Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Sunday, 28 May 2017

Rahasia Dibalik Petir & Bakteri


Hujan selalu menghadirkan berjuta perasaan. Terlebih saat kabut hitam itu juga mendendangkan suara menggelegar. Aku duduk termenung di depan bilik asrama bambu. Kenapa setiap hujan turun terkadang diiringi juga dengan petir yang menyambar? Bagaimana bisa terjadi kilatan cahaya dan dentuman keras itu? Apa fungsi petir diciptakan? Bukankah cukup dengan hujan untuk menyuburkan tanaman? Lalu bagaimana dengan petir?
.
.
Rasa penasaran dan teka-teka tentang petir akhirnya terjawab saat saya membaca buku "Belajar Mikrobiologi dengan Petunjuk Al-Qur'an". Rasanya tepat sekali dengan kondisi saat sedang membaca buku tersebut bertepatan juga dengan suasana hujan yang diiringi pekikan petir. Lalu apa hubungannya petir dengan bakteri? Mari simak penjelasan singkatnya.
.
.
Penjelasan tentang petir dijelaskan dalam Al-Qur'an pada Surat Ar-Ra'd (guruh) ayat 12: "Dia yang memperlihatkan kilat kepada kamu, mebimbulkan ketakutan dan pengharapan, dan Dia yang mengadakan awan tebal". Berdasarkan ayat tersebut petir dibalik suaranya yang menakutkan, tapi ternyata juga menimbulkan harapan pada manusia.
.
.
Terkait bagaimana proses terjadinya petir secara ilmiah cukup panjang penjelasannya. Nah, ternyata dibalik gelegar suara petir yang menimbulkan rasa ketakutan ternyata petir juga menimbulkan terhantarnya gas nitrogen (N2) ke permukaan tanah. Semakin tinggi frekuensi kejadian petir, maka akan semakin banyak menghantarkan nitrogen ke permukaan tanah.
.
.
Unsur nitrogen adalah unsur hara makro esensial yang diserap tanaman dlm proses pertumbuhannya. Nah, gas nitrogen tersebut saat ke tanah akan difiksasi (diikat) oleh mikroorganisme (bakteri) tanah. Inilah kaitannya antara petir dan bakteri. Bakteri penambat N ini bersimbiosis dgn akar tanaman. Menurut Suprio Guntoro (penulis buku tersebut) bakteri-bakteri tersebut bekerja secara kolektif (berjamaah), sistematis, rapi dan konsisten. Keberadaan bakteri penambat N tersebut menyebabkan ketersediaan nitrogen dalam tanah terjamin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur.
.
.
Itulah penjelasan singkat rahasia dibalik peran petir dan bakteri secara ilmiah berdasarkan petunjuk dari Al-Qur'an. Mari kita senantiasa mentadaburi Al-Qur'an.


Kota Hujan, 2 Ramadhan 1438 H / 28 Mei 2017

Saturday, 27 May 2017

Latih Adaptif, Agar Ramadhan Produktif


Tak terasa bulan yang dirindukan telah datang. Ramadhan namanya. Gimana rasanya? Senang atau sedih dengan hadirnya bulan puasa ini? Setiap kesan pertama harusnya menghadirkan perasaan yang istimewa. Gimana puasa di hari pertama kali ini? Lancar kan? Tidak ada kendala yang menghadang bukan? Sudah bikin target-targetan yang ingin diraih di bulan spesial ini belum? Pokoknya hari pertama itu pasti seru dan banyak pertanyaan. Tentunya kalau ngomongin soal puasa, yang harus pertama dilakukan adalah “adaptasi” menghadapi kebiasaan baru yaitu tidak makan dan tidak minum dari pagi hingga sore. Kenapa harus adaptasi?

Oya sebelumnya bagi yang belum tahu adaptasi, arti sederhananya adalah penyesuaian diri. Mengapa harus menyesuaikan diri (adaptasi). Iya, karena kita menghadapi hari yang tidak seperti biasanya, bukan? Tak hanya adaptasi dengan menahan lapar dan dahaga saja, tapi juga harus penyesuaian diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa. Karena dalam hadits pun sudah diingatkan bahwa banyak orang puasa tapi hanya mendapatkan lapar dan haus saja, kenapa bisa terjadi?? Karena meski secara fisik puasa, tapi melakukan hal-hal yang dapat mengurangi esensi puasa itu sendiri, contohnya ghibah, dll. Bicara perihal adaptasi ini sangat penting sekali untuk menghadapi tempat baru, suasana baru, kondisi baru atau bulan baru seperti bulan Ramadhan yang teramat spesial ini. Sebelum bicara tentang adaptasi ini lebih jauh, mari kita sejenak belajar “adaptif” dari tanaman tomat.

Belajar Adaptif dari Tanaman Tomat

"Bukan yang terkuat yang mampu bertahan,
melainkan yang paling adaptif dalam merespons perubahan"
 (Charles Darwin dalam teori Survival of the fittestnya).


Sama seperti tanaman tomat dan mungkin juga dialami oleh tanaman lain. Kali ini saya ingin sedikit cerita tentang tanaman tomat yang saya pelihara saat ini. Mulai dari semai waktunya sama. Ditanam pada tanggal yang sama. Tumbuh di lahan tanah yang sama, yaitu depan asrama tempat tinggalku sekarang. Perlakuan diberi pupuk yang sama, yaitu saya kasih pupuk kandang (kotoran kambing). Saat musim panas dan jarang hujan, sorenya saya siram dengan air yang sama yaitu air kolam ikan yang berada persis di sebelahnya ini. Akan tetapi dalam berbunga dan berbuah tak sama.

            Begitu juga dengan kesuburan tanaman bernama ilmiah Solanum lycopersicum ini juga berbeda-beda. Meski perlakuan sama, tapi ada yang mudah layu saat kondisi panas menyengat. Ada juga yang tetap subur dan kokoh menghadapi cuaca tersebut. Kalau secara "tumbuh", semuanya tumbuh. Walaupun ada yang terhambat, ada yang lebat dan ada juga yang layu. Pun sama halnya dengan "berkembang"nya juga beda-beda. Itulah kehidupan tanaman tomat, meski menghadapi musim yang sama, berada di tempat yang sama, dan tinggal di tanah yang sama, tapi kehidupan subur dan segarnya berbeda. Inilah yang dinamakan adaptasi.

Tumbuh dan berkembang memang berbeda parameter. Bertumbuh itu soal kuantitas, sedangkan berkembang itu lebih ke kualitas. Dari pertumbuhan dan berkembangan tanaman tomat ini kita bisa ambil banyak pelajaran tentang adaptasi. Kemampuan adaptif tomat menjadi kunci keberhasilan bertumbuh & berkembang hingga menghasilkan buah yang siap untuk dipanen. Sama halnya dengan kehidupan kita. Kemampuan "adaptif" sangat diperlukan bagi diri kita dimana pun kita tinggal, kita bekerja dan kita hidup di lingkungan mana pun. Teruslah tingkatkan adaptif kita agar tetap produktif dalam berkarya. Lalu apa kaitannya adaptasi dengan Ramadhan yang sudah tiba ini? Mari kita simak pembahasan selanjutnya.

Agar Ramadhan Lebih Produktif

Kembali ke pokok bahasan kita tentang adaptasi di bulan Ramadhan. Ilustrasi tanaman tomat tadi hanya sebagai gambaran saja tentang pentingnya memiliki kemampuan adaptasi dalam hidup. Kenapa kita harus beradaptasi di bulan puasa? Sebagaimana kita ketahui bersama, saat kita puasa maka energi yang kita miliki jumlahnya terbatas. Maka kita harus pandai mengelolanya. Biasaya saat kondisi puasa, tubuh kita mudah mengantuk dan lelah secara fisik. Nah, disitulah kita harus beradaptasi. Tidak hanya tubuh saja yang harus beradaptasi, tapi kebiasaan dan pola hidup ita juga harus beradaptasi dalam beraktivitas seperti biasanya.

Meski kondisi kita sedang berpuasa, produktivitas kita harus tetap fight. Bukan banyak tidur dan banyakin diam tak bergerak hanya untuk menanti waktu berbuka tiba. Tapi tetap melakukan hal-hal seperti biasanya saat kondisi normal di 11 bulan sebelumnya. Disinilah kita harus pandai beradaptasi dengan bulan yang agung ini. Berikut ini ada tips-tips cara kita beradaptasi agar Ramadhan kita tetap produktif, yaitu:

1.      Buat target amal yaumi
Saat kita berpuasa, jangan sampai mengendurkan semangat kita dalam melakukan amal yaumi (ibadah harian) kita. Justru kalau bisa bertambah dan meningkat dibandingkan hari-hari biasanya, misalnya kalau biasanya baca Al-Qur’an cuma 3 lembar, saat Ramadhan minimal 1-2 juz / hari, sholat tahajud misalnya targetnya 4 rakaat tiap hari, sholat dhuha misalnya ditarget 4 rakaat per hari. Dan amalan sunnah lainnya. Kenapa harus dibuat target minimal? Agar kita menjadi terarah dan terjadwal dalam menjalani aktivitas selama Ramadhan. Buat target yang sederhana, tidak memberatkan dan kita enjoy bisa melaksanakan dengan baik target tersebut

2.      Buat target pencapaian sesuai passion kita
Selain membuat target amalan yaumi, kita juga perlu membuat target aktivitas lainnya yang sesuai dengan hobi dan passion kita. Misalnya: membaca buku targetnya 20 lembar per hari, meresensi buku seminggu sekali, menulis satu lembar per hari, membuat desain tiap hari, merancang eksperimen, dan lain-lain yang sesuai dengan bakat yang kita punya. Kenapa harus ditarget? Agar lebih terarah dan kita bisa mengisi waktu-waktu luang kita selama Ramadhan tersebut. Buat target yang simple dan kita bisa mengerjakannya secara konsisten

3.      Manajemen diri dengan baik
Ini adalah kunci utamanya. Jika kita ingin Ramadhan kita lebih produktif, maka kita harus pandai memanajemen diri kita dan manajemen waktu kita selama berpuasa tersebut. Manajemen diri mulai sehabis sahur hingga berbuka puasa, bahkan sampai malam sehabis sholat terawih. Kapan waktunya istirahat, menghadiri kajian, membantu orangtua, membaca buku dan aktivitas lainnya perlu kita atur dan kita manage agar puasa kita tetap berkualitas. Produktif tidaknya kita selama Ramadhan bergantung pada manajemen diri yang kita terapkan. Mumpung masih di hari pertama ini sudahkah kita memanagenya dengan baik? Sudahkah membuat targetan yang ingin dicapai selama 30 hari berpuasa ini? Jika belum, segeralah dibuat karena masih ada 29 hari lagi. Selamat beraktivitas menjalani puasa dengan penuh semangat dan tetap produktif.


Kota Hujan, 1 Ramadhan 1438 H (27 Mei 2017 M)

Thursday, 11 May 2017

Profil Guru Inspiratif 25 Finalis Literacy Awards


The mediocre teacher tells. The good teacher explains.
The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.
(Guru biasa, memberitahu. Guru baik, menjelaskan.
Guru ulung, memperagakan. Guru hebat, menginspirasi)
<<< William Arthur Ward >>>

Setiap pertemuan lahirkan sejuta kenangan yang tak bisa dilupakan. Pertautan antara rasa, gelora bahagia, dan untaian kebersamaan di bilik asrama SMP Cendekia Baznas ini masih saja terbersit dalam sanubariku. Apakah engkau dan kalian juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan ini? Hehe. Rasa-rasanya susah diungkapkan dengan deretan aksara ataupun diungkapkan dengan kata-kata. Mungkin hanya hati yang bisa merasakan indahnya pertemuan diantara para guru inspiratif tersebut. Itulah secarik kesan yang membekas selama mengikuti rangkaian kegiatan Literacy Awards yang digelar oleh BAZNAS dan Republika ini.

            Seperti biasa kalau baru pertama ketemu, hal yang dilakukan adalah kenalan. Sembari ngobrol dan bertukar pengalaman, para finalis ini pun mengeluarkan oleh-oleh berupa makanan khas daerahnya masing-masing. Gazebo tak beratap yang berada di depan asrama SMP Baznas ini menjadi tempat nongkrong para guru inspiratif ini menghabiskan malam pertama kedatangan. Suasana malam Kota Hujan kala itu tampak bersahabat. Cuaca cerah ditemani oleh pancaran rembulan dan beberapa bintang menambah khidmat obrolan seru diantara para finalis tersebut.  

Aku merasa bersyukur bisa bertemu dengan para guru hebat ini. Guru-guru hebat dari berbagai jenjang mengajar, mulai dari pengajar TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi. Bahkan ada juga yang masih mahasiswa tapi sudah mengajar, hingga yang sudah berpengalaman menjadi guru sudah puluhan tahun. Mengapa mereka dikatakan guru-guru yang hebat? Seperti kata William Arthur Ward di atas, yaitu “The great teacher inspires”. Guru yang hebat adalah guru yang menginspirasi. Guru hebat adalah guru pembelajar yang senantiasa belajar dan mengembangkan kualitas dirinya. Karena bagi guru pembelajar, sepanjang hidupnya adalah belajar. Minal mahdi ilal lahdi. Long life education. Belajar sepanjang hayat.

Dalam kesempatan emas ini aku dipertemukan dengan para pendidik hebat, para guru pembelajar, dan guru pejuang yang menjadi finalis Literacy Award. Berasal dari berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke. Beda logat, beda dialek, tapi kalau sudah ngobrol jadi satu rasa yang asyik. Ingin tahu seperti apakah sosok para guru inspiratif tersebut? Para finalis ini sebelumnya telah melewati babak seleksi yang sangat ketat yaitu berupa membuat resensi buku “Ayah... Kisah Buya Hamka” dan membuat program inspiratif yang terisnpirasi dari buku karya Irfan Hamka tersebut. Berikut ini adalah profil singkat dengan program yang dibuat oleh 25 finalis tersebut.

1.      Ahmad Rusaidi
Akrab disapa dengan panggilan pak Arus (Ahmad-Rusaidi). Guru SMA asal Bantaeng, Sulawesi Selatan ini membuat program literasi berjudul “Sudut Baca As-Syifa”. Tujuannya yaitu mengoptimalisasi komunitas taman bacaan masyarakat yang dikelolanya. Terutama melalui cara-cara kreatif menambah sumber bacaan sehingga pengunjung tidak merasa bosan dan selalu ingin datang untuk mendapatkan hal baru.

2.      Ampuh Sejati
Guru muda yang masih berstatus mahasiswa ini juga menjadi pendidik di Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta. Pria kelahiran Banjarnegara ini mengusulkan program literasinya berjudul “Madrasah Ayah”. Program ini hadir untuk mewadahi para ayah dan calon ayah menuju keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah dan barokah. Kegiatan ini dilaksanakan secara online dan offline dengan peserta yang terdiri atas dua kelompok, yaitu calon ayah yang belum menikah dan ayah yang sudah menikah namun belum memiliki anak

3.      Amna Wati
Guru SMA yang terletak di Kota Lhokseumawe ini menyusun program literasinya berjudul “Read Land”, yaitu sebuah taman baca nyaman yang dihiasi berbagai hiasan hasil kreasi tangan. Program ini bertujuan untuk mengajak, merangkul, sekaligus membuka pikiran generasi Sukma Bangsa Aceh menjadi jiwa yang mantap melangkah. Goresan karya tulisan guru muda ini bisa dibaca dan diakses selengkapnya dengan mengunjungi blognya: www.amnawatiamna91.blogspot.com

4.      Arifin
Guru SMP Negeri 255 Jakarta ini membuat program literasi berjudul “Kompetisi Gerakan Literasi”. Kegiatan ini ditujukan untuk siswa SMP se-Jakarta, yang merupakan sebuah program membaca, meresensi dan mempresentasikan buku-buku karya Buya Hamka. Melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), guru Bahasa Inggris ini ingin sosok Buya Hamka dan karyanya menginspirasi guru dan siswa agar menjadi generasi yang gemar literasi.

5.      Asep Saeful Azhar
Guru SD Muhammadiyah Bandung ini membuat program literasi bertajuk “Catatan Harianku”.  Yaitu sebuah buku harian (diary) yang dibuat untuk membantu anak menjalankan kegiatan harian dengan baik. Tulisan guru sastrawan ini bisa dinikmati di www.asepazhar.blogspot.co.id

6.      Dian Riski Lestari
Guru SMAS Perguruan Cikini ini memiliki program literasi berjudul “Kampanye Baca Qur’an”. Sebuah program inspirasi memberantas buta huruf Qur’an pada remaja melalui kegiatan kampanye baca Qur’an di jalan saat Car Free Day (CFD), baca Qur’an di taman dan workshop tajwid. Alumni FE UNJ ini merupakan guru kreatif yang mengajar prakarya dan kewirausahaan.

7.      Dedi Sasmito Utomo
Guru SMKN 1 Kras, Kab. Kediri ini membuat program literasi berjudul “Taman Literasi”. Yaitu taman bacaan anak dan keterampilan (taman literasi), tempat anak-anak melakukan berbagai kegiatan mengasah keterampilan mulai dari membaca, membatik dan kegiatan lainnya.

8.      Desi Triyani
Guru SD SMART School Al-Haamidiyah Jagakarsa Jakarta Selatan ini membuat “Project Film Pendek Tokoh Islam” sebagai program literasinya. Project ini merupakan sebuah program yang terintegrasi dengan pembelajaran. Siswa belajar mengenai cinematografi sederhana, setelah sebelumnya melakukan studi pustaka dari tokoh Islam inspiratif pilihannya. Tulisan guru muda inspiratif ini bisa diakses di blognya: www.valuejourney.wordpress.com

9.      Elys
Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Binjai ini mengusulkan “Sekolah Menulis Kreatif” sebagai program literasinya. Sebuah program pelatihan menulis yang memiliki target menerbitkan satu buku antologi cerpen dan puisi bersama yang mengangkat satu tema spesifik tentang lokalitas budaya Binjai.

10.  Fitra Syaifullah
Guru SD asal Binjai, Sumatera Utara ini membuat program “Care and Share Garden” dalam Literacy Awards kali ini. Kebub berbagi dan peduli. Program inspirasi berupa pengelolaan kebun oleh siswa kelas IV-VI yang hasilnya dibagikan untuk para sivitas akademika sekolah tersebut.

11.  Hakkin Nizar
Teman satu kamar saya dan satu perjuangan bersama sebagai guru di SMA Plus Liwaul Furqon Bogor. Guru pengampu pelajaran fisika ini mengusulkan program “Young Leaders”. Yaitu program pembentukan karakter dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan bagi siswa yang bertolak pada 2 kegiatan yaitu Workshop Leadership dan Philantropy Leadership. Untuk membaca goresan karyanya bisa dinikmati di www.hakkin-nizar.blogspot.com

12.  Henny Tahura
Guru SMPN 1 Binjai ini membuat program “Pelatihan Menulis Inspiratif” yang menjadi finalis dalam Literacy Awards kali ini. Program tersebut bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa dalam berkarya bagi siswa SMP yang akhirnya menghasilkan satu antologi cerpen bersama sebagai salah satu goal dari program ini.

13.  Heru Budi S
Guru SMA Pembangunan Satu (Pesat) Bogor ini membuat program “Literasi Jurnalis Pelajar Islam”. Sebuah inspirasi program berupa kegiatan Workshop sehari selama 6 jam untuk mencetak jurnalis pelajar Islam yang handal sebagai juru dakwah di mading, media sosial dan media massa. Materi workshop terdiri dari 2 jam tentang menulis itu menyenangkan dan bernilai dakwah, 2 jam langsung praktek menulis dan 2 jam diskusi membahas hasil tulisan

14.  Karlina Aprimasyita
Guru SD asal Lampung ini menyusun program literasi berjudul “Gerakan Baca Qur’an dan Salim Ayah”. Gerakan baca Qur’an sebelum tidur dan salim ayah dipersembahkan untuk anak pemulung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah Bakung di Bandar Lampung. Gerakan untuk memulai mengenal Qur’an dan membangun hubungan anak-ayah melalui mencium tangan (salim) sebelum aktivitas. Goresan aksara karya guru muda ini bisa dibaca di www.jagoanhamster.blogspot.co.id

15.  Laily Nurtawajjuh
Guru yang satu ini merupakan kakak setingkatku di Sekolah Guru Indonesia (SGI). Saya SGI 6, sedangkan mbak Laily SGI 4. Aktivis SGI yang kini menjadi fasilitator program SMT (School of Master Teacher) SGI di wilayah Lombok membuat program literasi berjudul “Pustaka Masjid”. Sebuah program yang berupaya menghidupkan masjid melalui fasilitas perpustakaan. Goresan pena karyanya bisa dibaca di blognya: www.senseipetualang.xyz

16.  Maya Septina
Guru Bahasa Inggris MAN 21 Jakarta Utara ini membuat program literasi dengan judul “Writing is My Need” yang bertujuan untuk melejitkan kecerdasan literasi siswa menuju MAN 21 emas. Program pembiasaan membaca bagi siswa yang dilakukan secara bertahap setiap hari

17.  Maulana Firdaus
Mahasiswa tingkat akhir sekaligus sudah mengajar juga di Pesantren Man Ana Bogor ini memiliki program literasi berjudul “Pengembangan Hidroponik”. Program kewirausahaan pertanian ini bersinergi dengan petani di lingkungan sekolah. Sebelumnya program hidroponik ini sudah dikembangkan di sekolah tempat guru muda ini mengajar. Penggunaannya sampai saat ini baru sebatas untuk konsumsi warga sekolah.

18.  Muhammad Hairul
Guru SMPN 1 Klabang Bondowoso, Jawa Timur ini menyusun program literasi berjudul “Reading Emergency Zone (REZ)” yang bertujuan untuk membangun budaya literasi di lingkungan sekolahnya. REZ merupakan areal membaca darurat yakni memanfaatkan lokasi istirahat siswa di sekolah dengan memberikan berbagai bacaan ringan. Lokasi REZ memanfaatkan gazebo yang sudah ada dan tempat-tempat strategis yang sering digunakan siswa-siswi berkumpul. “Dalam dunia literasi, dosa guru bila tidak menyediakan bacaan berkualitas, dan dosa siswa bila tidak membacanya”

19.  Prima Rafika
Guru SMA IT Nurul Fikri Depok ini memiliki program literasi berjudul “One Month One Book” atau disingkat OMOB, yaitu membaca buku biografi pahlawan nasional. Setelah membaca biografi, siswa diwajibkan untuk membuat resensi atau sinopsis buku yang telah dibaca. Setelah itu, dua orang siswa berbagi hikmah di depan teman-temannya dari buku yang telah dibaca dan masing-masing siswa tersebut juga menempelkan daun pada pohon literasi.

20.  Rizki Aji Hertantyo
Guru SMA Future Gate Bekasi ini membuat program literasi “Sekolah Berbagi, Tetangga Terhargai”. Sebuah program berbagi bagi mereka yang melintas di depan sekolah yang membutuhkan. Program ini terinspirasi dari kisah Buya Hamka yang mengajak tukang susu dan tukang pisang berbuka bersama di rumah mereka.

21.  Risyca Nova Pujiastuti
Alumni jurusan biologi UIN Syarif Hidayatullah ini merupakan seorang guru SD yang kepala sekolahnya adalah ayahnya sendiri. Guru mata pelajaran Bahasa Inggris di SDN Depok Baru ini membuat program literasi berjudul “Library Corner”, yaitu pojok perpustakaan di dalam kelas yang dilengkapi dengan sticky notes, pesan kesan yang ditempel di dinding untuk memotivasi siswa. Untuk mengetahui goresan karyanya bisa mengunjungi blognya: www.antararisycadantweety.blogspot.co.id

22.  Siti Zulaedah
Pegawai honorer yang menjadi humas Institut Pertanian Bogor ini memiliki program literasi berjudul “IPB Mengajar”. Program ini ditujukan bagi 17 anak yatim dan 10 dhuafa yang berada di lingkungan rumah untuk meningkatkan kualitas keagamaan (memahami Qur’an) dan kualitas pendidikan. Sedangkan tenaga pengajarnya juga melibatkan beberapa mahasiswa IPB sebagai volunternya. Peraih Kartini Masa Kini Baznas 2017 ini juga aktif menulis di blognya: www.zulehumas.blogspot.co.id

23.  Tri Haryanto
Guru muda asal Tulungagung, Jawa Timur ini memiliki program literasi berjudul “Sadhajiwa” yang merupakan sebuah forum sastra yang telah dimulai sejak Februari 2017. Keberadaan paguyuban ini diharapkan mampu menaungi serta mendorong minat baca tulis masyarakat, utamanya mengenai kesusastraan dan kebudayaan nasional

24.  Titis Sekti W
Pendidik PAUD ABA Nurul Hidayah Surakarta ini membuat program literasi berjudul “Sekolah Orang Tua dan Program Cerita Ayah”. Sebuah program edukasi kepengasuhan dan pelibatan ayah melalui kewajiban membaca buku cerita pada anak sebelum tidur.

25.  Iin Amrullah (Pemilik blog ini, hehe)

Guru Biologi dan Pembina KIR SMA Plus Liwaul Furqon Bogor ini membuat program literasi berjudul “Coaching Literasi Santri”. Bentuk kegiatan ini terdiri atas 3 jenis yaitu workshop literasi, khalaqoh literasi dan literasi award bagi santri di lingkungan sekolah. Goresan aksara lainnya dan secarik inspirasi pena dari pemilik nama pena Kang Amrul ini bisa dibaca di blog ini: www.kang-amrul.com

Thursday, 4 May 2017

Catatan Penting Juri Literacy Awards


Sesi presentasi program adalah moment yang paling mendebarkan bagi para finalis Literacy Awards Baznas-Republika ini. Sekaligus menjadi ajang yang paling ditunggu-tunggu oleh dewan juri yang siap menilai dan memberikan masukannya. Siap gak siap harus siap maju ke depan. Mau gak mau harus mau berdiri di depan ruangan presentasi. Para finalis harus S4 (siap sedia setiap saat) untuk maju ke depan, karena urutan untuk melakukan presentasi kali ini secara acak. Tantangan kedua yang harus dihadapi finalis adalah waktu untuk presentasi hanya 5 menit (presentasi) dan 5 menit (tanya jawab). Disinilah para finalis harus cermat berstrategi dalam memanage waktunya.

            Sepanjang jalannya sesi presentasi ini, ada banyak hal penting yang sering ditanyakan oleh dewan juri yang sudah pakar di bidangnya masing-masing. Ketiga dewan Juri Literacy Awards tersebut adalah Ir. Mintarti M.Si dari P2 SDM, LPPM IPB (Penggerak 170 posdaya binaan IPB), Syahruddin El Fikri (Kepala Redaksi Republika Penerbit), dan Ahmad Fikri (Direktur Baznas Tanggap Bencana, Kepala Bagian Kemanusiaan Baznas). Bagi tiap peserta harus memahami karakter dari ketiga dewan juri tersebut. Kalau yang majunya agak belakangan mungkin masih bisa berkaca dan menganalisa jenis pertanyaan yang ditanyakan kepada finalis yang sudah maju lebih dulu. Tapi, kalau yang majunya lebih awal menjadi tantangan tersendiri yag harus ditaklukkan.

            Dalam setiap event perlombaan tentu berbeda-beda karakteristik dan jenis pertanyaan yang ditanyakan oleh dewan juri. Adapun dalam presentasi finalis Literacy Awards kali ini ada beberapa pola pertanyaan dan poin penting yang sering ditanyakan oleh dewan juri tersebut, diantaranya yaitu:

1.      Sebuah program yang diusulkan harus terperinci. Programnya simple, tapi bermanfaat.
2.  Penerima manfaatnya jelas. Tentunya karena acara ini diselenggarakan oleh Baznas dan Republika maka penerima manfaat dari program yang dibuat finalis harus merupakan mustahiq (orang yang berhak menerima zakat).
3.     Program yang dibuat harus fokus ke satu masalah, jangan terlalu luas atau melebar kemana-mana.
4.      Harus ada indikator keberhasilan program, ketercapaian program dan target yang jelas (ada tolak ukurnya).
5.  Program yang dibuat setidaknya harus bisa diduplikasi (diadopsi) dan bisa diterapkan di tempat lain
6.     Ada kontinuitas (program sustainable), adanya keberlanjutan
7.   Program harus yang unik, bukan yang sudah umum. Setidaknya harus ada kebaruan atau inovasi yang kreatif
8.  Keberhasilan program setidaknya dilihat dari adanya partisipasi masyarakat dan adanya keberlanjutan

Demikian sedikit catatan yang saya catat dan amati sepanjang jalannya presentasi dan diskusi finalis literacy awards. Mungkin masih banyak poin-poin penting lainnya yang belum disebutkan dalam tulisan ini. Semoga bermanfaat dan menjadi perhatian buat siapa saja yang hendak merancang sebuah program masterpiece ketika mengikuti sebuah event kompetisi. Salam literasi. Teruslah berkarya!


Wednesday, 3 May 2017

Gemar Literasi, Berbuah Prestasi



Sungguh awalnya tak menyangka bisa berdiri di atas podium Gedung Andi Hakim Nasution IPB ini. Tapi pepatah ini memang ada betulnya juga, bahwa sebuah hasil tak kan mengkhianati proses. Berawal dari tekad, tergoreslah impian yang kita semai itu. Faidza 'azamta fatawakkal 'alallah. Alhamdulillahi robbil 'alamin, hadza min Fadhli robbii. Terima kasih juga kepada rekan-rekan semua atas support dan doanya. Antara senang, bahagia, haru dan syukur bercampur menjadi satu tatkala namaku tercantum dalam 5 besar Literacy Awards ini. Alhamdulillah wasyukurillah.

Sesungguhnya setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan. Setiap masalah, pasti ada solusinya. Tepatnya seminggu yang lalu, atau H-4 sebelum acara finalis Literacy Awards ini diselenggarakan, aku baru saja mengalami musibah kehilangan HP yang dicuri oleh maling. Kejadiannya, saat itu aku sedang sholat shubuh ke masjid dan HP ditinggal di asrama. Kondisi kamarku dalam keadaan terkunci. Si pelaku masuk kamar lewat kamar mandi dalam. Mau gak mau aku harus mengikhlaskan Hpku tersebut. Mungkin ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian tersebut.

Dan hari ini (saat pengumuman pemenang 5 terbaik Literacy Awards) doa dan harapanku masuk dalam kategori ini, alhamdulillah diijabah oleh Allah SWT. Sejak kehilangan HP tersebut, aku sempat bertekad semoga bisa masuk juara dalam 5 besar tersebut. segenap persiapan dan strategi dalam membuat slide presentasi pun aku persiapkan dengan baik. Bahkan hingga sesaat sebelum tampil ke depan, aku sudah siapkan strategi terbaik saat giliranku tampil ke depan. Ternyata hari ini luar biasa sekali, alhamdulillah program yang aku buat berjudul Coaching Literasi Santri  meraih juara 1. Sungguh aku tak bisa berkata-kata lagi.

Kado Hardiknas

Dimuat di koran Republika


Kado spesial (penghargaan terbaik 1) ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku (Ibu Aisyah dan Bapak Djazuli). Karena dari mereka berdualah yang tak kenal lelah mendidikku hingga sekarang ini. Pancaran kasih sayang papa & mamaku ini telah membuatku kokoh berdiri melakukan perjalanan hidup hingga saat ini. Spesial juga buat adikku, Anisul Fuadi yang kini sedang menempuh kuliahnya. Doa kakak untukmu dek. Terus berjuang dalam mencari ilmu.

Buat semua keluarga yang tak bisa aku sebutkan satu per satu. Juga buat para guru dan para ustadz yang telah banyak mengajarkanku arti kehidupan. Guru MI Busthanuttholibin Cerih, guru MTs Al-Falah Cerih, guru SMAN 3 Pemalang, hingga para dosen Universitas Jenderal Soedirman. Tak lupa juga buat para ustadz-ustadzahku TPQ Jrumat, madrasah Diniyah awaliyah Cerih hingga Ponpes Salafiyah Pemalang. Juga buat para master guru SGI Dompet Dhuafa. Dan semua guru hebat lain yang belum disebutkan disini.

Pendidikan memang menjadi kunci utama kemajuan bangsa, bahkan diri sendiri. Bagi para guru, teruslah menjadi teladan bagi anak didiknya. Salah satunya adalah akrab dengan literasi. Sederhananya adalah mulai dari diri sendiri untuk melakukan gemar membaca, rajin menulis, senang berdiskusi dan musyawarah, bertualanglah mentadaburi alam-Nya.
Teruslah berbagi inspirasi, menebar manfaat. Sebagaimana ungkapan menarik Chrichton ini: Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika Anda berhasil, teruslah berkarya. Jika Anda gagal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik, teruslah berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya” (Michael Crichton, penulis novel “Jurassic Park”)

Selamat Hari Pendidikan, 2 Mei 2017

Resep Jitu Menulis Ala Syahruddin El-Fikri


Jika ingin pandai, maka MEMBACALAH
Jika ingin hidup 100 tahun, maka MENIKAHLAH
Jika ingin hidup selamanya, maka MENULISLAH
(Syahruddin El-Fikri)

Kenapa sih kita harus membaca? Kenapa juga kita harus menulis? Dan mengapa kita harus (segera) menikah? (bagi yang jomblo, hehe). Nah, mungkin quote tersebut menjadi salah satu jawabannya. Untuk pembahasan tentang menikah, nanti dibahasnya di lain waktu yah. Nah, untuk kali ini saya akan sedikit sharing pengalaman tentang pentingnya membaca dan menulis saat mengikuti kegiatan Literacy Awards. Kegiatan yang berlangsung di SMP Cendekia Baznas ini, salah satunya ada sesi materi tentang literasi sebelum para finalis melakukan presentasi programnya.

Materi literasi yang disampaikan oleh Pak Syahruddin El-Fikri ini bertemakan “Menciptakan Peradaban Unggul Melalui Gerakan Literasi”. Sebagaimana kita ketahui bahwa dunia literasi sangat erat kaitannya dengan tulis menulis, membaca dan diskusi. “Kesuksesan sebuah peradaban sangat ditentukan dengan kemajuan dunia ilmu pengetahuan”, ungkap Kepala Redaksi Republika ini. Beliau mengisahkan kemajuan peradaban Islam saat Dinasti Kekhalifahan saat itu. Hal tersebut terlihat dari adanya Baitul Hikmah, sebuah perpustakaan terbesar Dinasti Abbasiyah dan saat itu juga banyak ilmuwan dan cendekiawan Islam yang memperjuangkan peradaban tersebut melalui gerakan literasi.

Menurut Pak Syah, ada 3 hal yang harus dilakukan untuk menciptakan peradaban melalui gerakan literasi ini, yaitu membaca (iqro), menulis (faktubuu...) dan berdiskusi/musyawarah (wasyaawirhum....). Kaitannya dengan menulis, banyak hal yang beliau sampaikan kepada para finalis Literacy Awards ini. Seperti pepatah di atas, “jika ingin hidup selamanya, maka menulislah”. Karena karya seorang penulis meski sudah meninggal dunia, gagasan dan karya yang telah dituliskannya tersebut akan tetap hidup dan berguna untuk generasi berikutnya. Inilah manfaat dan pentingnya menulis. Efeknya tidak hanya masa sekarang, tapi jauh lebih dari itu yaitu menjangkau ke masa depan.

Apa yang mau kita tulis? Menurut beliau ada 3 hal yang bisa menjadi bahan tulisan yaitu tulislah apa saja yang terlihat (dilihat), tulislah apa saja yang terdengar (didengar) dan tulislah apa saja yang dirasakan. Lalu bagaimana cara memulainya untuk menulis? Menurut beliau, lakukanlah tahapan berikut ini:
1.    Tulislah hal yang paling mudah dan dipahami. Contoh: tentang bersepeda
2.    Persempit objek pembahasan (ambil sudut pandang tertentu)
3.    Fokus pada satu permasalahan
4.    Lakukan yang berbeda, tidak menduplikasi/plagiat

Selain menjelaskan tentang kiat-kiat menulis, penulis buku “Sehat dengan Wudhu” tersebut juga menceritakan kisah pengalamannya menulis buku tersebut dan membedah tentang seluk beluk kegiatan penulisan yang ada di Republika. Mulai dari menulis opini, features, artikel, berita hingga menjelaskan tentang dapur percetakan di penerbit Republika. Saat sesi tanya jawab Pak Syah juga sempat menyampaikan tentang sentuhan untuk menulis novel, diantaranya:
1.    Melakukan survey pembaca terlebih dahulu
2.    Buat alur yang menarik (pilihlah yang paling top atau istimewa)
3.    Awalilah dengan niat yang baik dan upayakan terus berwudhu
4.    Jangan lupa diimbangi juga dengan membaca buku

Sebagaimana kita pahami juga bahwa penulis yang baik juga merupakan pembaca terbaik. Best writer is best reader. Membaca yang merupakan proses mengisi bahan bakarnya, sedangkan menulis adalah proses aktualisasi dirinya. Jadi, teruslah rajin membaca. Saya jadi ingat juga dengan sebuah pepatah yang mengatakan “lahap membaca, gemuk informasi”. Teruslah menulis.