekan?

Baru saja masa-masa dunia kampus sudah berakhir dengan pahit manisnya. Masa-masa peralihan penuh dengan teka-teki. Berbagai pertanyaan pun bermunculan? Entah dari dalam diri sendiri, orang-orang terdekat, dan warga sekitar. Pertanyaan yang paling sering dilontarkan adalah “kapan nikah?” hehe. “Sudah punya calon belum?” ^;^. Pertanyaannya sensitif sekali. Hanya bisa senyum menjawabnya. Biarlah mereka bertanya, anggap saja itu merupakan bentuk perhatian yang tinggi dari mereka kepada diri yang masih banyak kekurangan ini. Tapi harus tetap ingat, masyarakat menantimu! Walaupun merantau menjadi pilihanmu, walaupun kepergianmu terasa berat, walaupun jasadmu tak berada disana, tapi teruslah istiqomah dalam mengarungi bahtera kehidupan yang penuh dengan ombak ini. Ingat, masyarakat menanti kiprahmu!

Biarkanlah hari terus berlari
Tetaplah jadi manusia, apa pun yang terjadi
Janganlah galau dengan tiap kejadian sehari-hari
Karena tak ada yang abadi, semua kan datang dan pergi
Jadilah pemberani melawan rasa takutmu sendiri
Karena lapang dan tulus adalah dirimu sejati
Janganlah pandang hina musuhmu
Karena jika ia menghinamu, itu ujian tersendiri bagimu
Takkan abadi segala suka serta lara
Takkan kekal segala sengsara serta sejahtera
Merantaulah. Gapailah setinggi-tingginya impianmu
Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu
Melipur duka dan memulai penghidupan baru
Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji,
Serta meluaskan ilmu

_diadaptasi dari bait syair-syair Imam Syafi’i (767-820 M),
dikutip dalam Novel Rantau 1 Muara karya A. Fuadi_

          The magic spirit of do’a, karena do’a adalah obsesi kita agar selalu tuned-in, merasakan kebersamaan Allah, begitu pengertian do’a dalam buku Spiritual Problem Solving karya Solikhin Zero to Hero dan Kang Puji Hartono, SPS. Selasa, 27 Agustus 2013, puluhan bahkan ratusan ucapan, harapan, serta do’a yang beragam datang dari teman-teman (baik secara langsung, lewat sms dan jejaring sosial facebook). Saya hanya menjawab: “Aamiin yaa robbal’alamiin….”. Tak ada balasan kebaikan, selain kebaikan itu pula. Melalui tulisan ini saya ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, syukron katsiron, semoga kebaikan teman-teman semua dibalas oleh Allah SWT dengan sebaik-baik balasan. Mohon ma’af yang sebesar-besarnya bila selama ini ada salah atau khilaf kepada teman-teman semua.

          Manisnya hidup, kita yang nentuin. Walau banyak pilihan, mau ga mau harus memilih. Apa pun resikonya. Manis itu tak selalu mudah, layaknya seperti perjuangan pasukan semut yang mengerumuni gula. Tak mudah, banyak tantangannya. Sama, seperti hidup kita juga. Yang harus dilakukan oleh makhluk bernama manusia adalah berusaha dengan maksimal, berikhtiar, dan bertawakal kepada-Nya. Mimpi yang lalu yang belum tercapai jangan dilupakan, teruslah diupayakan bersama dengan mimpi baru yang akan kita capai. Bismillah, melanjutkan perjalanan bersama 23 mimpi pasca lulus S1. Ganbareba, zettai dekiru…!!!!! Boleh GO Internasional, but don’t forget your local. Jangan pernah lupakan tanah kelahiranmu!


Wisma Al-Mizan Purwokerto, 27 Agustus 2013
(Hidup itu memang penuh dengan pertimbangan,

Tapi lakukanlah dengan optimis apa pun yang kita pilih itu)

Editorial 23: Berbakti Kepada Orangtua

“Ibumu…., ibumu….., ibumu…., lalu ayahmu”

“Duh sangang sasi aku diemban, dening ibuku ing pedaharan. Nalika iku ibuku nampa kamelaraten lan tumpa-tumpa” (Selama sembilan bulan aku dikandung dalam perut ibu, ketika itu ibu merasakan betapa susah dan repotnya mengandungku). Ibu, bisakah aku meminjam hatimu sebentar? Agar aku bisa merasakan bagaimana letihnya engkau dalam senyuman. Agar aku juga bisa merasakan kelembutan hatimu yang begitu dalam dan kasih sayangmu yang begitu tulus ikhlas sepanjang masa. Pengorbanan dan jerih payahmu begitu luar biasa hebatnya untuk anakmu ini (kutipan catatanku “SELEMBUT HATI SANG PERMAISURI” yang tertuang dalam buku antologiku ke-3 yang berjudul Perempuanku (Surat Cinta Untuk Ibu) terbit Mei 2012 oleh penerbit Puput Happy Publishing Tegal. Kaulah ibuku cinta kasihku. Terima kasihku takkan pernah terhenti. Kau bagai matahari yang selalu bersinar. Sinari hidupku dengan kehangatanmu…” (reff lagu “Ibu”, by: Hadad Alwi feat Farhan). Begitu menyentuh hati mendengarkan lirik lagu ini. Maknanya sangat dalam sekali.

“Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini. Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan. Bahumu yang dulu kekar legam terbakar matahari, kini kurus dan terbungkus. Namun semangat tak pernah pudar, meski langkahmu kadang gemetar, kau tetap setia. Ayah, dalam hening sedih ku rindu” petikan lagu “Titip Rindu Buat Ayah” karya Ebiet G. Ade ini selalu membuatku rindu dengan ayah. Semangatnya selalu terpahat setiap saat. Karirnya terukir jelas dalam keistiqomahan menafkahi keluarga. Kerasnya perantauan tak pernah menggoyahkan jiwa tangguhnya. Sabarnya selalu berkobar walau harus mendorong gerobak setiap hari. Ikhlasnya selalu terhias dalam setiap kelelahan yang menghampirinya (kutipan catatanku “Jerih (P) Ayah Tak Kenal Lelahyang tertuang dalam buku antologiku ke-7 yang berjudul “Kepada Ayah” (Penerbit Harfeey Yogyakarta, terbit April 2013).

Lahir sendiri dan tanpa menangis. Lahir tanpa seorang dokter atau bidan (kala itu memang belum ada). Hanya ada tukang bayi yang dikenal dengan istilah dukun bayi (kalau sekarang setara seperti bidan), tapi waktu itu dukun bayi pun datang telat, si bayi sudah keburu lahir dengan sendiri. Perjuangan ibu seorang diri di rumah sederhana. Karena waktu itu sang ayah lagi merantau mencari nafkah. Belum ada telepon apalagi HP. Alhasil sang ayah pun baru pulang setelah kurang lebih dua pekan setelah kelahiran bayi tersebut. Begitulah singkat cerita kejadian 23 tahun silam pada hari Ahad siang (10 hari pasca HUT RI di tahun 1990). Prosesi kelahiran seorang bayi yang baru aku ketahui saat ayah bercerita tatkala bersilaturahim ke rumah nini (3 Syawal 1434 H/ Agustus 2013). Memang, sungguh sangat luar biasa perjuangan seorang ibu dan ayah. Kasihnya orangtua sepanjang jalan, tapi kasih anak kepada orangtua hanya sepanjang galah. Walau demikian, semoga aku bisa selalu memberikan senyum indah di hati mereka. Menjadi anak yang sholeh dan berbakti kepadanya. Aamiin ya robbal’alamin.

Sesungguhnya kebaikan yang paling utama adalah seseorang
memilihara hubungan baik dengan orangtuanya
(H.R. Muslim dari Ibnu ‘Umar)

Tak terasa kini usiaku sudah menginjak 23 tahun. Tapi apa yang sudah aku berikan untuk kedua orangtuaku? Apa budi balasku kepada mereka? Sudahkah aku berbakti kepadanya? Sudah seringkah aku mendo’akan mereka? Sudah berapa banyak mereka mengeluarkan biaya hingga aku lulus kuliah S1 ini? Pertanyaan-pertanyaan ini semoga bisa menjadi spirit agar kita selalu berbakti kepada kedua orangtua kita.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Diadan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’  dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, Sayangilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” 

(Q.S. Al-Israa: 23-24).



Purwokerto, 27 Agustus 2013

Thursday, 29 August 2013

Editorial 23: Selembar Persembahan Skripsweet

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, rahman dan rohim-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dan kuliah S1 di Fakultas Biologi Unsoed. Sholawat serta salam tak lupa saya haturkan kepada suri tauladan kita yaitu Rosulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Semoga kita semua mendapatkan syafa’at di yaumil qiyamat kelak, Aamiin.

Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya tulus ikhlas kepada ibu dan bapak saya tercinta, yaitu Ibu Aisyah dan Bapak Djazuli yang telah membiayai, mendidik, dan mendukungku penuh hingga lulus kuliah ini. Ibu yang super hebat, selalu semangat, dan penuh nasihat. Begitu juga Bapak yang jerih payahnya tak kenal lelah, tekun, dan telaten. Maafkan anakmu ini bila banyak salah, khilaf, dan sering merepotkan. Semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan kepada Ibu dan Bapak baik di dunia dan di akhirat, Aamiin ya robbal’alamin. Kepada Kakekku yang visioner, Bapak A. Fathoni dengan nasihat dahsyatnya. Nenekku Ibu Khuriyah yang selalu peduli dan perhatian, Paman Abdullah yang selalu mendukung dan mensuportku. Kepada Adikku tercinta, Anisul Fuadi terus semangat dalam belajar, jadilah anak yang sholeh dan berbakti pada orangtua, dan semoga ujian MTs nanti lulus dengan hasil yang maksimal. Terima kasih juga kepada semua keluargaku atas do’a dan dukungannya yang sangat berarti bagiku.

Matur nuwun sekali yang mendalam juga kepada Dra. Purnomowati, S.U (Dekan), Drs. Agus Hery Susanto, M.S (PD 1), Dra. Dini Ryandini, M.Si (PD 2), dan Dr. Agus Nuryanto, S.Si, M.Si (PD 3) atas arahan, motivasi, dan dukungannya. Maaf jika sering minta uang fakultas, hehe (baik UKM, delegasi dan lomba). Semoga kampus Fabio ini semakin “Semper Excelcius Pro Proximo Nostro”. Kepada Ibu Dra. Hexa Apriliana H., M.S dosen PA saya yang tegas dan disiplin, terima kasih bu atas nasihatnya selama ini.  Prof. Drs. Agus Irianto, M.Sc, Ph.D. dan Dra. Farida Nur Rachmawati, MSi yang telah membimbingku penuh sejak penelitian hingga skripsi. Pak Supri dan Bu Retno Bapendik, Bu Yaning penjaga setia perpus, serta semua dosen, karyawan, dan penjaga  terima kasih atas ilmu dan pelayanannya yang ramah.

Terima kasih juga kepada rekan-rekan seperjuangan aktivis baik Racana Soedirman (Jihan, Tatang, Panggih, Ari, Ruroh, Meita dan semuanya), teman-teman UKKI (akh Slamet, akh Sadam, para kadep, pengurus, serta semua LDF), teman-teman UKMI (Heru, Rosa, Yeni, Dian, dan semuanya), teman-teman UPI, IKAHIMBI, tim PPC (Purwokerto Probandus Centre) dan semua asisten Mikrobiologi (Afifah, Anis, Alin, Dita, Isti, Rosi, Rosa) beserta laboran Mas Arif, Mba Indra, dan Mas Khalwan. Spesial buat my partner in research, Awaludin. Teman-teman A2-ceae ’08 serta semua teman yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Buat adik-adikku semua teruslah berjuang dan berkontribusi. Ganbareba, zettai dekiru…! Take action with your passion to get your dreams. Pasti Teyeng...! < “In tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum” >

“Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah, innallaha yuhibbul mutawakkilin ~
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal”
(Q.S. Ali ‘Imran: 159).

Seandainya dibolehkan tentu saya akan lebih banyak lagi menuliskan
lembar persembahan skripsi ini lebih banyak lagi (berlembar-lembar), hehe
tapi tak apa, walau hanya selembar semoga akan selalu menjadi kenangan terindah
dalam hidup ini, yang nantinya akan saya ceritakan kepada istri dan anak saya nanti
hehehe......................... (^;^)


Menjadi Master of Ceremony (MC) Bersama Mr. Campbell

Entah seperti apa euphoria rasa saat itu. Menjadi pemandu acara? Bahasa kerennya Master of Ceremony? Ini mimpi atau bukan sih? Eh, ternyata memang benar. Iya, benar sekali kalau seorang mahasiswa dengan NIM. B1J008145 ini ternyata dulu pernah menjadi MC dalam event skala nasional pembicara internasional. Pembicara utama yang cukup menarik animo peserta adalah Dr. Campbell O. Webb dari Harvard University USA, beliau waktu itu menyampaikan materi tentang pendidikan konservasi. Wuih… keerrrreeen! Pada malam harinya panitia mengajak beliau makan malam di angkringan pasar wage, termasuk aku juga ikut. Waktu itu aku baru memasuki awal semester 3, yang merupakan titik awal memulai membangun langkah, mengenal relasi dunia luar, bertemu mahasiswa biologi dari berbagai daerah dan mulai meniti masa depan saat menjadi mahasiswa. Arsip lesuh teks MC bejumlah 2 lembar ini ternyata masih tersimpan rapi dalam tumpukkan arsip organisasi.

Bismillahirrahmanirrohiim….
Yang terhormat:
1. Staf dekanat dan rektorat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
2. Segenap dosen di lingkungan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
3. Tamu undangan yang kami hormati
4. Badan pengurus IKAHIMBI (Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia)
5. Dan seluruh peserta seminar nasional rangkaian acara BIOSOLUTION IKAHIMBI

Assalamu’alaikum wr. Wb (secara bersamaan, waktu itu MC-nya saya dan mba Fitri Wulan)
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan kesempatan bagi kita semua sehingga kita dapat berkumpul dalam acara BIOSOLUTION dengan tema “Ciptakan Generasi Hijau Menuju Bumi Lestari”. Acara ini merupakan kerjasama antara Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman dengan Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (IKAHIMBI). Acara yang terdiri dari Seminar Nasional, Workshop Biodiversity Inventory, LKHP, Ekspedisi Gunung Slamet dan Musyawarah Wilayah Jawa 2 IKAHIMBI merupakan serangkaian acara BIOSOLUTION sebagai media penunjang kreativitas mahasiswa dalam peranannya sebagai DUTA LINGKUNGAN INDONESIA. Semoga tema kegiatan ini dapat memotivasi peran mahasiwa biologi dalam perjuangan Ikahimbi menuju Bumi Lestari, amin..amin… ya robbal alamin….

Hadirin yang kami hormati, perkenankan kami selaku pembawa acara untuk menyampaikan susunan acara pembukaan Biosolution Ikahimbi 2009. Susunan acara pembukaannya sebagai berikut:
1. Pembukaan (dilanjutkan)
2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
3. Laporan ketua panitia
4. Sambutan-sambutan
5. Penutupan

Hadirin yang kami hormati, upacara pembukaan Biosolution Ikahimbi 2009 “Ciptakan Generasi Hijau Menuju Bumi Lestari” hari Sabtu, 3 Oktober 2009 di kampus Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman dimulai.
- Untuk mengawali seluruh rangkaian kegiatan pada hari ini, marilah kita buka dengan berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing, dan bagi yang beragama Islam marilah kita buka dengan lafal basmalah, bismillahirrohmanirrohim….
- Selanjutnya, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya (hadirin diharapkan berdiri)
- Acara dilanjutkan dengan Laporan Ketua Panitia (Yang terhormat saudara Andyk Pambudi Wibowo dipersilakan)
- Selanjutnya sambutan sekjend Ikahimbi Periode 2007-2009 (Yang terhormat saudara Saevul Amri dipersilakan)
- Selanjutnya sambutan rector Universitas Jenderal Soedirman atau yang mewakili, dilanjutkan dengan pembukaan secara resmi rangkaian kegiatan Biosolution Ikahimbi 2009 (Yang terhormat bapak Drs. H. Nurul Anwar, MS., Ph.D dipersilakan.
- Sebelum kita tutup rangkaian upacara pembukaan akan kita saksikan penampilan adik-adik SDN 2 Purwokerto dibawah asuhan Mas Randi, S.Si alumni Fakultas Biologi Unsoed. Tari jaranan yang merupakan tari tradisional yang kebetulan merupakan bentuk kepedulian Fakultas Biologi untuk mengembangkan budaya daerah.

Baikalah, demikian rangkaian upacara pembukaan Biosolution Ikahimbi 2009 telah kita ikuti dengan tertib dan lancar. Marilah kita tutup acara ini dengan berdoa bersama menurut agama dan keyakinan masing-masing, dan bagi yang beragama Islam marilah kita tutup dengan lafal hamdalah, alhamdulillahirobbil’alamin.

Alhamdulillah, rangkaian acara Biosolution Ikahimbi 2009 secara resmi telah dibuka. Memasuki rangkaian acara selanjutnya yaitu penyerahan cinderamata panitia. Mohon kesediaan staf dekanat dan rektorat untuk maju ke depan menerima kenang-kenangan dari panitia (kepada sekjen ikahimbi periode 2007-2009 dipersilakan memberikan cinderamata untuk rektorat dan ketua panitia memberikan cinderamata ke dekanat).

Acara ini dapat terselenggara dengan baik atas dukungan dan kerjasama panitia Biosolution Ikahimbi 2009 dengan beberapa sponsor sebagai berikut:
1. Univ. Jenderal Soedirman Purwokerto
2. Direktorat Perguruan Tinggi (DIKTI)
3. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
4. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)
5. Departemen Kehutanan RI
6. TELKOMSEL
7. Media cetak Radar Banyumas
8. Banyumas TV, serta
9. Ikatan Himpunan Mahasiswa Biologi Indonesia (IKAHIMBI)

Tepuk tangan para hadirin sangat meriah, bergemuruh menggema seisi ruangan. Luar biasa. Tak menyangka aku bisa menjadi panitia dalam acara terakbar ini dan menjadi MC dalam pembukaan acara yang sangat bersejarah ini, BIOSOLUTION 2009. Acara ini berlangsung selama 6 hari, yaitu mulai tanggal 3-9 Oktober 2009 yang terdiri dari Seminar Nasional, Workshop Biodiversity Inventory, LKHP, Ekspedisi Gunung Slamet dan Musyawarah Wilayah Jawa 2 IKAHIMBI.

           (Foto Mr. Campbell (dari Amerika), Bapak Tukirin (LIPI), Bapak Imam Widhiono dan Ibu Ardhini                                   (Unsoed) sedang menyampaiakan materi Seminar Nasional)

Kegiatan seminar nasional ini bertujuan untuk pemberian materi pendidikan konservasi berbasis masyarakat dengan harapkan peserta dapat mengenal dan memahami bagaimana mengaplikasikan keilmuan dalam kehidupan berbasis masyarakat. Seminar tentang pendidikan konservasi ini disampaikan oleh Dr. Campbell O Webb dari Harvard University USA, Bapak Tukirin dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bapak Imam Widhiono (dari Unsoed) dan dipandu oleh moderator ibu Ardhini (dari Unsoed).

                                           (Foto bareng Mr. Campbell seusai acara semnas)

Acara yang paling seru lagi adalah ekspedisi lereng selatan Gunung Slamet, waktu itu mr. Campbell juga sempat ikut datang pada hari pertama. Ekspedisi ini berlangsung selama 2 hari dan kita mendirikan camp disana. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan metode konservasi berbasis masyarakat dan pengamatan flora fauna langka dan indigenus Gunung Slamet. Kegiatan ini dilakukan di sekitar Gunung Slamet, Banyumas Jawa Tengah. Tema kegiatan ini adalah “Pelatihan Penelitian Konservasi Biologi Berbasis Masyarakat Setempat (Community Based Conservation) Di Gunung Slamet, tingkat nasional”.

                               (Kebersamaan panitia dan peserta dalam Ekspedisi Lereng Selatan Gunung Slamet)

                               (Panitia dan peserta ekspedisi bersama perangkat desa Ketenger, Baturaden
                                          Panitia berasal dari mahasiswa biologi Unsoed dan UMP)

Monday, 19 August 2013

Merenda Silaturahim “7 in 1”


Lebaran ‘Idul Fitri merupakan hari yang sangat istimewa. Hari yang fitrah bagi segenap umat muslim di seluruh penjuru dunia. Gema takbir berkumandang penuh riang, gema tahmid memuji penuh syahdu dan gema tahlil yang senantiasa mengiringi. “Allahu akbar… Allahu akbar… Allahu akbar… Laa ilaaha illallahu wallahu akbar… Allahu akbar walillaahilhamdu…” kalimat ini berkali-kali diucapkan. “Taqobbalallahu minna waminkum shiyamana washiyaamakum, minal ‘aaidin walfaizin mohon maaf lahir dan batin, selamat Hari Raya ‘Idul Fitri 1 Syawal 1434 H” untaian kalimat ini pun berkali-kali diucapkan baik secara langsung atau pun melalui pesan singkat (sms), maupun jejaring sosial facebook dan twitter. Tentunya lebaran tidak hanya sebatas seremonial saja, akan tetapi banyak sekali makna dan hikmah yang bisa kita ambil dari perayaan hari raya “Idul Fitri ini. Melalui tulisan ini saya ingin berbagi cerita selama lebaran tahun 1434 H / 2013 M ini. Selamat menyimak, selamat merenda silaturahim.

            Lebaran bukan hanya sekedar memakai pakaian baru, memakan ketupat, atau menerima hadiah (angpau) dari orang-orang terdekat saja. Ada makna yang lebih berarti, salah satunya adalah “silaturahim”. Kenapa kita harus bersilaturahim? “Barangsiapa ingin ditambahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung tali silaturahim. Begitulah hadits ini menjadi sangat populer diucapkan selama lebaran berlangsung. Banyak sekali keutamaan dari suatu aktivitas yang bernama silaturahim ini. Ada lagi sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jubair bin Muth'im, bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan tali silaturahim." (shahih Muslim: 19 – (2556)). Beberapa faedah dari hadits ini adalah menerangkan tentang larangan memutuskan tali silaturahim, anjuran untuk senantiasa menyambung silaturahim, karena ia menjadi sebab lahirnya kebaikan dan mendatangkan keberkahan. Balasan bagi pemutus silaturahim bisa disegerakan di dunia atau ditangguhkan di akherat kelak. Demikian penjelasan ini tertuang dalam buku “Kumpulan 50 Hadits Pilihan” yang disusun oleh DR. Muhammad Murtadha bin 'Aisy.

Tentunya silaturahim hendaknya dilakukan bukan hanya saat lebaran saja, akan tetapi dilakukan setiap saat dimanapun kita berada. Karena dengan silaturahim akan menjadikan kokohnya sebuah keluarga, eratnya persaudaraan, yang jauh menjadi dekat, yang dekat menjadi lebih erat dan yang belum kenal menjadi lebih akrab. Indah sekali rasanya jika silaturahim ini menjadi rutinitas kita sehari-hari. Mari merenda silaturahim menuju terciptanya tali persaudaraan yang kokoh. Selalu ada makna yang membekas saat kita melakukan silaturahim, seperti berbagi pengalaman, bercerita kenangan,  meningkatkan pengetahuan dan memotivasi diri untuk meraih masa depan yang cemerlang. Berikut ini adalah beberapa makna dan hikmah yang saya dapatkan selama lebaran 7 hari merenda silaturahim “7 in 1”. Tujuh hari tak pernah lepas dari satu aktivitas inti yang bernama ‘silaturahim’.

Hari pertama (Kamis, 1 Syawal 1434 H). Saya bersama keluarga (ayah, ibu, dan adik) pergi ke Masjid Darussalam Cerih untuk melaksanakan sholat ‘Idul Fitri secara berjamaah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, seusai setelah selesai sholat ‘id seluruh jama’ah bersalam-salaman (berjabat tangan) dengan seluruh orang yang hadir. Tentunya yang laki-laki berjabat tangan dengan laki-laki dan yang perempuan berjabat tangan dengan sesama perempuan. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai orang tua membentuk barisan berbanjar memanjang ke belakang dan berjalan secara perlahan untuk berjabat tangan. Satu demi satu saling bersalam-salaman (berjabat tangan) seraya mengucapkan permohonan maaf. Aktivitas ini dilakukan sampai semuanya telah menerima jabat tangan satu dengan yang lainnya. Seusai dari masjid saya pulang ke rumah dan langsung berjabat tangan (sungkem) kepada ayah dan ibu seraya mengucapkan permohonan maaf. Setelah itu dilanjutkan dengan bersilaturahim mengunjungi rumah-rumah sanak keluarga, dan warga-warga sekitar. Lalu berlanjut menuju ke rumah kakek-nenek dan sanak famili yang berada di desa sebelah dengan berjalan kaki menuju kesana dan sambil memohon maaf juga dengan warga sekitar yang bertemu di jalan. Inilah senyum bahagia memohon maaf dan bersilaturahim dengan orang-orang terdekat dan warga sekitar di lebaran hari pertama. Malamnya ditutup dengan bersilaturahim ke rumahnya pak lurah.

Hari kedua (Jum’at, 2 Syawal 1434 H). Tak jauh beda dengan hari pertama, hari kedua juga masih erat kaitannya dengan silaturahim. Kali ini saya menghadiri acara Halal bi Halal dan Silaturahim keluarga besar Bani H. Abdurrohman bin H. Ma’ruf (keluargaku dari pihak ibu). Semua keluarga besarku ini berkumpul bersama dalam hangatnya kebersamaan, mulai dari cicit, buyut, kakek, nenek, uwa, paman, bibi, sepupu, ponakan, kakak, adik, dan semua elemen keluarga besarku yang tak bisa saya sebut satu per satu. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan (maghfiroh) dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, begitulah makna dari Q.S. Surat Ali Imran ayat 133 yang dibacakan oleh Qori’ mengawali acara ini. Ayat ini juga sering dibaca dalam acara-acara silaturahim maupun halal bi halal yang saya kunjungi di tempat lainnya. Acara ini diakhiri dengan berfoto bersama dengan keluarga masing-masing.

Hari ketiga (Sabtu, 3 Syawal 1434 H). Hari ini giliran acara Halal Bi Halal keluarga besar Bani K.H. Ibrahim (keluargaku dari pihak ayah). Keluarga dari ayahku ini jauh lebih banyak dan lebih besar lagi jumlahnya. Kebersamaan kembali terasa dalam indahnya silaturahim ini. Ratusan orang dari cicit sampai cucu berkumpul bersama dalam acara ini, baik dari keluarga selatan (yang di desa) sampai keluarga utara (yang dari kota). Satu poin penting yang saya dapatkan dalam acara ini adalah menjadi saling mengenal satu sama lain. Saya pernah bertemu dengan salah seorang orang tatkala di Purwokerto, bahkan pernah sholat tarawih bareng dengannya. Ternyata orang ini masih satu saudara denganku dan baru hari ini saya mengenal namanya. Inilah manfaat silaturahim bisa saling mengenal, dari yang sebelumnya jauh menjadi dekat apalagi ternyata orang tersebut masih satu keluarga dengan kita.

Hari keempat (Ahad, 4 Syawal 1434 H) merupakan hari reuniku dengan teman-teman dan guru SMA Negeri 3 pemalang. Setelah 5 tahun (sejak lulus dari SMA ini tahun 2008) akhirnya hari ini saya bisa menginjakkan kaki kembali di tanah perjuangan yang berada di jantung kota Pemalang ini. SMA-ku telah banyak perubahan dengan renovasi pembangunan kelas baru dan suasana baru. Berubah 100%. Sejenak aku dan Carim (temanku) berkeliling ke lingkungan SMA-ku sembari mengenang masa-masa lalu ketika masih di SMA. Di depan SMA-ku terlihat adik-adik kelasku sedang berlatih paskibra, sepertinya untuk menyambut HUT Kemerdekaan RI yang ke-68 tahun 2013 ini. Setelah semua teman-temanku kumpul, kami beranjak menuju ke warung makan WTS (Warung Tengah Sawah) yang berada di daerah Jebed, Pemalang. Disini kami saling sharing berbagi pengalaman, berbagi cerita kisah hidup masing-masing, ada yang sudah bekerja, ada yang sudah menikah, ada yang masih berkutat di bangku kuliah. Ah, indahnya persahabatan dan berkah silaturahim di waktu lebaran ini. Kami juga membahas agenda untuk tahun-tahun mendatang. Usai menikmati hidangan makan siang, kami silaturahim ke salah satu guru kami, yaitu Bu Endang (guru Biologi). Kami mendapat wejangan banyak dari beliau, nasihat, dan motivasi yang sangat berarti. Inilah berkah silaturahim, bukan hanya sekejar berkunjung tapi menggali ilmu dan makna yang sangat berarti untuk kehidupan.

Hari kelima (Senin, 5 Syawal 1434 H). Saya mengunjungi acara Halal Bi Halal dan Haul ke-80 Pondok Pesantren “SALAFIYAH” Kauman Pemalang. Ponpes ini merupakan tempat dimana dulu saya pernah menimba ilmu disini selama 3 tahun. Acara ini menghadirkan pembicara KH. Yusuf Mansur dari Jakarta. Ribuan orang yang merupakan alumni santri sejak tahun 1933 sampai tahun 2013 berkumpul memadati halaman pesantren yang sudah berusia 80 tahun ini. Luar biasa apa yang disampaikan oleh Ustadz Yusuf Mansur yang begitu menggebu-gebu dan memotivasi para peserta yang hadir. Beliau memaparkan tentang konsep sedekah dan bagaimana membangun ekonomi umat. Dalam acara ini juga beliau melaunching berdirinya Koperasi Darul Qur’an, yang nantinya juga akan membuka cabang koperasi di Pesantren Salafiyah ini. Senangnya bertemu dengan sahabat-sahabat lama, lintas angkatan dan lintas generasi alumni santri dari berbagai kota di Indonesia. Bertukar cerita dan berbagi pengalaman dengan mereka, nikmatnya kebersamaan ini yang terbingkai dalam silaturahim akbar.

Hari keenam (Selasa, 6 Syawal 1434 H) adalah hari yang sangat bahagia. Bukan hanya sekedar silaturahim, tapi membangun sebuah keluarga baru. Hari ini saya beserta sanak famili mengantar saudara sepupu laki-lakiku yang melangsungkan pernikahan di rumah mempelai putri. Keluarga besarku ini bertambah lagi dengan hadirnya orang baru yang kini bagian dari keluargaku. Inilah silaturahim menambah persaudaraan dan keluarga baru. Selamat menempuh hidup baru sobat, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah.

Hari ketujuh (Rabu, 7 Syawal 1434 H) sepekan sudah melewati lebaran dengan bersilaturahim. Hari ini saya menjadi panitia Halal Bi Halal dan Tasyakuran Masjid Darussalam. Acara ini diawali dengan khitanan masal yang sangat meriah. Warga sekitar pun sangat antusias menyaksikan dan mengiring para peserta khitan massal ini. Usai dikhitan, para peserta khitan didoakan secara bersama oleh ulama setempat dan mendapatkan santunan. Sungguh senang rasanya melihat senyum mereka. Acara ini dilanjutkan dengan pengajian akbar yang mendatangkan pembicara dari Tegal. Luar biasa para pengunjung yang hadir dalam acara ini sangat banyak, mulai dari ibu-ibu dan bapak-bapak. Sampai-sampai panitia kerepotan dalam membagikan snack konsumsi untuk mereka. Tapi alhamdulillah, dengan kesigapan panitia semua bisa teratasi. Acara pun berjalan dengan lancar. Alhamdulillah, saya bisa sedikit berkontribusi dalam acara halal bi halal yang dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat desa ini.

            Demikianlah sedikit tjerita lebaran saya selama sepekan bersama silaturahim. Sebuah aktivitas yang sangat luar biasa manfaatnya. Menyambung persahabatan, merangkai kebersamaan dan menyatukan kedekatan untuk saling berbagi, bercerita, memotivasi dan mencurahkan rasa untuk saling memaafkan dan mempererat hubungan. Semoga bisa terus istikomah dalam merenda silaturahim ini. Aamiin.

*Tulisan ini diikutkan dalam Tjerita Hari Raya yang diselenggarakan oleh @leutikaprio