Melalui
blog ini saya ingin berbagi resume materi yang saya sampaikan dalam sharing
session yang diadakan oleh Komunitas Guru Cerdas Literasi SGI Learning
Community (Ahad, 19 November 2017). Berikut tulisan selengkapnya.
Ceritaku:
Awal Mula Menulis
Menulis
itu mudah tapi susah. Dibilang mudah tapi terkadang susah untuk mengawalinya.
Tapi kalau sudah berani mengawali kata pertama yang ditulis, maka akan terasa
mudahnya. Akan tetapi dibilang susah juga sebenarnya itu salah karena dikatakan
susah karena tidak mau mengawali dan mencoba untuk menulis kata
pertama. Karena kata-kata pertama yang kita tulis sebenarnya itulah yang
menjadi pemicu dan inisiator yang akan meningkatkan langkah kita untuk
meneruskan kata-kata selanjutnya. Mungkin menulis sama halnya dengan sebuah
presentasi. Ada yang mengatakan bahwa kekuatan dan suksesnya presentasi berada
di 5-7 detik pertama. Sama halnya dengan menulis yang terletak juga di kata
pertama yang ditulis. Kata-kata pertama itulah kunci utama yang akan membuka,
menerobos dan menembus rangkaian kata-kata, kalimat, hingga paragraf
selanjutnya.
Tapi
bagaimana mau mulai menulis, kalau sama sekali tidak punya ide untuk
memunculkan kata-kata pertama itu, sudah bingung, dicampur lagi dengan adanya kebuntuan
berpikir di jalan yang buntu. Selain itu, terkadang juga muncul rasa bingung
tidak bisa membuat kata-kata yang indah, putus asa di tengah jalan lantaran
pikirannya mentok, gagasannya kurang bermutu, tidak mampu mencairkan suasana
yang enak dibaca dan tidak percaya diri dengan apa yang dituliskannya. Itulah
sekelumit permasalahan yang terjadi dan dirasakan oleh penulis pemula. Hal ini
juga seperti yang aku rasakan juga tatkala mau memulai untuk menulis dan
menjadi penulis pemula.
Pada
awal sebelum aku menyukai dunia tulis menulis, aku hanya bisa bermimpi dan
menganggap menulis itu sesuatu yang sebenarnya mudah tapi juga susah. Padahal
sudah ada ide-ide yang bagus dan cemerlang menurutku tapi aku bingung dari mana
aku memulai menulisnya. Akhirnya aku hanya bisa bermimpi dan bermimpi ingin
menulis tapi tak pernah terlaksana. Aku bermimpi tulisanku dimuat di suatu
majalah tertentu atau memenangkan suatu ajang perlombaan hasil karya menulisku.
Ternyata waktu itu aku hanya bisa bermimpi tanpa ada aksi. Tanpa mau mencoba
dan berusaha untuk memulai menulis apa yang sebenarnya sudah ada dalam benakku
waktu itu.
Resep
Menulis 5W + 1 H
1. What is Writing?
•
Goresan kata-kata berpola SPOK
•
Ekspresi rasa dan cerita
•
Menuangkan ide/gagasan/pendapat
•
Mengimajinasikan pemikiran
•
Menyebarkan buah
kebaikan (kisah si burung pipit, seekor penyu dan sebatang pohon
kelapa) NB: kisah ini saya dapatkan pertama kali saat mengikuti workshop
menulis bersama Tere Liye
2. Why? Mengapa saya menulis?
•
Karena hobi
•
Memberikan sebuah pandangan
•
Menyampaikan pesan lewat tulisan
3.
When?
•
Kapan saja bisa, saat sedang ada masalah, dapat
kabar gembira, dll (diari)
•
Saat sedang kondisi enjoy
•
Saat menemukan ide/solusi dari sebuah masalah
4.
Where?
•
Dimana saja bisa
•
Cari tempat yang tenang dan nyaman
•
Di tempat yang sejuk dan sunyi
5.
Who?
•
Semua orang bisa menjadi penulis
•
Syaratnya:
a. Ada kemauan dan niat
b. Berlatih dan berusaha
6.
How....?
•
Pahami dulu jenis-jenis tulisan
•
Langsung dipraktekkin
•
Tips menulis itu ada 3 kata yaitu:
MENULIS....MENULIS....MENULIS......
Bagaimana
caranya menggali ide?
Ada banyak sumber untuk
menggali ide/gagasan yaitu berdasarkan pengalaman pribadi, media cetak &
elektronik, lingkungan sekitar, observasi ke lokasi tertentu, diskusi dan
wawancara dengan narasumber/pakar tertentu.
Bagaimana
cara mengasah kemampuan menulis?
Sebenarnya
caranya sama dengan syarat Semua Bisa Jadi Penulis, yaitu:
Pertama:
Menulis...!
Kedua:
Do Write...!!
Ketiga:
Uktub..!!! = Tulislah...!!!
Tips tambahan untuk mengasah
kemampuan menulis, yaitu:
1. Sering berlatih
Membiasakan
diri untuk menulis. Pasti bisa! Pasti Teyeng! Update status aja bisa, berkicau
di twitter aja sanggup, mengerjakan laporan praktikum aja gampang, apalagi
menulis?
2. Banyak membaca
Seorang
penulis pasti tak lepas dari membaca. Membaca dan menulis adalah dua sejoli
yang tak bisa dipisahkan. Membaca adalah amunisi yang canggih, senjata yang
tepat untuk bisa menulis. Seorang Lisa See lewat tokoh Paman Lu, dalam novelnya
berjudul Snow Flower berkata, “ Bacalah seribu buku, maka kata-kata akan
mengalir seperti sungai ”. Membaca yang utama memang dari buku, jurnal,
majalah, internet atau bentuk tertulis lainnya. Tapi jika yang tidak suka
membaca dalam bentuk buku, bisa lakukan membaca dengan melihat film, membaca
situasi atau peristiwa tertentu, membaca lingkungan, membaca travelling dan
membaca alam semesta yang begitu luas ini.
3.
Bertanya
dan berdiskusi dengan teman yang ahli dalam menulis.
Belajarlah
kepada mereka yang sudah berpengalaman lebih dulu. Minta dikoreksi, dan dibimbing
dalam proses penulisannya. Bisa juga dengan membaca karya orang tersebut dan
berdiskusi dengannya.
4. Mengikuti lomba menulis (LKTI, essay, dan
lain-lain), pilih yang paling disukai dan diminati.
Manfaatkan
peluang emas jika ada lomba, karena dengan mengikuti lomba kita akan tahu
sejauh mana kemampuan menulis kita. Walau masih pemula tidak apa-apa, itu
sebagai sarana melatih kemampuan kita. Gagal/kalah tak masalah, namanya aja
belajar. Kalau tips dari saya begini: cari lomba sebanyak mungkin, cari
yang gratis tapi hadiahnya lumayan gede dan pilih yang paling mudah, paling
kita sukai dan paling kita anggap mampu mengerjakannya.
5.
Jangan
pernah bosan menghadapi kegagalan, nikmati saja prosesnya.
Karena
kegagalan adalah guru terbaik untuk mengevaluasi kekurangan tulisan yang kita
tulis. Jika kita gagal/kalah dan tak pernah lolos dalam lomba menulis, jangan
sedih, jangan menyerah. Kita evaluasi diri, evaluasi tulisan kita kekurangannya
apa. Kembali minta masukan dan saran kepada yang sudah berpengalaman, minta
dikoreksi sebelum dikirim ke panitia lomba, banyak baca lagi, ikut
workshop/pelatihan tentang menulis, setelah itu action dan teruslah berkarya.
========================================================
Sesi
Tanya Jawab
1.
Yulisthina: Bgmn
sekiranya jika kita memiliki tulisan dan dianggap bagi diri kita sndiri itu sdh
tulisan terbaik namun ternyata di mata org2 karya kita tdk bagus
1. Bgmn menyikapinya???
2. Adakah tolak ukur atau standar tertentu yg
dpt digunakan sbg acuan untuk menilai tulisan itu sdh layak atau belum?
Jawaban:
Masalah ini sering dialami oleh semua penulis
baik pemula maupun yg sdh profesional bu. Saya pun dulu sering mengalaminya.
1. Cara menyikapinya adalah minta bantuan orang
lain (teman dekat atau siapa pun) utk membaca tulisan yg kita buat. Minimal 3
orang. Mintain tanggapan dari mrk. Ini yg paling mudah dilakukan. Dan kita hrs
terbuka jg mnerima masukan darinya
2. Apakah ada tolak ukur atau standarnya? Iya
ada. Tergantung jenis tulisannya bu. Tentunya yg paling mudah dicermati adalah
dari diksi (pilihan katanya), gaya bahasa yg digunakan, dan enak tidaknya
dibacanya. Sama kayak meracik sebuah masakan. Tentu tergantung selera.
Ditentukan dari bumbu yg kita racik tsb
2.
Louis Ifka:
intrupsi bertanya: tolong saran apa yg harus sy lakukan: ketika ad ide menulis
dlm otak kita sudah punya gambaran jelas tetapi ketika mulai do write macet? gmn
solusi?
Jawaban:
Masalah ini jg sering terjadi. Saat sdh ada ide
dlm otak, tp saat mau menulis macet. Tak bisa berkata2 atau bingung mau menulis
apa. Bagaimana langkah selanjutnya setelah menemukan ide? Kiat-kiat setelah
menemukan ide (khusunya jika mau buat karya tulis atau essay) adalah: 1). Cari
referensi tambahan 2). Observasi
langsung tentang materi yg ingin kita buat. 3).Menyusun
outline / map maping 4).Berdiskusi
dengan orang lain 5).Istirahat
sejenak juga perlu. 6).Atau
cari tempat dan suasana yg lain
3.
Miah Gunawan: Saya
mau tanya, bagaimana cara kita untuk memunculkan suatu ide cerita yg tidak
klise dan bagaimana cara mendapatkan elaborasi kata yg tepat dlm suatu tulisan?
Jawaban:
§ Sebelum
membuat tulisan, kita buat peta konsepnya dulu bu atau mind mapping tentang
cerita yg akan kita buat. Dibuat garis besarnya dulu dari alur, setting, dll. Sehingga
utk memunculkan ide cerita yg tdk klise sdh ditentukan sejak awal tadi. Kalau
sudah dibuat 3-5 paragraf, baca lagi dan lakukan editing sesekali. Atau kalau
saya lanjut aja mengalir menulis apa saja yg terpikirkan di otak. Baru ntar
editing di belakang.
§ Utk
melakukan elaborasi kata juga perlu banyak latihan bu. Dan sering aja menulis.
Kalau sekali dibuat lamgsung save dulu, atau boleh juga corat coret dulu di
buku baru diketik. Yang penting harus kaya diksi dan gaya bahasa yg menarik
sesuai cerita yg kita buat
4.
Nala: bagaimana cara
mudah menentukan poin pertama yg menarik
untuk mengawali sebuah tulisan? terlebih jika tema besarnya sudah ditentukan,
saya terkadang sering terjebak pada paragraf2 awal.
Jawaban:
Pilih sudut pandang yang spesial. Ada banyak
bentuknya bu. Tergantung konsep ceritanya mau seperti apa. Utk poin pertama hrs
yg unik dan menarik. Misal pakai perumpamaan, quote, atau yg lainnya disesuaikn
jenus tulisannya. Tulislah apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan
itu yg paling mudahnya. Saya akan berikan salah satu contohnya
5.
Ali: Apa
yang Guru Iin paparkan diawal tadi memang mewakili semua perasaan orang yang
mau memulai menulis terutama saya. Yang menjadi kendala terbesar bagi saya
adalah konsultasi dengan para penulis senior atau ahlinya untuk mengkritisi apa
yang sudah saya tulis.. Apalagi kita sama² tahu untuk interaksi langsung dengan
orang² yang sudah terkenal itu susah kalau tanpa ada penghubung terlebih dahulu.
Ditambah Lingkungan tempat saya berada sangat tidak mendukung. Juga link/atau
jaringan saya yang sangat terbatas bahkan bisa di bilang tidak ada. Akhirnya
kadang apa yang menjadi keluh kesah saya, opini dan tulisan (meskipun ala
kadannya😂😂) hanya di upload di fb.. Sementara kita
tahu di fb itu sangat jarang kita mendapatkan kritikan yg sesuai dgn yg
kita harapkan, yg ada terkadang komentar² alay yg datang. Bagaimana kira²
solusinya guru.??
Jawaban:
Kalau boleh tahu guru Ali dari mana asalnya? Menurut
saya tdk masalah diposting di FB, yg penting disampaikan dengan menarik. Boleh
jg klo ada posting di blog atau website pribadi. Jika ditmpt tinggal guru ali
ada komunitas penulis boleh gabung disana, atau boleh cari teman yg bisa diajak
buat diskusi bersama
6.
Nur Fadilah:
Bagaimana membuat ending yg menarik guru terutama pada cerita guru?
Jawaban:
Membuat ending yg menarik sama spt membuat awal
yg menarik bu. Yg penting ending itu harus nyambung dengan awal, dan tengah
agar jd satu kesatuan yg utuh. Saya kasih contoh tulisan yg pernah saya buat
judulnya menghukum dengan hati berikut ini paragraf akhirnya (ending)nya.....
Permasalahan
siswa tak selamanya harus diselesaikan dengan cara hukuman fisik. Berilah
hukuman yang mendidik bagi siswa-siswi kita tatkala mereka berbuat kesalahan.
Kalau saat kita mengajar dan mendidik mereka harus dengan hati, maka menghukum
anak (saat mereka salah) juga harus dengan hati. Saya jadi teringat dengan
pendapatnya Setiawan dalam bukunya yang berjudul Anak Juga Manusia, mengatakan
bahwa “anak bukan barang yang dipesan dari katalog yang disertai buku panduan.
Dia adalah titipan Tuhan yang sudah sepatutnya diperlakukan dengan baik. Anak
juga bukan robot yang tinggalplug and play. Dia punya hati dan perasaan, karena
anak juga manusia”. Iya, karena anak juga punya hati dan perasaan, maka
masukilah dunia dan hati mereka supaya riang gembira. Jika hukuman fisik terus dilakukan
kepada siswa tentu akan berdampak pada kondisi psikologis mereka. Oleh
karenanya, ketika anak (siswa-siswi) kita bermasalah, hukumlah dengan hati.
Cerita selengkpnya: http://www.kang-amrul.com/2015/03/menghukum-siswa-dengan-hati.html
7.
Aminah: Ketika menulis suka
bingung dalam penulisan kata yg tepat.. Bagaimana solusinya guru??
Jawaban:
Cari padanan kata (sinonimnya) bu. Usahakan
dalam satu paragraf kaya akan diksi. Caranya dg mencari sinonim kata dari kata
tsb. Usahakan tdk ada pengulangan kata yg sama dlm paragraf kecuali kata
penghubung
8.
Khatimatul Wilda:
Bagaiman cara memuncul rasa ingin menulis "sehingga menjadi hobi"
guru?
Jawaban:
Untuk memunculkan rasa ingin menulis (saya
sebutnya passion atau hasrat) atau dlm bahasa kerrennya lentera hati 😅.
Sehingga mjd hobi adalah dengan menyukainya terlebih dulu. Karena dgn
suka/senang maka kita akan jd hobi. Sama spt saat kita berhobi main bulu
tangkis misalnya. Kenapa hobi dg olahraga tsb? Tentu salah satu alasannya
karena suka/senang. Kedua, enjoy dan menikmati. Ketiga, alasan lain misalnya
ingin berbagi manfaat lewat tulisan yg kita buat.
Kalau kata trainer, motivator dan inspirator SuksesMulia pak
Jamil Azzaeni: "bila ingin menjadi seorang yang expert (ahli): pilihlah
kegiatan yang Anda KUASAI, Anda CINTAI, dan mengHASILkan". Prestasi
terbaik adalah tujuan akhir yang hendak kita tuju, sementara expert adalah alat
untuk mencapai tujuan itu
========================================================
Closing
statement untuk sharing session ini:
" Jika aku adalah MEMBACA,
dan kamu adalah MENULIS. Maka, kita adalah LITERASI.
Dua sejoli (membaca dan
menulis) adalah senjata ampuh yang bisa merubah sumber daya manusia, menajamkan
pengetahuan dan meraih kesuksesan.
Habis membaca terbitlah
menulis. Tulisan itu pun akan senantiasa bersinar menerangi bacaan. Begitulah
pepatah yang tepat bagi kedua pasangan sejati (membaca dan menulis) yang tak
bisa dipisahkan karena keduanya selalu beriringan.
Kekuatan membaca yang telah
kita serap akan meningkatkan keterampilan dalam menulis. Buah jatuh tak jauh
dari pohonnya, begitu juga dengan menulis, tulisan yang kita tulis tak lepas
dari bacaan yang telah kita baca sebelumnya.
Jenis atau genre buku yang kita
baca pun akan mempengaruhi cita rasa tulisan yang kita hasilkan. Menulis dengan
hati akan sangat berarti dibandingkan hanya menulis dengan emosi.
“Scripta manent, verba volent” yang berarti apa yang tertulis akan abadi
dan apa yang terucap akan musnah. Pepatah latin ini pun menjadi visi bagi
sebuah tulisan yang telah tergoreskan pena.
Menulis juga menjadi senjata
ampuh bagi para pencari ilmu, sebagaimana Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan
“ikatlah ilmu dengan menulis”. Menulis telah menjadi mesin penyimpan ilmu yang
tak pernah hilang ditelan zaman, seperti yang telah dilakukan oleh Imam
Bukhari, Imam Ghozali, Ibnu Taimiyyah, Imam Syafi’i, dan para cendekiawan
muslim lainnya. Walaupun orangnya telah tiada tapi karya-karya para tokoh ulama
tersebut sampai sekarang menjadi referensi dan rujukan bagi umat manusia.
Jika ingin umur panjang,
menulislah!
Salam Literasi
Iin
Amrullah
#EduWriter
0 comments:
Post a Comment