Saturday, 20 December 2014

Lesson Study, Barometer Peningkatan Kompetensi Guru

Pendidikan adalah elemen penting untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Karena kemajuan sebuah bangsa, dan kehebatan suatu daerah salah satunya ditentukan oleh pendidikan. Kemajuan pendidikan dimulai dari pengembangan sumber daya manusia. Salah satu SDM yang sangat berperan penting dan sangat strategis di dalam dunia pendidikan adalah GURU. Jika murid atau siswa sebagai peserta didik setiap hari berkewajiban untuk belajar, lantas apakah guru juga masih perlu belajar? Guru yang dianggap sebagai sosok yang paling berpengaruh dalam kehidupan siswa sudah sepantasnya menjadi teladan bagi peserta didiknya dan senantiasa berbenah diri meningkatkan kualitas keprofesionalannya sebagai seorang guru pembelajar. Guru yang professional akan sangat mudah ketika mengajar dan mendidik siswa siswinya manakala guru tersebut senantiasa meningkatkan kapasistasnya sebagai guru.

Karena proses belajar mengajar adalah interaksi antara guru dengan siswa. Guru mengajar, murid belajar. Tapi ada kalanya guru juga belajar dari siswa. Dalam kaitannya meningkatkan mutu pendidik inilah seorang guru juga harus terus belajar dan berbenah diri mengevaluasi atas kinerjanya selama ini sebagai guru. Pengembangan diri keprofesionalan guru biasanya dilakukan di setiap sekolah atau gugus sekolah yang tergabung dalam KKG (Kelompok Kerja Guru). Akan tetapi apa jadinya jika suatu KKG tidak berjalan dengan maksimal. Maka diperlukan strategi lain untuk mengembangkan kompetensi guru. Bertolak dari latar belakang untuk ‘peningkatan kapasitas dan kompetensi guru’ Sekolah Guru Indonesia (SGI) – Halmahera Utara mengadakan kegiatan Lesson Study bagi guru-guru sekolah dasar se-Kecamatan Loloda Kepulauan.

Lesson study atau kaji pembelajaran adalah suatu pendekatan peningkatan pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di Indonesia, lesson study telah diterapkan di tiga daerah yaitu Malang, Yogyakarta dan Bandung sejak tahun 2006 (Firman, 2007). Konsep dan praktek lesson study ini pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah Jugyou (instruction = pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research = penelitian, atau study = kajian). Lesson study dalam penerapannya bisa dilakukan di tiap sekolah atau gabungan beberapa gugus sekolah. Akan tetapi Lesson Study ini  berbeda dengan konsep KKG, karena dalam Lesson Study ini ada 3 tahapan utama dalam pelaksanaannya, yaitu tahap persiapan (Plan), pelaksanaan (Do) dan refleksi (See). Ketiga tahapan ini direncanakan, dilaksanakan dan direfleksikan secara bersama-sama oleh suatu komunitas lesson study.

Relawan pendidikan SGI Halut dalam menjalankan tugas pengabdiannya di Loloda Kepulauan telah mengadakan Lesson Study sebanyak 2x (Sabtu, 6 September 2014 dan Sabtu 6 Desember 2014). Kedua Lesson Study tersebut dilaksanakan di SDN Dama, Pulau Doi. Kegiatan tahap pertama adalah perencanaan yang terdiri atas sosialisasi, perencanaan dan pembentukan komunitas Lesson Studi Loloda Kepulauan. Para guru merasa senang mengikuti kegiatan ini karena dapat menambah wawasan mereka dan bisa sharing dengan guru-guru yang lain. Pada tahap pertama ini memutuskan rencana bersama tentang sebuah rencana pembelajaran dengan menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan menetapkan satu guru model sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar. Guru model dalam lesson study I ini adalah Alvauzi (dari relawan SGI).

Tahapan kedua dalam Lesson Studi ini adalah tahap pelaksanaan dan tahap ketiga adalah refleksi. Dalam pelaksanaannya dilakukan di dua ruangan yang terbuka satu aula. Ruangan pertama sebagai kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan guru modelnya sebagai subjek pengajar. Guru model melakukan KBM di kelas 6 SDN Dama dengan mata pelajaran Matematika, sub pokok bahasan tentang pangkat tiga. Dan satu ruangan lagi disetting untuk guru-guru peserta komunitas lesson study yang bertugas untuk mengobservasi semua kegiatan belajar mengajar dari awal pembukaan hingga penutupan. Para guru observer ini dibekali dengan lembar observasi guru mengajar dan lembar evaluasi catatan siswa dan guru yang sedang melakukan pembelajaran di kelas.


Tahap ketiga atau refleksi dilakukan usai kegiatan belajar mengajar guru model. Setelah selesai KBM semua siswa pulang sedangkan guru model beserta guru-guru yang lain melakukan refleksi pembelajaran. Refleksi diawali dari guru model terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan refleksi dari semua guru yang hadir sebagai observer. Masing-masing guru observer tersebut memberikan masukan, evaluasi dan penilaian terhadap guru model selama berlangsungnya pembelajaran. Dalam tahap ini terjadi diskusi yang cukup menarik antara guru observer yang saling memberikan masukan untuk perbaikan, mulai dari RPP, metode pembelajaran di kelas, manajemen kelas dan semua aktivitas selama pembelajaran.  Kegiatan refleksi ini semata-mata bukan menilai guru model, akan tetapi semua refleksi berupa masukan, kritikan dan saran-saran tersebut juga buat masing-masing guru itu sendiri. Demikian pemaparan Nuril Rahmayanti selaku tim ahli dari SGI. Usai melakukan refleksi bersama dan diskusi yang cukup panjang, semua peserta komunitas lesson study ini merumuskan kegiatan lesson study untuk pertemuan selanjutnya. Dengan adanya lesso study komunitas Loloda Kepulauan ini semoga bisa menjadi wadah dan barometer dalam meningkatkan kompetensi guru yang ada di Loloda Kepulauan. Bangga jadi guru, guru berkarakter, menggenggam Indonesia.

#termuat dalam: http://poskomalut.com/2014/12/17/lesson-study-barometer-peningkatan-kompetensi-guru/

0 comments: