Saturday, 19 July 2014

Pulau Tobo-tobo diantara Dua Biru




Aku termenung di atas katinting. Dalam benakku terngiang nyanyian Izzis, salah satu grup nasyid asal Yogyakarta. “Ribuan langkah kau tapaki. Pelosok negeri kau sambangi. Tanpa kenal lelah jemu. Sampaikan firman Tuhanmu”. Motor laut yang yang hanya bisa ditumpangi 5 orang ini bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti arah ombak berdawai. Semburan air yang terseret ombak kerap kali menyambar. Ombak demi ombak saling bertabrakan menghiasi perjalanan penting ini. Satu tujuan, mengantarkan sepucuk surat undangan. Dari Pulau Dagasuli menuju Pulau Tobo-Tobo. Kurang lebih butuh waktu 1 jam perjalanan di atas lautan lepas.

            Diantara dua biru, aku duduk menulis goresan rasa yang tak menentu ini. Dua biru yang saling bertemu. Birunya langit yang menyilaukan. Birunya laut begitu menentramkan. Dua biru yang saling melengkapi.  Ibarat sepasang suami-istri. Dua biru yang membuatku terpana akan keindahan ciptaan-Nya. Subhanallah, ternyata aku sedang berada di tengah-tengah lautan lepas yang terletak diantara dua biru tersebut. Ternyata, betapa kecilnya diri ini berada di tengah-tengah samudera. Dua biru yang menari-nari di atas fatamorgana. Burung camar terlihat bertengger di atas bebukitan yang dikelilingi mangrove-mangrove penyelamat abrasi. Ku lihat akar pohon Rhizopora begitu kokoh menjaga lautan yang indah megah ini.

            Laut yang berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik ini memang asyik untuk kita nikmati perjalanannya. Terasa berjalan di atas akuarium raksasa. Karena lautnya sangat jernih. Karang-karang terlihat sangat jelas dengan mata telanjang. Aneka satwa laut ikut menghiasi wajah diantara dua biru ini. Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang. Birunya seperti laut yang tenang lagi berombak merdu. Sebiru hari ini seperti kaos biru dan celana hitam motif biru yang sedang aku pakai ini. Diantara dua biru, seperti berjalan di atas permadani. Desiran angin terasa menggetarkan adrenalin tatkala pasukan ombak besar menabrak bahu katinting. Dari kejauhan, Pulau Tobo-tobo tampak terlihat seperti pulau yang terapung di atas lautan lepas.

            Untaian ombak rupanya semakin membumbung tinggi yang menyebabkan katinting ini bergoyang tanpa henti. Lagu Seroja terdengar mendayu-dayu dari balik HP Pak Muda yang sedang tertidur didepanku ini. Beliau sangat santai dan tidur pulas, padahal berada di atas katinting yang lagi-lagi bergoyang ke kanan-kiri lantaran terpaan ombak. Lagu seroja tersebut membuat suasana semakin haru membiru diantara dua biru. Semakin ke tengah birunya laut semakin biru pekat, pertanda laut tersebut sangat dalam sekali. Untaian awan yang berkoloni seakan-akan membentuk display diantara dua biru tersebut. Diantara dua biru ini aku termenung di atas goresan pena. Diantara dua biru ini, aku mentadaburi alam. Bertafakur dengan penuh syukur. Khidmat. Dua biru yang luasnya terbentang tak terbatas. Hingga mata ini pun tak mampu memandang dimanakah batas pertemuan dua biru tersebut?

            Badha tasbih, tahmid dan takbir tak henti-hentinya aku lantunkan dalam perjalanan di atas katinting ini. Apalagi sesampainya di Pulau Tobo-tobo. Pulau yang terapung di atas lautan ini memang memiliki daya tarik yang menawan hati. Rasa was-was yang sempat menggelayuti saat ombak besar menabrak katinting, seperti hilang seketika  melihat keindahan pulau yang berada di atas lautan ini. Kepala Desa Tobo-tobo menyambut dengan baik kadatanganku mengantarkan sepucuk surat undangan kepada orang nomor 1 Tobo-tobo ini. Itulah perjalananku mengantarkan sebuah undangan kegiatan yang harus melewati dahsyatnya ombak di lautan lepas. Keindahan Pulau Tobo-tobo yang terapung di atas lautan mengobati rasa kekhawatiranku akan ombak yang mengancam.

0 comments: