A.
Identitas Buku
Identitas Buku
Judul
buku : “Beta Guru Sudah”
Penulis : Sekolah Guru Indonesia
Tahun terbit : 2013
Penerbit : Dompet Dhuafa - Sekolah Guru
Indonesia
Kota Terbit : Bogor
Cetakan ke- : II (September 2013)
Tebal buku :
248 + xviii halaman
B. Sinopsis
Menjadi
guru di daerah pelosok nusantara adalah sebuah perjuangan mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tantangan dan rintangan yang menghadang tak
menjadi hambatan yang menyurutkan semangat juang para pejuang muda ini.
Melupakan kenyamanan dan memilih mengabdi di pelosok-pelosok negeri, seperti
yang ditempuh Haryati dan puluhan guru muda Sekolah Guru Indonesia (SGI) III
ini, bukanlah ajang mencari sensasi apalagi publikasi. Sebagaimana diceritakan
dalam buku ini, laku sepi di lokasi-lokasi penempatan menempa kedewasaan
mereka. Mereka menempa dengan jalan berbagi kepada anak bangsa yang kerap luput
kita perhatikan adanya. Melalui pendidikan, guru muda SGI ini menebalkan
optimisme hidup di berbagai penjuru daerah Indonesia dan saat yang sama mereka
menguatkan kepercayaan diri bahwa mereka adalah pendidik sejati. Ya, bahwa
mereka berhak berkata, “beta guru sudah!”.
Mengajar
di daerah terpencil Indonesia merupakan perjuangan yang butuh banyak
pengorbanan. Para pejuang muda SGI ini berangkat atas dasar panggilan hati dan
cinta yang tulus dalam mendidik dan mencerdaskan anak-anak hebat mutiara
bangsa. Itulah cerita menarik yang disampaikan dalam buku berjudul “Beta Guru
Sudah”. Buku ini menceritakan tentang kisah-kisah inspiratif dari para guru
teladan yang telah mengabdi di daerah penjuru Indonesia. Haryati adalah salah
satu guru muda yang ditempatkan bertugas di SDN 29 Manggar, Pulau Buku Limau,
Kepulauan Bangka Belitung. Haryati berbagi cerita tentang semangat anak-anak
didiknya yang juga menjadi spiritnya dalam mendidik mereka. Cerita menariknya
adalah saat menghadapi malam di lautan, tiba-tiba saja perahu yang
ditumpanginya mati dan hampir setengah jam terombang ambing gelombang lautan.
Yang tak kalah serunya lagi adalah saat dia mengantarkan anak-anaknya untuk
berkemah juga harus menggunakan perahu karena lokasinya berada di seberang
daerah yang harus dilalui dengan perahu. Meski fasilitas yang jauh dari kata
mewah, anak-anak didiknya sangat antusias dalam mengikuti semua aktivitas
pembelajaran.
Buku
ini memberikan banyak hikmah dan pelajaran penting, baik dari gurunya (pejuang
muda SGI) maupun dari anak-anak didiknya. Antologi buku ini terbagi dalam 3 bab
utama yaitu Anak Pun Mengajari Kita Hikmah, Tiada Letih untuk Mencoba, dan
Abadilah Jejak-Jejak Pengabdian. Ketika membaca buku ini, kita akan disuguhkan
banyak pelajaran berharga dari anak-anak didik guru SGI. Pada bagian prolog
buku ini terdapat sebuah ungkapan rasa yang diucapkan oleh Torey Hayden, seorang guru anak
berkebutuhan khusus penulis buku "Sheila: Luka Hati Seorang Gadis Kecil
(One Child)". Torey berkata, “Aku belajar dari murid-muridku, kekinianlah
yang terpenting. Pada zaman
modern, kita cenderung berorientasi pada tujuan. Masalahnya, tujuan itu ada di masa
depan. Dan tak satu pun dari kita hidup di masa depan. Kita hidup sekarang.
Sekaranglah prosesnya. Aku hanya punya sekarang, jadi ketika bekerja dengan
mereka, aku harus hadir sepenuhnya, sadar sepenuhnya, dengan apa yang terjadi
di sekelilingku. Ternyata dengan begitu, aku
menemukan sesuatu yang kaya. Dalam segala keburukan, kecantikan, tragedi,
humor, di tengah semua itu, ada CINTA”. Iya, hanya
"cinta"lah yang membuat Torey bisa menghadapi semua tantangan itu.
Begitu juga dengan yang dilakukan oleh para guru SGI dalam menjalankan misi
pengabdiannya di daerah penempatan.
Dalam bab “Anak Pun Mengajari Kita Hikmah”
terdapat 14 kisah inspiratif. Dalam bab ini kita akan menemukan kehebatan
anak-anak didik yang penuh dengan talenta. Seperti Era Fajira (Siswa SDN 15
Woja, Dompu, NTB) yang rajin belajar dan suka membantu orangtuanya, ada juga
anak-anak pengukir prestasi di tengah keterbatasan, anak-anak yang memiliki
jiwa pemimpin (mampu mengayomi teman-temannya) dan anak-anak lainnya yang tak kalah hebatnya lagi. Dibalik
anak-anak hebat itu ada guru muda yang berperan dalam mendidik dan membimbing
mereka. Dalam bab “Tiada Letih untuk Mencoba” terdapat 15 kisah anak-anak yang tak kenal letih dalam
berlatih, selalu berusaha untuk mencoba dan meraih prestasi terbaiknya.
Ditengah-tengah keterbatasan yang ada, mereka tak pernah surut semangatnya dan selalu
ada guru hebat yang bisa membuatnya seperti itu.
Selain
mendidik anak-anak didik yang luar biasa antusias belajarnya, para guru muda
SGI ini juga melakukan kegiatan pengabdian masyarakat dimana tempat mereka
tinggal. Kisah-kisah mereka diceritakan dalam bab “Abadilah Jejak-Jejak
Pengabdian” yang terbagi dalam 12 kisah. Salah satunya adalah kegiatan baca
tulis yang diikuti oleh Miharsih (seorang ibu rumah tangga Kampung Tambleg,
Lebak, Banten). Di tengah kesibukan bertani atau terkadang sebagai pengasuh,
Miharsih mau belajar baca tulis bersama tim SGI. Langkahnya diikuti oleh
suaminya, yang juga tak bisa membaca dan menulis. Dengan semangat menggebu,
mereka berdua rela mengalokasikan sebagian waktu beristirahat di malam hari
untuk ikut belajar membaca dan menulis yang dilakukan oleh pengajar muda SGI.
Itulah jejak-jejak pengabdian mereka yang mampu menghidupkan semangat
masyarakat sekitar, mengobarkan tekad para guru dimana mereka mengajar dan
menginspirasi anak-anak didiknya dalam menggapai mimpi dan cita-citanya.
C. Kelebihan Buku
Buku
ini memiliki banyak kelebihan yang dapat kita ambil, karena buku ini bersumber
langsung dari kisah-kisah pejuang muda yang didapatnya saat pengabdiannya di
daerah-daerah penjuru nusantara, diantaranya adalah:
1. Memberikan
inspirasi bagi kita tentang perjuangan guru muda SGI dalam mendidik anak bangsa
di berbagai pelosok Indonesia.
2. Menampilkan
banyak hikmah dan pelajaran penting dari anak-anak didik kita yang bisa diambil
maknanya untuk diaplikasikan dalam hidup kita.
3. Memberikan
pencerahan bagi kita bahwa jangan pernah letih untuk mencoba dan belajar dalam
segala hal kehidupan ini.
4. Menampilkan
contoh jejak-jejak pengabdian kepada masyarakat dan semangat juang untuk
berbagi manfaat kepada sesama.
D.
Kekurangan Buku
1. Ada
beberapa kisah yang kurang sesuai dengan judul bab
2. Masih
dijumpai beberapa naskah yang diksi (pemilihan katanya) kurang menarik dan
terkesan monoton
3. Jumlah
halaman masing-masing kisah beragam (ada yang hanya 2 halaman, ada juga yang
sampai 5 halaman), jadi ceritanya masih mengambang dan belum tergambarkan
secara jelas.
Peresensi,
In
Amullah, S.Si
Presiden KM
Hexagonal
SGI VI Dompet Dhuafa
0 comments:
Post a Comment