Sunday, 30 March 2014

Langkah Berjejak Tiga Guru


“Mendaki ojek, lewati telaga, semangat mengalir deras ke sekolah, bersama anak-anak bertualang ilmu” alunan musik yang digubah dari ninja hatori ini berputar di hati seketika.  Mari "membawa mereka ke dunia kita dan antarkan mereka ke dunia kita", begitulah papar lelaki yang akan bertugas mengajar anak-anak didiknya. SDN Tegal 01 itulah nama sekolah yang akan ditujunya. Sekolah ini terletak di Kampung Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. Di sekolah inilah jejak-jejak tiga guru mulai terukir.

Hari pertama mengajar di SD ini harus dilalui dengan ojek. Karena tidak ada angkot yang berlalu di sekolah tersebut. Dengan penuh semangat, ketiga guru muda ini naik ojek menuju sekolah. Kesan pertama adalah luar biasa, mendaki ojek, melewati telaga Kahuripan, dan melintasi jalan yang berkelok. Dan ternyata hari pertama “nyasar” ke SDN Tegal Jaya 01. Padahal sudah bilang sebelum naik ojek, kalau tujuannya ke SDN Tegal 01. Mungkin karena namanya hampir sama. Jadi, harap dimaklumi tukang ojek yang salah alamat mengantarkan kami. Putar balik lagi. Lumayan jauh. Akhirnya berdampak pula pada besarnya ongkos yang harus dibayarkan.

Seiring berjalannya waktu ojek telah menjadi transportasi yang harus digunakan menuju sekolah. Kami pun sudah punya ojek langganan, Pak Edi namanya. Keakraban kami pun semakin dekat dengan beliau. Pernah suatu ketika, saat pulang sekolah tak ada ojek pun yang lewat. Lumayan lama untuk menunggu kedatangannya. Walau sebenarnya cukup sms atau miscall pak Edi pun sebenarnya bisa saja dilakukan. Tapi, tak lama menanti. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. "Tak ada ojek, tiada angkot, pick up pun jadi". Iya. pulang bersama usai mengajar. Senang rasanya.cukup dengan melambaikan tangan, pick up yang berwarna hitam ini pun berhenti di hadapan kami.


Meskipun di sini dikenal dengan kota "1000 angkot", tapi masih banyak daerah-daerah sekitarnya yang tak terjangkau oleh transportasi massal ini. Kalau kata pak sekdes, daerah ini termasuk daerah "bukan desa bukan pula kota". Bisa diibaratkan seperti daerah payau (daerah mangrove), yang merupakan daerah peralihan antara darat dan laut. Salinitasnya tinggi. Sama halnya dengan daerah ini, penuh dengan keragaman yang ada. Ini sebelum seberapa, kalau dengar cerita penempatan di daerah nanti, transortasinya menggunakan kapal, perahu karet atau perahu bambu. Iya, karena disana harus melewati laut atau sungai yang masih asri. Masih ada buaya, ular atau hewan buas lainnya. Tapi itu semua bukanlah kendala. Ya, dimanapun mengajar harus dinikmati dengan penuh semangat dan syukur yang tinggi.


Jadi, bahagialah mendidik dan mendidiklah dengan bahagia. Apa pun yang harus dihadapi dan dilalui, itulah yang harus dihadapi, dilalui dan dirasakan dengan cinta. Karena mendidik itu harus dengan hati.

0 comments: