Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Wednesday, 3 May 2017

Gemar Literasi, Berbuah Prestasi



Sungguh awalnya tak menyangka bisa berdiri di atas podium Gedung Andi Hakim Nasution IPB ini. Tapi pepatah ini memang ada betulnya juga, bahwa sebuah hasil tak kan mengkhianati proses. Berawal dari tekad, tergoreslah impian yang kita semai itu. Faidza 'azamta fatawakkal 'alallah. Alhamdulillahi robbil 'alamin, hadza min Fadhli robbii. Terima kasih juga kepada rekan-rekan semua atas support dan doanya. Antara senang, bahagia, haru dan syukur bercampur menjadi satu tatkala namaku tercantum dalam 5 besar Literacy Awards ini. Alhamdulillah wasyukurillah.

Sesungguhnya setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap masalah, pasti ada solusinya. Tepatnya seminggu yang lalu, atau H-4 sebelum acara finalis Literacy Awards ini diselenggarakan, aku baru saja mengalami musibah kehilangan HP yang dicuri oleh maling. Kejadiannya, saat itu aku sedang sholat shubuh ke masjid dan HP ditinggal di asrama. Kondisi kamarku dalam keadaan terkunci. Si pelaku masuk kamar lewat kamar mandi dalam. Mau gak mau aku harus mengikhlaskan Hpku tersebut. Mungkin ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian tersebut.

Dan hari ini (saat pengumuman pemenang 5 terbaik Literacy Awards) doa dan harapanku masuk dalam kategori ini, alhamdulillah diijabah oleh Allah SWT. Sejak kehilangan HP tersebut, aku sempat bertekad semoga bisa masuk juara dalam 5 besar tersebut. segenap persiapan dan strategi dalam membuat slide presentasi pun aku persiapkan dengan baik. Bahkan hingga sesaat sebelum tampil ke depan, aku sudah siapkan strategi terbaik saat giliranku tampil ke depan. Ternyata hari ini luar biasa sekali, alhamdulillah program yang aku buat berjudul Coaching Literasi Santri  meraih juara 1. Sungguh aku tak bisa berkata-kata lagi.

Kado Hardiknas

Dimuat di koran Republika


Kado spesial (penghargaan terbaik 1) ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku (Ibu Aisyah dan Bapak Djazuli). Karena dari mereka berdualah yang tak kenal lelah mendidikku hingga sekarang ini. Pancaran kasih sayang papa & mamaku ini telah membuatku kokoh berdiri melakukan perjalanan hidup hingga saat ini. Spesial juga buat adikku, Anisul Fuadi yang kini sedang menempuh kuliahnya. Doa kakak untukmu dek. Terus berjuang dalam mencari ilmu.

Buat semua keluarga yang tak bisa aku sebutkan satu per satu. Juga buat para guru dan para ustadz yang telah banyak mengajarkanku arti kehidupan. Guru MI Busthanuttholibin Cerih, guru MTs Al-Falah Cerih, guru SMAN 3 Pemalang, hingga para dosen Universitas Jenderal Soedirman. Tak lupa juga buat para ustadz-ustadzahku TPQ Jrumat, madrasah Diniyah awaliyah Cerih hingga Ponpes Salafiyah Pemalang. Juga buat para master guru SGI Dompet Dhuafa. Dan semua guru hebat lain yang belum disebutkan disini.

Pendidikan memang menjadi kunci utama kemajuan bangsa, bahkan diri sendiri. Bagi para guru, teruslah menjadi teladan bagi anak didiknya. Salah satunya adalah akrab dengan literasi. Sederhananya adalah mulai dari diri sendiri untuk melakukan gemar membaca, rajin menulis, senang berdiskusi dan musyawarah, bertualanglah mentadaburi alam-Nya.
Teruslah berbagi inspirasi, menebar manfaat. Sebagaimana ungkapan menarik Chrichton ini: Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika Anda berhasil, teruslah berkarya. Jika Anda gagal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik, teruslah berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya” (Michael Crichton, penulis novel “Jurassic Park”)

Selamat Hari Pendidikan, 2 Mei 2017

Resep Jitu Menulis Ala Syahruddin El-Fikri


Jika ingin pandai, maka MEMBACALAH
Jika ingin hidup 100 tahun, maka MENIKAHLAH
Jika ingin hidup selamanya, maka MENULISLAH
(Syahruddin El-Fikri)

Kenapa sih kita harus membaca? Kenapa juga kita harus menulis? Dan mengapa kita harus (segera) menikah? (bagi yang jomblo, hehe). Nah, mungkin quote tersebut menjadi salah satu jawabannya. Untuk pembahasan tentang menikah, nanti dibahasnya di lain waktu yah. Nah, untuk kali ini saya akan sedikit sharing pengalaman tentang pentingnya membaca dan menulis saat mengikuti kegiatan Literacy Awards. Kegiatan yang berlangsung di SMP Cendekia Baznas ini, salah satunya ada sesi materi tentang literasi sebelum para finalis melakukan presentasi programnya.

Materi literasi yang disampaikan oleh Pak Syahruddin El-Fikri ini bertemakan “Menciptakan Peradaban Unggul Melalui Gerakan Literasi”. Sebagaimana kita ketahui bahwa dunia literasi sangat erat kaitannya dengan tulis menulis, membaca dan diskusi. “Kesuksesan sebuah peradaban sangat ditentukan dengan kemajuan dunia ilmu pengetahuan”, ungkap Kepala Redaksi Republika ini. Beliau mengisahkan kemajuan peradaban Islam saat Dinasti Kekhalifahan saat itu. Hal tersebut terlihat dari adanya Baitul Hikmah, sebuah perpustakaan terbesar Dinasti Abbasiyah dan saat itu juga banyak ilmuwan dan cendekiawan Islam yang memperjuangkan peradaban tersebut melalui gerakan literasi.

Menurut Pak Syah, ada 3 hal yang harus dilakukan untuk menciptakan peradaban melalui gerakan literasi ini, yaitu membaca (iqro), menulis (faktubuu...) dan berdiskusi/musyawarah (wasyaawirhum....). Kaitannya dengan menulis, banyak hal yang beliau sampaikan kepada para finalis Literacy Awards ini. Seperti pepatah di atas, “jika ingin hidup selamanya, maka menulislah”. Karena karya seorang penulis meski sudah meninggal dunia, gagasan dan karya yang telah dituliskannya tersebut akan tetap hidup dan berguna untuk generasi berikutnya. Inilah manfaat dan pentingnya menulis. Efeknya tidak hanya masa sekarang, tapi jauh lebih dari itu yaitu menjangkau ke masa depan.

Apa yang mau kita tulis? Menurut beliau ada 3 hal yang bisa menjadi bahan tulisan yaitu tulislah apa saja yang terlihat (dilihat), tulislah apa saja yang terdengar (didengar) dan tulislah apa saja yang dirasakan. Lalu bagaimana cara memulainya untuk menulis? Menurut beliau, lakukanlah tahapan berikut ini:
1.    Tulislah hal yang paling mudah dan dipahami. Contoh: tentang bersepeda
2.    Persempit objek pembahasan (ambil sudut pandang tertentu)
3.    Fokus pada satu permasalahan
4.    Lakukan yang berbeda, tidak menduplikasi/plagiat

Selain menjelaskan tentang kiat-kiat menulis, penulis buku “Sehat dengan Wudhu” tersebut juga menceritakan kisah pengalamannya menulis buku tersebut dan membedah tentang seluk beluk kegiatan penulisan yang ada di Republika. Mulai dari menulis opini, features, artikel, berita hingga menjelaskan tentang dapur percetakan di penerbit Republika. Saat sesi tanya jawab Pak Syah juga sempat menyampaikan tentang sentuhan untuk menulis novel, diantaranya:
1.    Melakukan survey pembaca terlebih dahulu
2.    Buat alur yang menarik (pilihlah yang paling top atau istimewa)
3.    Awalilah dengan niat yang baik dan upayakan terus berwudhu
4.    Jangan lupa diimbangi juga dengan membaca buku

Sebagaimana kita pahami juga bahwa penulis yang baik juga merupakan pembaca terbaik. Best writer is best reader. Membaca yang merupakan proses mengisi bahan bakarnya, sedangkan menulis adalah proses aktualisasi dirinya. Jadi, teruslah rajin membaca. Saya jadi ingat juga dengan sebuah pepatah yang mengatakan “lahap membaca, gemuk informasi”. Teruslah menulis.


            

Wednesday, 19 April 2017

“Kenali Diri, Temukan Solusi” dengan Coaching

Peserta Training "Coaching for Teacher"

Menjadi pembelajar adalah suatu keharusan yang harus dilakukan setiap diri pribadi. Dimana pun berada, seorang pembelajar punya tekad tak kenal henti untuk terus memperbaiki diri. Meski medan hidup yang dilalui penuh dengan lika-liku yang menantang, seorang pembelajar akan terus berbenah, terus belajar dan terus mencari ilmu. Saat melewati lintasan kehidupan yang terkadang mirip seperti roda yang kerap kali berputar. Sama halnya dengan yang dihadapi tiap manusia, tidak selamanya berjalan dengan mulus. Pasti ada saja kerikil masalah yang menghadang. Bagi pembelajar, semua hambatan dan tantangan itu akan dilaluinya dengan mencari solusi yang jitu. Seorang pembelajar adalah problem solver juga.

Setiap manusia pasti punya masalah atau problem yang dihadapinya. Pertanyaannya, apa sih “masalah” itu? Mungkin tiap orang berbeda-beda cara pandangnya dalam menilai suatu kejadian yang dialaminya, apakah itu masalah atau bukan? Sebagai contoh: kemacetan, masalah atau bukan? Persepsi orang berbeda-beda. Ada yang bilang kemacetan itu masalah. Ada yang bilang bukan masalah. Bagi pedagang asongan atau pengamen kemacetan menjadi kesempatan sekaligus peluang untuk mencari nafkah. Lain halnya bagi pengendara mobil yang mau berangkat ke kantor, tiba-tiba dihadang kemacetan, tentu ini menjadi masalah besar yang menghadang. Ini hanya contoh sederhana saja tentang kemacetan, bisa jadi masalah, akan tetapi di sisi lain bisa menjadi peluang atau kesempatan. Jadi, apa sebenarnya masalah itu?

Masalah adalah gap antara keinginan dengan kenyataan.  Suatu kejadian atau peristiwa yang kita alami, misalnya dalam kejadian kemacetan tadi. Bagi seorang pengendara mobil yang hendak berangkat kerja, keinginannya adalah perjalanan lancar dan sampai di kantor tepat waktu. Tapi, ketika kenyataan di lapangan yang terjadi adalah kemacetan yang mengular panjang, maka kondisi ini tak seperti yang diinginkan. Maka, kemacetan menjadi masalah bagi orang tersebut. Begitu juga dengan kejadian atau kegiatan lain yang sehari-hari kita alami seringkali tidak sesuai dengan yang kita inginkan, maka sesuatu itu menjadi masalah. Lalu bagaimana cara kita menyikapi atau menghadapi masalah-masalah yang kita alami? Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melalui teknik coaching.

Itulah pemaparan singkat dari Coach Iis Susilawati dalam Pelatihan “Coaching for Teacher” yang diadakan oleh Maxima. Acara yang berlangsung pada hari Sabtu, 28 Januari 2017 diikuti oleh guru-guru hebat, dosen, praktisi dan para pendidik pembelajar sejati. Suatu kesempatan menarik bisa mengikuti acara spektakuler ini. Melalui tulisan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa (Mas Shirly dan Bu Rina) yang telah memfasilitasi saya untuk ikut acara yang spesial ini. Disini saya jadi banyak belajar menjadi coach, coachee dan observer bersama rekan-rekan guru pembelajar yang dipandu oleh Coach Iis. Terima kasih juga buat para panitia dari Maxima selaku penyelenggara event hebat ini.
Apa itu coaching? Bagaimana caranya? Seberapa pentingkah metode coaching itu? Dalam moment ini dikupas tuntas dalam Maxima Training, workshop sekaligus praktek langsung tentang metode coaching tersebut. Pada sesi pertama, Coach Iis memaparkan materi tentang “dasar-dasar coaching untuk guru dan kehidupan sehari-hari”. Meskipun dalam training ini didominasi oleh guru-guru dari sekolah, namun metode coaching ini kata Coach Iis bisa diterapkan juga oleh siapapun, baik untuk coaching diri sendiri (self-coaching), coaching teman, coaching suami/istri dan sebagainya. Berikut ini saya tuliskan resume hasil training tersebut:

Coaching adalah proses memfasilitasi coachee/klien/audience untuk mencapai tujuannya dan bisa mengendalikan hidupnya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memberdayakan. Ada dua jenis coaching yaitu coaching performance dan coaching transformational. Coaching performance dilakukan untuk merubah skill atau keterampilan (dari gak bisa menjadi bisa). Sedangkan coaching transformational adalah merubah kondisi menjadi lebih baik (misal dari B ke A atau dari A ke A’). Coaching berbeda dengan teaching, training, mentoring maupun konsulting. Metode coaching lebih menekankan pada memfasilitasi audiens (cochee) untuk menemukan tujuannya sehingga dapat mengendalikan hidupnya. Selain itu, coaching juga lebih fokus tujuan ke depan (solution future) atas masalah yang dihadapinya.

Bagaimana caranya untuk melakukan coaching? Menurut Coach Iis ada 4 hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan coaching, yaitu:
1.     Coach Position
Sebelum melakukan coaching, posisi duduk juga harus diperhatikan. Antara coach dengan caochee (klient) duduknya bersebelahan. Selain itu, seorang coach juga harus memperhatikan beberapa poin berikut ini:
§  Everybody is okay (tidak menilai orang, netral)
§  Change is inevitable (perubahan dari setiap orang tidak dapat dihindarkan dan memungkinkan terjadi)
§  Every behavior has positive intention (setiap perilaku memiliki niat dan tujuan yang baik)
§  Best decision (setiap keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik pada saat waktu diambilnya keputusan tersebut)
§  Everybody is resourceful (setiap orang memiliki potensi yang sama)

2.     Building Trust (Membangun Kepercayaan)
Hal kedua yang harus dilakukan lagi adalah membangun kepercayaan (building trust) antara coach dengan coachee. Berkaitan dengan hal ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
§  Adanya tujuan yang diinginkan (naming the outcome)
§  Mendengarkan kata kunci yang sering disebutkan oleh coachee (speak the outcome)
§  Adanya softener (pembukaan salam perkenalan)
§  Bertanya sesuai dengan kata-kata / kalimat dari klient
§  Backtracking (mengulangi pertanyaan klient)

3.     Mempersiapkan contract dari klient
Tahap ketiga yang harus dilakukan adalah mempersiapkan contract dari coachee (klient). Tahap ini dilakukan untuk mengetahui lebih jauh tentang coachee dan bagi seorang coach harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
§  In control (hal yang bisa menjadi object coaching adalah sesuatu yang bisa dicontrol / internal control). Sesuatu masalah yang ada dalam diri sendiri, bukan dari pengaruh luar (eksternal)
§  Visual auditory kinestetik (VAK) ; terbayang bagaimana rasanya
§  Ecological check : tidak merugikan lingkungan luar
§  Harus terukur dengan SMART: Specific, Measurable, Achievable, Reliable, Timetable)
§  Positive sentence:  fokus pada apa yang diinginkan, bukan pada yang tidak diinginkan

4.     Tone (suara)
Hal yang tak kalah penting lagi saat melakukan coaching adalah perhatikan tone (suara) kita. Ada 4 jenis suara yaitu suara yang bersifat menyerang, suara bersahabat, suara centil dan suara bijak. Keberhasilan sebuah coaching salah satunya juga memainkan peran suara kita saat berhadapan dengan coachee (klient).

            Setelah Coach Iis menyampaikan materi tersebut, para peserta training dikelompokkan (3 orang per kelompok) untuk melakukan praktek coaching.  Saya satu kelompok dengan Pak Sony (dosen Manajemen, Binus University) dan Mba Dini (Biblioterapy Dompet Dhuafa). Dalam praktek coaching tersebut, kami bertiga berbagi peran sebagai coach, coachee dan observer. Secara bergantian kami memerankan ketiga peran tersebut. Hal yang harus diperhatikan lagi  selain harus memahami keempat poin di atas, ada beberapa pertanyaan dasar yang dapat digunakan dalam coaching. Berikut ini ada 4 pertanyaan paling dasar dan global adalah:
1.      Apa yang Anda inginkan?
2.      Bagaimana cara Anda untuk meraihnya?
3.      Mengapa hal itu penting?
4.      Bagaimana Anda tahu bahwa Anda bisa mencapainya?


Demikian sedikit resume dan sharing materi tentang coaching yang saya dapatkan dalam mengikuti kegiatan training “Coaching for Teacher” yang diselenggarakan oleh Maxima. Menurut saya materi tersebut sangat bermanfaat bagi guru dalam mendidik dan membimbing siswa-siswinya dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapinya. Pada prinsipnya dengan Coaching ini membantu seorang coachee/klient (bisa siswa, teman atau siapa saja yang kita coaching) menemukan solusi atas kendala atau masalah yang dihadapinya. Kenali diri, temukan solusi dengan coaching. Semoga bermanfaat...!!

Tuesday, 11 April 2017

Gigih Pangkal Juara

TOP 25 Finalis Literacy Awards Baznas-Republika

Menyemai Gigih pada Siswa

Setiap impian butuh usaha, kerja keras dan perjuangan untuk meraihnya. Karena setiap hasil tak kan pernah mengkhianati proses. Maka, saat melewati lika-liku proses itu perlu kegigihan dan tekad yang membara. Itulah yang telah dilalui oleh kedua siswaku ini.
Setiap kali saya menginformasikan tentang info lomba, kompetisi atau sejenisnya kedua siswaku ini paling antusias bertanya. Seperti dalam event Forum Pelajar Indonesia ini. Salah satu persyaratannya adalah bikin 3 essay dan 1 video. Kedua siswaku ini pun mau berproses membuat tantangan ini. Untuk essai saya yang membimbing, sedangkan untuk video bagian Mas @hakkinnizar yang membimbingnya.
Ada 3 esai yang harus mereka buat. Esai pertama tentang siapa diriku dan aktivitasku saat ini. Esai kedua tentang motivasiku mengikuti acara FOR 9 dan esai ketiga bertemakan "Sinergi Pelajar Indonesia". Mereka berdua adalah siswa yg gigih dan mau belajar. Ketiga esai tersebut pun diketik, lalu diprint dan diserahkan kepadaku. Saya koreksi, corat coret pada tulisan yang salah dan kasih masukan tentang kekurangan esai tersebut. Rofik dan Khalid pun kembali memperbaikinya.

Pengumuman Finalis FOR 9
Di tengah kesibukan di boardingschool, mereka berdua terus gigih bersemangat memperbaiki esainya. Revisi, print lalu dikasih lagi kepadaku. Lalu saya corat coret lagi yang salah dan yang masih kurang. Kurang lebih sampai 5x revisi. Akhirnya setelah oke, barulah dikirim ke panitia. Khalid lebih dulu sekitar 5 hari sebelum DL. Sedangkan Rofik baru terkirim tepat dateline. Tepatnya sekitar 2 jam sebelum pendaftaran ditutup.
Nah, disitulah letak kegigihan mereka dalam berjuang. Menjelang pengumuman tiba, panitia lewat akun instagramnya menginformasikan bahwa total pesertanya ada 1327 pendaftar yang berasal dari 317 SMA/MA/SMK/Sederajat dari 32 provinsi se-Indonesia. Peserta yang lolos hanya dipilih 220 peserta. Wow.

Akhir kata, SELAMAT & Barokallahu lakumaa untuk Rofik @rofiqaulia04 (kls XI) dan Khalid @alid_az (kls X) yang lolos seleksi Forum Pelajar Indonesia ke-9 yang diadakan oleh Indonesian Student & Youth Forum (ISYF). Selamat berjuang dan bersinergi dengan pelajar se-Indonesia pada tgl 23-27 Juli 2017 mendatang. Pasti Bisa...!!!


Kegigihan Guru, Teladan bagi Siswa

Jika kemarin kedua siswa kami yang lolos finalis IYSF 2017 lantaran kegigihan daya juangnya. Kini giliran gurunya pun dapat kabar bahagia. Seperti pepatah: "sebuah hasil, tergantung usahanya". Dalam prosesnya perlu kegigihan. Bukankah man jadda wajada? Seperti itulah buah dari kegigihan. Tak bisa digambarkan dengan untaian kata, tapi energinya menggetarkan asa.

Kabar baiknya teman saya juga Mas @hakkinnizar mendapat sms yang sama. Alhamdulillah, kita berdua diberi kesempatan lolos dalam Literacy Award yang diadakan oleh Baznas bekerjasama dgn Republika ini. Program bagi guru/ustadz di sekolah/pesantren ini diharuskan meresensi buku "Ayah...Kisah Buya Hamka" dan membuat rancangan program inspiratif utk sekolah/pesantren.

Sms dari panitia tentang Finalis Literacy Award

Untungnya waktu itu ada salah satu siswa kami yang punya buku tersebut. Di tengah kesibukan yg ada di boardingschool, saya dan mas hakkin gantian baca bukunya. Saya lebih dulu. H-2 DL pendaftaran baru kelar resensinya, sementara mas Hakkin belum selesai baca bukunya. H-1 sudah selesai resensi dan sudah diposting di website pribadi. Tinggal program yg belum??? Seminggu sebelum DL harus selesaiin dulu koreksian USBN, Ujian Praktek & UTS.

Tepat hari terakhir pendaftaran, penuh dag dig dug. Kita berdua sama-sama dateliners, hehehttps://static.xx.fbcdn.net/images/emoji.php/v8/f53/1/16/1f605.png😅. Hari itu juga DL siswa kami daftar IYSF. Jadi double genting. Klo saya ditambah 1 lagi, hari itu juga ternyta masa tenggang websiteku berakhir. Sore hari saat mau kirim ke panitia, ternyata link website tidak bisa diakses. Harus perpanjang dulu. Saat itu juga langsung pergi ke ATM utk bayar. Cobain 2 atm gak bisa transfer. Kok bisa? Wah ternyata salah tekan tombol. Oke. Kelar urusan perpanjang website. 

Malam hari sekitar 4 jam sbelum ditutup pendaftaran akhirnya terkirim juga resensi dan programnya. Selesai itu baru siswaku juga berhasil terkirim aplikasinya. Sementara mas Hakkin baru beres sekitar 2 jam sebelum DL. Hari yg luar biasa waktu itu. Demikian singkat cerita proses perjalanan kami.

Karena gigih itu ibarat ungkapan berikut:

Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika Anda berhasil, teruslah berkarya. Jika Anda gagal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik, teruslah berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya
(Michael Crichton, penulis novel “Jurassic Park”)

Iya, betul sekali kalimat Crichton ini. Maka, teruslah berkarya. Teruslah melaju hingga injure time. Sebelum peluit akhir dibunyikan, tak ada kata menyerah jika berteman akrab dengan "kegigihan". Karena dalam melakukan segala hal perlu energi juang bernama kegigihan ini. Bagaimana caranya agar bisa terus berkarya? Bertemanlah dengan literasi. Membaca dan menulis, keduanya harus berjalan seiringan. Membaca dan menulis ibarat sepasang suami-istri yang saling melengkapi. Membaca ibarat bahan bakar bagi motor, sementara menulis adalah kelajuan dari motor tersebut. Ini hanya analogi sederhana saja, hehe.

"Banyak membaca, itulah jalan yg baik utk menambah pengetahuan dan mengasah kecerdasan" pesan H. Agus Salim kepada Bung Hatta. Sementara kata Sahabat Ali bin Abi Thalib "ikatlah ilmu dengan menulis". So, teruslah berkarya!

Kombinasi antara impian, kemauan dan perjuangan, itulah KEGIGIHAN. Faidza azamta fatawakkal 'alallah. Bismillah, let's prepare to final Literacy Award Baznas-Republika in Bogor and Jakarta. Berjuanglah dengan gigih...! Ganbareba, zettai dekiru...!

Thursday, 30 March 2017

Meneladani “Ayah Bangsa” Bernama Buya Hamka

Cover Buku "Ayah... Kisah Buya Hamka"

Dibalik keluarga yang hebat, ada sosok ayah tangguh yang menjadi aktor utamanya. Kepemimpinan ayah selaku imam rumah tangga menjadi garda terdepan dalam membangun keluarga yang sakinah mawadah warohmah. Ayah dan ibu merupakan madrasatul ula (sekolah pertama) bagi anak-anaknya. Ayah sebagai kepala sekolahnya dan ibu sebagai gurunya. Keberhasilan pembelajaran di rumah tersebut tergantung pimpinannya, yaitu ayah. Selain itu, ayah juga merupakan ayah pejuang, kharismatik, cerdik, bersahaja, berjiwa besar dan pemimpin bagi masyarakat sekitarnya. Jiwa patriot dan kegigihannya memegang tauhid mengantarkan sosok ayah ini juga menjadi “ayah bangsa” yang patut menjadi teladan bagi generasi muda Indonesia. Ketahuilah, sosok teladan ayah bangsa ini bernama Buya Hamka.  

Tokoh kharismatik yang memiliki nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah ini lebih akrab dikenal dengan sebutan “Buya Hamka”. Beliau merupakan pribadi yang multitalenta. Ketokohan beliau bukan hanya dikenal sebagai ulama besar, melainkan juga sebagai sastrawan, budayawan, politisi, cendikiawan, pejuang dan pemimpin umat. Keteladanan hidup beliau dimulai dari membangun pondasi terkecil, yaitu keluarganya. Beliau menjadi sosok panutan bagi istri dan anak-anaknya. Hal itulah yang sangat dirasakan oleh Irfan Hamka (anak kelima Buya Hamka) yang dipaparkan sangat gamblang dalam bukunya yang berjudul “Ayah.... Kisah Buya Hamka”. Melalui buku tersebut, Irfan menceritakan serangkaian kisah ayahnya tersebut yang dikenangnya sejak Irfan berusia 5 tahun (1948, saat agresi II) hingga Buya Hamka wafat (24 Juli 1981).

Buku yang berbentuk novel biografi ini ditulis dengan gaya bahasa menarik, mudah dipahami dan sarat akan nasihat yang bisa kita jadikan teladan dalam kehidupan sekarang ini. Bagian pertama bercerita tentang tiga nasihat Buya Hamka, yaitu nasihat bagi rumah tangga, nasihat bagi tetangga dan nasihat untuk pembohong. Walaupun kejadian kisah tersebut sudah lampau terjadinya, namun ketiga nasihat tersebut masih relevan untuk diterapkan dalam kehidupan saat ini. Dalam keluarga, Buya Hamka juga menjadi sosok ayah teladan bagi kedua belas putra-putrinya, menjadi guru mengaji, guru silat (bela diri) hingga menjadi suami yang bijak. Akhlak Buya Hamka tercermin juga dalam diri akhlak Hajah Siti Raham Rasul (istrinya) yang cinta silaturahim dan bersosialisasi dengan masyarakat.

Buya Hamka merupakan tokoh Indonesia pertama yang menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar. Beliau termasuk manusia pembelajar sejati, rajin membaca buku dan tekun dalam menulis. Dunia literasi sangat melekat dalam karakter pribadi beliau. Meski tidak tamat pendidikan formal, kegigihan semangat belajar Buya Hamka tak pernah pudar. Belajar secara otodidak ditekuninya dengan banyak membaca buku. Lalu belajar dengan tokoh dan ulama baik saat di Sumatera, Jawa hingga sampai ke Mekkah, Saudia Arabia. Kecintaannya beliau dalam menulis menghasilkan puluhan bahkan ratusan karya tulis baik dalam bentuk majalah, surat kabar hingga buku. Selain itu, ada lagi karya paling fenomenalnya yaitu tafsir Al-Qur’an 30 juz yang diberi nama Tafsir Al-Azhar yang dibuatnya saat beliau dalam penjara karena difitnah.

            Dalam buku ini juga diceritakan tentang kisah Buya Hamka berdamai dengan jin, kisah Si Kuning (kucing kesayangan beliau yang selalu mengikutinya), perjalanan haji ke Mekkah dengan Kapal Mae Abeto, perjalanan maut saat berada di Saudi Arabia, hasil karya dan beberapa kisah hingga kejadian wafatnya Buya Hamka. Semua itu penuh dengan hikmah dan nasihat.


*Resensi ini diikutsertakan dalam Literasi Award 2017 yang diadakan oleh BAZNAS dengan Republika.

Sunday, 12 March 2017

Antara Leuwiliang & Pasar Senen: “Ada Hikmah Dibalik Masalah”



Hari ini penuh dengan kejutan. Kaget bercampur was-was. Ketar ketir mengejar waktu. Berpacu dengan sepeda motor. Antara dag dig dug bercampur dengan aneka rasa yang lainnya. Berbaur menjadi satu. Mungkin jika ada kolam atau sungai yang jernih, ingin rasanya menceburkan diri ke dalamnya. Biar adem, hehe. Apalagi kalau ada air terjun yang bening airnya atau laut yang tenang ombaknya, maka sudah dipastikan aku ingin menyelamnya. Tapi aku yakin dibalik semua hambatan itu ada hikmah yang bisa dipetik. Setiap masalah yang menimpa diri kita, pasti ada pelajaran berharga yang bisa kita jadikan refleksi diri. Emang ada hambatan apa? Ada masalah apa? Tidak ada. Ini hanya sepenggal kisah yang terjadi antara Leuwiliang hingga Pasar Senen, hehe
Singkat cerita begini kisahnya:
Tepat jam 7.40 WIB aku sudah berangkat dari Leuwiliang. Selepas nyuci pakaian, lalu sarapan pagi aku langsung berkemas-kemas meninggalkan asrama sekolahku, SMA Plus Liwaul Furqon Bogor. Rencana kepergianku hari ini sudah aku persiapkan sejak kemarin sore. Semalam sudah memesan tiket kereta juga untuk tujuan Pasar Senen ke Tegal. Jadwal kereta di Stasiun Senin jam 12.00. Kalau sesuai perhitungan jarak dan waktu, diperkirakan sampai lokasi bisa tepat waktu. Bahkan bisa lebih awal 1 jam dari waktu yang tertera di tiket tersebut. Aku pun mengendarai motor agak santai. Tidak terlalu terburu-buru.
Cuaca hari ini cukup bersahabat. Langitnya cerah dan matahari pun tampak cerah memancarkan senyum manisnya. Perjalanan dengan motor plat G pun aku nikmati dengan sepenuh hati, hehe. Di tengah perjalanan tiba-tiba rantai motor putus. Tepatnya di daerah Dramaga. Mau gak mau harus dorong motor sembari mencari bengkel. Tak jauh dari lokasi, aku temukan bengkel yang masih sepi itu. Aku pikir gak lama, rupanya lewat 1 jam lebih motor baru normal kembali. Karena pikirku memasang rantai cuma sebentar, lepas rantainya, lalu pasang, beres! Tapi ternyata nggak. Rantai sepeda motorku ini sepertinya sudah usang dan ada yang peot (bengkok), akhirnya mau gak mau harus ganti yang baru. Pas mau dipasang ternyata kurang panjang, akhirnya tukang bengkel tersebut harus menambahnya dengan tambahan rantai. Setelah dipasang, ternyata malah kepanjangan rantainya. Harus bongkar lagi, diputus (dipendekin) lagi. Nah, ini yang berlangsung lama. Karena ternyata peralatan di bengkel kecil tersebut juga tidak lengkap. Nah, yang sempet bikin kesel juga, di saat motorku tersebut belum beres, tiba-tiba ada pasien lain yang mau menambal ban. Motorku sempat ditinggal sebentar, tukang bengkel tersebut mengerjakan motor pasien yang baru datang tersebut. Aku sempat protes dan menegur tukang bengkel tersebut. tapi rupanya pasien yang baru datang tersebut tidak lama, Cuma tambah angin karena tidak bocor.
Detik demi detik berlalu. Menit demi menit pun terlewati. Hingga hitungan sejam lebih pun berlalu pergi. Sudah hampir jam 10 rantai motorku sudah beres. Saat mau membayar ongkos jasa tersebut, muncul masalah baru. Uang yang aku bayarkan tidak ada kembaliannnya. Mau gak mau harus menukar uang tersebut. Agak lama, gak ketemu juga. Sepertinya si abang tukang bengkel tersebut harus mencari ke komplek warung sebelah naik ke atas. Begitu beres, aku pun langsung capcus menyalakan starter motorku dan melaju dengan kecepatan tinggi. Awalnya masih optimis bakalan terkejar waktunya. Sampai depan IPB seperti biasa macet berkepanjangan. Jalannya selangkah demi selangkah melewati jalan super macet tersebut. Mulai khawatir terlambat.
Aku lanjutkan perjalananku menuju Ciomas untuk menitipkan motorku di rumah Pak Febi. Jalanan yang macet tak bisa membuatku melaju cepat, harus pelan menyalip satu per satu mobil atau kendaraan yang ada di depanku itu. Ada perasaan lega saat sudah tiba di lokasi. Usai menitipkan motorku tersebut, aku langsung bergegas keluar dari komplek perumahan Bukit Asri Ciomas tersebut. Aku pun berjalan cepat menuju jalan raya. Sambil buka hp mencari aplikasi gojek. Kok gak ada? Wah, sepertinya terhapus. Aku mulai panik. Berjalan terburu-buru berharap ada ojek pangkalan. Sampai pertigaan rupanya gak ada. Mau naik angkot, tapi di daerah Ciomas sedang macet. Apalagi hari libur. Aku pun akhirnya download lagi aplikasi gojek. Dengan wajah berkeringat aku utak atik aplikasi tersebut. Sudah terdownload, kini giliran sinyal yang naik turun. Karena panik, sampai-sampai 2x salah mengorder gojek. Sudah ditelpon sama drivernya tapi ternyata salah lokasi. Baru ketiga kalinya berhasil. Sudah hampir jam 11. Gojek yang aku order pun datang. Terdengar nada telepon dari 2 orderan gojek sebelumnya yang belum sempat aku cancel. Akhirnya aku matikan HP sejenak. Gojek melaju melewati kemacetan dan akhirnya memotong jalan lewat jalan pintas. Melewati gang kecil. Melewati lorong demi lorong, karena saat melewati jalan pintas ternyata ada pemilihan kepala desa di daerah tersebut. Sang driver pun mengambil jalan yang lebih kecil.
Singkat cerita sampailah di stasiun bogor jam 11 setelah melewati jalanan yang macet. Si driver gojek cukup lincah menyalip. Aku berpamitan dengan abang tersebut saat aku tiba di stasiun. Kepanikan tidak sampai disitu, saat masuk stasiun aku harus antri juga untuk memesan tiket KRL. Antrian cukup panjang akhirnya terlewati juga. Sejak sampai di stasiun ini aku sudah menduga, gak bakalan terkejar waktunya. Saat sudah menempelkan kartu KRL dalam mesin pintu masuk, aku langsung berlari mencari kereta. Akhirnya aku sampai juga di dalam Commuter Line. Terdengar suara pemberitahuan kalau KRL ini baru akan berangkat tepat jam 11.32. Waktu tinggal setengah jam lagi. Jam 12 harus sampai di Senin? Wah kayaknya gak mungkin. Alhasil tiket di pasar senen pun sudah hangus. Selamat tinggal tiket yang sudah kadaluarsa tersebut. Aku masih dalam perjalanan KRL dari Bogor menuju Jakarta.
Terus melaju hingga titik akhir perjuangan. Karena sudah tahu tiket hangus, aku tak berubah pikiran untuk balik langkah. Aku tetap melaju hingga menuju Senen. Saat itu juga aku coba searching tiket yang lain lewat aplikasi KAI Acces. Masih ada beberapa kursi yang tersedia. Tapi ternyata kuota yang masih ada di hari ini sudah tidak bisa dipesan lagi lewat aplikasi tersebut. Reservasi tiket bisa dilakukan maksimal 10 jam sebelum kereta itu berangkat. Mau gak mau harus pesan di stasiun keberangkatan yaitu Senen. Tertera di kuota yang tersedia, ada yang jam 14.00 hingga pukul 23.00.  Kuota tersisa tinggal beberapa kursi lagi, kecuali yang jadwal malam yang masih agak banyak.
Saat sampai Stasiun Manggarai, aku putuskan turun disini untuk transit sejenak ambil jalur tercepat yaitu lewat jatinegara lalu ambil yang arah senen. Rupanya kesabaranku kembali diuji, saat tiba di manggarai, selang beberapa menit aku berdiri hujan lebat disertai angin kencang tiba-tiba turun. Kereta arah Jatinegara belum juga datang. Sementara hujan lebat terus mengguyur. Karena disertai angin kencang, para penumpang pun banyak yang basah kuyup. Hampir 25 menit lebih diPHPin oleh KRL yang tak kunjung datang juga. Sementara para penumpang sudah pada gelisah. Salah seorang bapak yang sudah tua usianya tampak masuk angin, duduk lemas di bawah. Sepertinya bapak tua tersebut kelelahan. Terlihat istrinya mengoleskan minyak angin di seluruh tubuh bapak tua tersebut. Sang istri begitu perhatian dengan bapak tua tersebut. Kedatangan kereta membuat semua orang bahagia.
Aku terus melaju hingga Jatinegara, awalnya sempat mau balik arah. Tapi pikirku terus melaju, mudah-mudahan keburu tiket yang jam 2 siang. Saat tiba di stasiun jatinegara, aku turun dan coba mau pesen tiket lewat alfamart. Aku cek sendiri di mesin e-tiket alfamart tapi tidak bisa juga. Kata petugas alfamart untuk tiket hari ini harus pesen di stasiun keberangkatannya, yaitu di Senen. Aku tiba stasiun Senen jam 13.50. Kayaknya gak bisa terkejar untuk tiket yang jam 14.00. Apalagi banyak penumpang lain yang cukup padat, jadi tidak bisa lari untuk menyalip.
Setelah berpikir panjang sembari minum teh dingin dan makan roti, akhirmnya aku putuskan pesen tiket yang jam 23.00 biar bisa istirahat dulu. Setelah pesan tiket di loket otomatis tersebut, aku lanjutkan perjalanan KRL lagi menuju stasiun pasar minggu untuk istirahat dulu di tempat teman. Alhamdulillah, ada banyak pelajaran berharga hari ini. Perjalanan kesabaran dan ujian mengelola emosi dan menata hati. Perjalanan penuh makna antara Leuwiliang hingga Pasar Senen. Kini perjalanku berlanjut dari Pasar Senen menuju kampung halamanku. Bismillah, subhanalladzi sakhoro lanaa hadza wamaa kunnaa lahu muqrinin. Wainnaa ila robbinaa lamunqolibun. Lelah itu hanyalah siklus, laluilah dengan segenap keikhlasan. Karena dibalik masalah, pasti ada hikmah. Maka teruslah mengambil pelajaran, dari setiap lika-liku perjalanan.

                                                           
Perjalanan Jakarta - Tegal
KA Tawang Jaya, 12 Maret 2017
Pukul 23.45 WIB