“Pagiku cerahku matahari bersinar. Ku gendong tas merahku di pundak. Selamat pagi semua ku nantikan dirimu, di depan kelasmu menantikan kami. Guruku tersayang. Guru tercinta. Tanpamu apa jadinya aku, tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal. Guruku terima kasihku. Nyatanya diriku kadang buatmu marah. Namun segala maaf kau berikan. Guruku tersayang. Guru tercinta. Tanpamu apa jadinya aku, tak bisa baca tulis, mengerti banyak hal. Guruku terima kasihku.”
Lirik lagu berjudul ‘Guruku Tersayang’ ini memang syahdu ketika didengarkan oleh anak-anak sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sang guru. Rasa haru yang mendalam diiringi perasaan cinta dan kasih sayang kepada para pendidik yang telah tulus memberikan ilmu. Guru yang bukan hanya sekedar mengajarkan baca, tulis, hitung (balistung) saja, tapi guru yang telah memanusiakan manusia dalam setiap proses pembelajarannya.
Kita tahu bahwa setiap tanggal 25 November diperingati sebagai Hari GURU. Sebagai murid, siswa hingga mahasiswa sudah sepatutnya kita memberikan apresiasi atas jasa-jasa guru kita. Walaupun sudah menjadi mahasiswa bahkan seorang anak tersebut sudah sukses dalam karirnya, seorang guru yang telah mendidiknya sejak SD dulu, beliau tetaplah guru mereka. Karena tak ada istilah mantan guru. Guru, tetaplah guru. Bagaimanapun kondisinya, guru telah berjasa mengantarkan peserta didiknya ke pintu gerbang kesuksesannya. Mulai dari guru PAUD hingga dosen di perguruan tinggi, mereka adalah guru yang telah mengajar, mendidik dan membimbing kita (peserta didiknya) tanpa kenal lelah. Lagu ‘Guruku Tersayang’ adalah gambaran kecil akan jerih payah guru. Karena bagi peserta didik, guru adalah orangtua kedua bagi mereka setelah ayah dan ibu. Maka, berbaktilah dan hormati jasa para guru kita.
Sebagai guru (baik guru PNS, honor maupun kontrak), momentum peringatan hari guru sudah sepatutnya dijadikan sebagai sebuah refleksi diri, perenungan dan evaluasi diri. Sudahkah kita menjadi guru yang terbaik dan berkualitas bagi para peserta didiknya? Sebagai pengajar, sudahkah kita mengajar dengan baik, menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dan menyenangkan bagi mereka? Bagaimana manajemen kelas yang sudah kita terapkan, display kelas, suasana kelas hingga materi yang kita sampaikan, sudah lebih baikkah? Pengajaran yang kita lakukan sudahkah terencana dengan baik sesuai dengan RPP yang kita buat? Sebagai pendidik, sudahkah kita mendidik mereka dengan hati yang tulus dan menjadi teladan terbaik bagi mereka? Karena guru adalah pengajar, pendidik, pemimpin dan teladan bagi para peserta didiknya. Kalau kata Pak Asep Sapa’at (Direktur Sekolah Guru Indonesia Periode 2012-2014) mengatakan “Guru adalah pemimpin, maka konsistenlah memberi keteladanan”. Semoga kita (sebagai guru) akan senantiasa mengupgrade diri dan meningkatkan kualitas diri sebagai seorang guru.
Siapa yang tak mengenal guru? Sosok yang dulu dikenal dengan julukan pahlawan tanpa tanda jasa, kini guru juga dikenal dengan pembangun insan cendekia. Kenapa bisa seperti itu? Berawal dari gurulah semua cita-cita peserta didik itu bermula. Guru yang senantiasa memotivasi siswanya dari belakang (Tut Wuri Handayani) untuk berani bermimpi meraih cita-cita. Bahkan, kalau kita cermati semua profesi di dunia ini bermula dari kiprah seorang guru. Profesi dokter, polisi, tentara, birokrat, bidan hingga presiden dulunya mereka semua adalah didikkan seorang guru. Betapa pentingnya peran strategis seorang guru bagi suatu bangsa. Kemajuan sebuah bangsa salah satunya ditentukan oleh pendidikan dan sang gurulah yang menjadi aktor utamanya. Coba kita bercermin dari negara maju yang sekarang menjadi perhatian dunia dalam hal kemajuan pendidikannya, yaitu Jepang dan Finlandia.
Perubahan itu berawal dari guru. Jepang, negara yang dulunya pernah luluh lantak oleh terjangan bom atom yaitu Nagasaki dan Hiroshima. Apa yang ditanyakan oleh Kaisar Jepang waktu peristiwa itu. Kaisar tersebut tidak menanyakan berapa jumlah tentara yang selamat atau berapa jumlah korban yang meninggal. Akan tetapi, sang Kaisar menanyakan “berapa jumlah guru yang masih ada?” Iya, Sang Kaisar menanyakan guru yang selamat. Karena berawal dari gurulah perubahan itu dimulai. Jepang tak butuh lama untuk bangkit dari keterpurukannya, bahkan negara Sakura tersebut kini menjadi negara super power. Satu lagi asal perusahaan Nokia, yaitu Finlandia yang juga merupakan negara yang dikenal pendidikannya terbaik di dunia. Kenapa Finlandia, negara kecil tapi bisa sukses menjadi terbaik dunia dalam hal pendidikannya? Tidak lain adalah guru. Di Finlandia, profesi guru sangat bergengsi dan sejajar dengan profesi dokter. Bahkan pemerintah Finlandia menyaratkan untuk menjadi guru SD harus bergelar master atau S2. Bagaimana dengan guru di Indonesia? Semoga pendidikan dan guru di Indonesia juga akan sejajar dengan Jepang dan Finlandia.
Refleksi peringatan Hari Guru semoga membuka mata hati kita semua (baik siswa, guru, orangtua, masyarakat maupun pemerintah) untuk berbenah diri dan menyadari betul akan peran pentingnya seorang guru. Sebagai perenungan, mari kita sejenak mencermati bait-bait Lagu Hymne Guru berikut ini. Terpujilah wahai engkau Ibu – Bapak Guru. Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku. Semua baktimu akan ku ukir di dalam hatiku. Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu. Engkau sebagai pelita dalam kegelapan. Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan. Engkau patriot pahlawan bangsa, pembangun insan cendekia. Terima kasih guru. Terima kasih Sang Pembangun Insan Cendekia.
*termuat dalam: http://poskomalut.com/2014/11/19/guru-pembangun-insan-cendekia/
0 comments:
Post a Comment