Welcome Reader

Selamat Datang di blognya Kang Amroelz (Iin Amrullah Aldjaisya)

Menulis itu sehangat secangkir kopi

Hidup punya banyak varian rasa. Rasa suka, bahagia, semangat, gembira, sedih, lelah, bosan, bête, galau dan sebagainya. Tapi, yang terpenting adalah jadikanlah hari-hari yang kita lewati menjadi hari yang terbaik dan teruslah bertumbuh dalam hal kebaikan.Menulis adalah salah satu cara untuk menebar kebaikan, berbagi inspirasi, dan menyebar motivasi kepada orang lain. So, menulislah!

Sepasang Kuntum Motivasi

Muara manusia adalah menjadi hamba sekaligus khalifah di muka bumi. Sebagai hamba, tugas kita mengabdi. Sebagai khalifah, tugas kita bermanfaat. Hidup adalah pengabdian dan kebermanfaatan (Nasihat Kiai Rais, dalam Novel Rantau 1 Muara - karya Ahmad Fuadi)

Berawal dari selembar mimpi

#Karena mimpi itu energi. Teruslah bermimpi yang tinggi, raih yang terbaik. Jangan lupa sediakan juga senjatanya: “berikhtiar, bersabar, dan bersyukur”. Dimanapun berada.

Hadapi masalah dengan bijak

Kun 'aaliman takun 'aarifan. Ketahuilah lebih banyak, maka akan menjadi lebih bijak. Karena setiap masalah punya solusi. Dibalik satu kesulitan, ada dua kemudahan.

Monday, 26 December 2016

Temani Siswa Meraih Juara


Setiap pencapaian berawal dari proses. Serangkain proses yang mengharuskan kita untuk terus berikhtiar dan berusaha semaksimal mungkin. Adapun juara atau prestasi adalah bonusnya. Penghargaan adalah apresiasi atas jerih payah yang telah dilakukan.

Karena bermimpi saja tak cukup. Memang, niat dan kemauan adalah modal awal untuk sebuah langkah. Karenanya teruslah berkarya, berkontribusi dan mengukir prestasi. Sebuah hasil tak kan pernah lepas dari proses yang telah dilalui. Teruslah berteman dengan sabar dan sungguh-sungguh, karena itulah salah satu kuncinya.

Terbangkan cita-cita. Kobarkan terus kicauan semangat yang kan menemani jejak langkah berikutnya. Bentangkanlah spirit itu seperti saat kita berdiri di atas podium ini. Jangan lupa yang paling utama adalah SYUKURI atas torehan ini. Bersyukur dengan sepenuh hati. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan...???

Tetap pegang erat ilmu padi. Jadilah pembelajar sejati. Semoga teman-teman yang lain juga ikut tersengat motivasinya. Satu lagi yang harus diingat, faidza 'azamta fatawakkal 'alallah. Keep spirit do the best....!!!

Hotel Aryaduta Jakarta Pusat, 21 Desember 2016
(dikutip dari status Fbku)

Prosesi penyerahan hadiah oleh Sekjend Kemenkumham RI

Alhamdulillah, ikut bahagia rasanya. Akhirnya bisa mendampingi dan mengantarkan siswaku hingga ke moment spesial ini. Saya sebagai guru pembimbingnya juga turut senang dan bahagia yang berlipat. Karena ini adalah prestasi pertama bagi sekolah yang baru memasuki 5 tahun sejak berdirinya. Penghargaan pertama yang ditoreh Dzaki semoga menjadi pemicu bagi Dzaki sendiri (khususnya), bagi teman-temannya dan seluruh civitas akademika sekolah. Wahhh, pokoknya saya tidak bisa menggambarkan hadiah terindah ini bagi sekolah. Bisa jadi mirip dengan Film Laskar Pelangi.

Alhamdulillah wasyukurillah. Saya juga bisa hadir bersama Dzaki dalam puncak acara penganugerahan bagi para pemenang lomba. Manisnya prestasi terasa nikmat setelah kita melewati lika-likunya perjuangan hingga sampai titik puncak ini. Dalam kegiatan ini, saya juga bertemu dengan para guru pendamping yang siswa/siswinya meraih juara dalam lomba ini. Singkat cerita kami pun sempat bercerita dan bertanya-tanya tentang perjalanan mengikuti lomba ini.

"Guru Bahasa Indonesia yah pak?" tanya salah satu guru pendamping.
"Bukan pak, saya guru Biologi" jawabku sambil bercerita dan ngobrol dengan beliau yang siswanya menjadi juara 1 dalam lomba ini.
"Kok bisa? Baru kali ini saya ketemu guru sains yang menjadi pembimbing menulis" ujar guru Bahasa Indonesia SMAS Ehipassiko School Serpong Tangerang ini.
Kenapa? Karena rata-rata yang sampai juara disini dibimbing oleh guru Bahasa Indonesia. Karena biasanya dan memang rata-rata kalau lomba tentang menulis selalu guru Bahasa Indonesia yang ditunjuk sebagai pembimbingnya, tambahnya.
“Walau saya guru biologi, tapi saya suka dengan tulis menulis Pak” jawabku dengan mantap. Itulah alasanya hingga bisa hadir dalam kegiatan penganugerahan pemenang lomba ini.

===========================

Tiba-tiba saya jadi teringat dengan perjalanan dari memulai persiapan mengikuti lomba ini hingga akhirnya bisa berada di babak pemberian hadiah yang istimewa ini.

Semai Literasi, Raih Prestasi

Yeaahhh, akhirnya kelar juga. Enam naskah berhasil terkirim. Detik-detik injure time selalu ketar-ketir. Penuh menegangkan. Tepat dateline tinggal hitungan jam. Wajar aja ribuan pengakses di website yang sama. Badha isya baru terkirim nomor peserta sudah 2000an. Wuidih... Tiba-tiba laptop ngeheng, tak bisa digunakan. Padahal baru satu yang terkirim. Mungkin yang antri dan ngakses banyak pikirku

Laptop beberapa kali tak bisa diutak-utak. Giliran sudah normal, kini giliran sinyal yang menghilang entah kemana. Sudah jam 22.00 lebih. Akhirnya keluar cari sinyal depan sekolah. Mungkin karena banyaknya pengakses hingga panitia memutuskan memperpanjang DL hingga 1 Desember 2016. Alhamdulillah sedikit lagi. Tapi tanggung sudah dapat sinyal. 2 orang lagi berhasil terkirim urutan nomor peserta sudah 7000an. Wuidih... mantap...!!! Dan kini alhamdulillah keenamnya sudah terkirim. Ada rasa lega di dada. Setelah berkutat mengoreksi dan mencorat-corat naskah anak-anak. Awalnya ada sekitar 30an siswa yang mau ikut. Mereka semangat sekali walau DL pengiriman waktu itu tinggal 2 minggu lagi saat membaca info pengumuman depan mading sekolah. "Bagi yang mau ikut silahkan buat dulu di buku tulis, ntar kasih ke ustadz" tuturku kepada mereka.

Satu demi satu siswa mulai berkonsultasi menanyakan tips-tipsnya dalam menulis artikel. Padahal 2 minggu kemarin juga aku sempat ada acara di Purwokerto dan Yogyakarta. Tak masalah. Usai corat-coret naskah mereka. Tahap kedua pengetikkan, lalu print. Aku pun kembali mencorat-coret naskah mereka. Sembari menandai kesalahan, kekurangan dan saran-saran perbaikan dariku. Seperti biasa dalam kompetisi ada yang terseleksi. 

Struggle for life. Tapi kali ini struggle for competition. Dari 30an tadi hingga menjelang DL tersisa 6 siswa yang masih bertahan hingga selesai. Walau jadwal padat, harus bagi waktu, sampai-sampai jam istirahatlah waktu mereka untuk mengetik dan perbaiki naskah yang aku corat coret tadi. 
Selamat kepada 6 siswa tersebut yg mau belajar dan berproses dalam tahap demi tahapnya. Setelah berikhtiar, kini tinggal kita berdoa dan menunggu pengumuman dari panitia. Terus belajar dan jadilah pembelajar...! Oke, keenam naskah tersebut pun sudah terkirim ke panitia. Karena terburu-buru mengejar waktu DL pengiriman, ternyata ada yang kurang yaitu foto diri peserta belum sempat dimasukkan dalam lampiran naskah.

Daftar 6 siswa pengirim pertama

Karena mengetahui ada pengunduran batas pengiriman naskah, maka saya pun membuat pengumuman di mading. Bagi anak-anak yang masih mau ikut lomba ini masih ada waktu 1 pekan lagi untuk mengikutsertakan diri dalam lomba tersebut. Silahkan bagi yang mau ikut segera bikin naskahnya dan kasihkan ke ustadz (saya) jika mau dikoreksi dan bimbingan lebih lanjut. Akhirnya nambah ada 3 orang lagi yang ikut dalam lomba ini. Jadi totalnya ada 9 siswaku yang ikut serta dalam kegiatan lomba ini.

===========================

Baarokallahu fiikum. Mabruk ‘alan najah. Selamat atas prestasi yang diraih oleh Muhammad Dzaky Al-Murtadho (siswa kelas X asal Lampung) yang telah meraih prestasi gemilangnya sebagai JUARA HARAPAN II dalam Lomba Menulis Artikel Populer yang diadakan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI 2016. Tulisan karya Dzaky yang memenangkan lomba ini berjudul “Lilin Literasi: Menerangi Pelajar, Menghalau Narkoba” yang telah bersaing ketat dengan ratusan peserta lain yang mengikuti kegiatan perlombaan ini.

Para pemenang lomba menulis artikel Kemenkumham RI 2016

Kegiatan lomba menulis artikel populer tersebut diselenggarakan oleh Badan Penelitian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kemenkumham RI yang diikuti oleh siswa-siswi SMA/MA/SMK/sederajat se-Jabodetabek. Para pemenang lomba ini diundang oleh panitia untuk penyerahan hadiah dan penghargaan pada Rabu, 21 Desember 2016. Kegiatan penganugerahan tersebut berlangsung di Hotel Aryaduta Jakarta Pusat (Mezzanine Ballroom). Dzaki yang didampingi oleh saya sendiri selaku guru pembimbingnya turut serta menghadiri acara tersebut. Penyerahan penghargaan bagi para pemenang lomba juga dirangkaikan dengan acara Seminar Hukum dan HAM bertema “Revitalisasi dan Reformasi Hukum dalam Perspektif Penghormatan, Perlindungan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia”.
Menurut laporan panitia dalam sambutannya mengatakan bahwa lomba menulis artikel populer Hukum dan HAM tahun 2016 ini diikuti oleh 836 orang pelajar SMA/sederajat se-Jabodetabek. Ada dua tema yang diangkat pada lomba menulis artikel tahun ini yaitu:Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Pelajar”, dan Tolak Perilaku Seks Bebas di Kalangan Pelajar”. Seluruh artikel tersebut dinilai oleh tim penilai yang berasal dari Balitbang Hukum dan HAM Kemenkumham RI dan tim penilai independen yaitu Prof. Harkristuti Harkrisnowo (Guru Besar FH Universitas Indonesia), Prof. Arief Rahman (Pemerhati Pendidikan) dan Yosep Adi Prasetyo (Ketua Dewan Pers), hingga terpilih 6 artikel terbaik untuk masing-masing tema.
Dzaky dan kesebelas orang pemenang lainnya hadir dalam acara penghargaan ini. Pemberian penghargaan dan plakat pemenang dilakukan oleh Sekjend Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Masing-masing pemenang tersebut mendapat apresiasi dan tepuk tangan meriah dari para tamu undangan yang hadir dalam acara ini. Usai pemberian penghargaan, perwakilan pemenang lomba memberikan sepatah kata tentang tulisan yang telah dibuatnya. Dalam hal ini sambutan pemenang lomba diwakili oleh juara 1 dari kedua tema lomba tersebut.

           




Sunday, 27 November 2016

Memahat Passion Menjadi Action


Setelah sekian lama meninggalkan kampus ini, hari ini bisa bernostalgia mengenang jejak-jejak perjuangan selama berada di kampus ini. Terima kasih kepada BEM Fabio Unsoed yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk berbagi dan sharing dalam seminar kepemimpinan hari ini (12/11/2016). Bicara kepemimpinan memang menarik. Terlebih dalam diri setiap manusia sudah tertanam benih leadership itu. Hanya saja butuh pengelolaan diri dan pengaturan dalam memanage leadership tersebut. Kepempinan diri dalam memahat passion menjadi action. Mengasah leadership diri dalam menyeimbangkan antara hardskill dan softskill. Melalui tulisan ini saya coba ingin berbagi materi yang saya sampaikan dalam seminar tersebut.

"Alhamdulillah, luar biasa, dahsyat, wow...wow... kerren..." jawab peserta seminar saat saya tanya kabar mereka. Kalau jawabannya baik, itu sudah biasa. Maka, jawablah dengan kata-kata kreatif tersebut, tegasku pada peserta. Jawablah dengan sesuatu yang berbeda, istimewa. Kata-kata itu mempengaruhi perilaku kita. Perilaku dan kebiasaan kita akan membentuk karakter kita. So, bangun karakter kita mulai dari kata-kata yang positif, right? Yuph, berpikirlah dengan otak kanan saat ditanya kabar kita. Begitu prolog pembuka saat saya memulai menyampaikan materi kepada para peserta mahasiswa yang rata-rata masih tingkat semester 1 hingga 6 ini.

Seperti ekspresi sosok pemuda yang penuh energik dan semangatnya berapi-api. Itulah pemuda yang diharapkan dalam tema Hari Sumpah Pemuda kemarin (2016) "Pemuda Indonesia, Menatap Dunia". Bagaimana caranya? Ada 3 hal yang harus dimiliki sosok pemuda untuk mencapai visi HSP tersebut. Apa saja? Pertama, kualitas integritas yang tinggi. Ketiga, kapasitas keahlian dan intelektual yang mumpuni. Ketiga, karakter kepemimpinan yang peduli dan profesional. Dalam seminar ini saya lebih banyak mengulas poin yang ketiga, yaitu KEPEMIMPINAN. Nah, poin ketiga inilah yang menjadi titik poin dalam pemaparan saya kali ini.

Pada tahap apersepsi (sesi pendahuluan), wah kayak pembelajaran ajah ada apersepsi segala, hehe. Apersepsi yang saya lakukan adalah dengan tanya jawab dan memutarkan video singkat tentang 17 tipe mahasiswa. Lalu saya ajak mereka untuk berpikir tentang dimanakah posisi mereka? Karena peserta seminar kali ini adalah mahasiswa biologi, maka saya pun memfokuskan karakter dan kebiasaan orang biologi sesuai dengan pengalaman saya sebelumnya juga. Sebagaimana kita ketahui, mahasiswa BIOLOGI adalah paling sibuk sedunia, bahkan kesibukannya mengalahkan mahasiswa kedokteran. Mengapa? Selain kuliah, juga disibukkan dengan praktikum, laporan, pengamatan, praktikum, laporan, pengamatan, tugas terstruktur, dan tugas-tugas lainnya.

“Kamu termasuk tipe mahasiswa yang mana?” tanyaku memancing rasa penasaran mereka. Berikut ini adalah beberapa tipe mahasiswa, mau pilih yang mana? Itu pilihan.
1.      Mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang - kuliah pulang)
2.      Mahasiswa kunang-kunang laboratorium (asisten)
3.      Mahasiswa kura-kura (aktivis)
4.      Mahasiswa  3 K (Kuliah – Kantin – Kos-kosan)
5.      Atau tipe lainnya......???

Mau pilih yang mana? Itu hak kalian. Mau kuliah saja, silahkan. Tapi kalau bisa selain kuliah, juga aktif di organisasi bisa ikut di UKM/BEM atau menjadi asisten. Kalau mau idealnya ikuti semuanya. Idealnya mahasiswa pemimpin adalah kuliah OK, IPK OK, organisasi OK, asisten OK dan kegiatan tambahan yang menjadi “passion” juga OK. Emang bisa meraih itu semua? Iya, sangat bisa. Gimana caranya? Manajemen leadership, itulah kuncinya.

            Karena pada dasarnya setiap diri kita sebenarnya punya jiwa leadership, tinggal bagaimana mengelolanya. Salah satu cara mengasah skill leadership dalam diri kita adalah dengan jalan ikut berorganisasi. Karena lewat organisasi itulah jiwa kepemimpinan kita akan terasah. Oya sebelumnya saya juga memberikan 4 pernyataan kepada para peserta terkait hardskill dan softskill. Saat kita kuliah, buatlah empat pernyataan berikut:
1.      Hardskill biasa saja, softskill juga biasa saja
2.      Hardskill bagus, tapi softskill biasa saja
3.      Hardskill biasa saja, tapi softkill yang bagus
4.      Hardskill bagus dan softskill juga bagus

Pilih yang mana dari keempat pernyataan tersebut? Kalau mau jadi biasa-biasa saja berarti cukup pilih nomor 1. Tentunya kalian pasti ingin yang keempat kan? Yaitu ingin hardskill bagus dan softskill juga bagus? Karena itulah kondisi idealnya. Dalam artian jika menjadi mahasiswa pemimpin yang ideal antara hardskill dan softskillnya bagus. Antara akademik (kuliah dan praktikum OK), organisasi OK, asisten OK dan aktivitas lainnya (yang sesuai passion) juga OK. Dalam artian meski kesibukan seabrek, tapi ke semuanya harus seimbang. Lalu bagaimana caranya untuk meraih itu semua? Manajemen leadership, adalah kuncinya.
           
            Apa itu manajemen leadership? Kemampuan mengelola dan mengatur kepemimpinan dalam diri. Untuk mengelola manajemen ini rumusnya adalah dengan 3 M. Apa itu 3 M...??? 3 M itu maksudnya adalah 3 Manajemen, yang meliputi Manajemen Diri, Manajemen Waktu dan Manajemen Waktu. Ketiga manajemen ini harus dikelola secara bersamaan, jangan terpisah. Manajemen diri kaitannya dengan bagaimana mengelola kepribadian diri, mengelola emosi dan menata semua seluk beluk yang berkaitan dengan diri pribadinya. Manajemen waktu berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan waktu dalam setiap aktivitasnya sehari-hari. Yang ketiga adalah manajemen hati, ini terkait dengan mengelola hati baik hubungan dengan manusia lain (hablumminannas) maupun hubungan kita dengan Sang Pencipta (hablumminallah). Kenapa hati juga harus dikelola? Karena hati bukan hanya organ detoksifikasi, tapi ia adalah pengendali utama dalam tubuh. Jika organ itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuh yang lainnya. Begitu juga sebaliknya jika organ hati tersebut buruk, maka buruk pula seluruh tubuh itu. Begitu sabda Rasul dalam haditsnya. Karena hati ibarat raja bagi tubuh. Maka sudah sepatutnya juga harus dimanajemen.

Akhir kata untuk catatan singkat ini, terima kasih kepada para peserta yang sangat antusias. Pertanyaan demi pertanyaan yang menarik untuk dikaji dan diulas dalam seminar ini. Semoga sedikit sharing tersebut bermanfaat dan menginspirasi kalian semua. Sampai jumpa di lain kesempatan. Sebenarnya masih banyak yang belum tertulis terkait materi tersebut. Ada bahasan menarik terkait pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para peserta. Semoga catatn singkat ini bisa berguna dan bermanfaat bagi yang ingin mengembangkan diri. Bagi yang berminat untuk diskusi lebih lanjut bisa menghubungi saya langsung atau lewat media website ini.

Sebagai pamungkas, tak ketinggalan pula buat adik-adikku para pengurus BEM Fabio Unsoed atas semuanya. Sampai jumpa lagi di lain kesempatan. Terus tumbuh dan berkembang memantaskan diri serta menguatkan potensi diri lewat jalan organisasi tersebut. Jadilah generasi yang tidak hanya pandai dalam bermimpi, tapi juga menjadi generasi yang berbuat nyata dengan aksi, berkarya dengan inovasi dan bermanfaat dengan kontribusi. 



Purwokerto, 12 November 2016

Tuesday, 18 October 2016

Taman Baca Pulau Sebira: “Lejitkan Literasi Masyarakat Kepulauan”


Dimana kaki dipijak, disitu muncul spirit baru. Seperti menemukan puing-puing harapan. Ya, begitulah yang aku rasakan saat melakukan Ekspedisi Nusantara Jaya di Pulau Sebira. Bibit cita-cita itu tumbuh seketika. Memberi harapan walau dengan secercah impian. Seolah-olah telah usai melewati masa dormansi yang panjang. Semakin lama aku mengenali, menelusuri dan berinteraksi dengan mereka maka disitu pula tumbuh, berkecambah dan berkembanglah cita-cita itu. Cita-citaku, cita-cita team ENJ Jakarta juga cita-cita anak-anak pulau yang juga dikenal dengan Pulau Jaga Utara ini. Karena kehadiran adalah energi yang mampu meletupkan dan membangkitkan spirit cita-cita dan impian mereka. Begitu juga dengan kehadiran tim ENJ di Pulau Sebira ini.
Selain menjalankan misi ekspedisi dengan beragam program kerja yang sudah dilaksanakan, tim ENJ Jakarta juga punya program yang bersifat berkelanjutan. Salah satu sustaiable program tersebut adalah "Taman Baca Pulau Sebira". Sejak pertama kali dilaunching animo anak-anak sangat tinggi. Tiap hari ramai berdatangan anak-anak ke taman baca ini. Tak hanya anak-anak, kalangan orangtua pun punya euforia yang sama akan keberadaan taman baca sederhana ini. Taman baca menyimpan sejuta harapan. Masyarakat Pulau Sebira yang sangat welcome dan punya antusiasme tinggi terhadap kedatangan kami. Anak-anak adalah harapan masa depan bangsa ini. Merekalah generasi yang akan membuat pulau ini semakin maju dan berkembang. Aktivitas "membaca" adalah salah satu kunci pembukanya. Buku adalah senjatanya. Dan keberadaan taman baca adalah ruang sekaligus tempat untuk melejitkan potensi mereka.

Sebelum berangkat ke Pulau Sebira, tim taman baca sudah melakukan penggalangan buku untuk taman baca. Alhamdulillah, telah terkumpul kurang lebih 1.025 buku dengan beraneka macam jenisnya. Mulai dari buku pelajaran, cerita, novel, pendidikan, agama, dan lain-lainnya. Buku-buku tersebut berasal dari sumbangan donatur berbagai pihak, seperti Mizan, Rabbit Hole, Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau, dan para donatur individu lainnya. Melalui tulisan ini kami tim ENJ Jakarta juga mengucapkan banyak terima kasih dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para donatur yang telah memberikan buku-bukunya. Semoga buku-buku tersebut dapat berguna dan bermanfaat buat warga masyarakat Sebira dalam rangka menumbuhkan budaya cinta literasi dan menambahkan wawasan mereka.

Launching Taman Baca Pulau Sebira
Langit sore Minggu, 25 September 2016 tampak cerah berawan. Sebuah gedung bertuliskan “Karang Taruna” yang terletak di depan dermaga utama Pulau Sebira sudah ramai dengan anak-anak yang penuh antusias. Meski gedung tersebut masih tercium aroma bangkai yang sejak kemarin tim Taman Baca ENJ sudah coba telusuri, namun tak kunjung ditemukan asal muasal bau tersebut. Sepertinya berada di atas atap bangunan yang berisi peralatan musik, semen dan barang-barang lainnya milik warga Pulau Sebira. Seolah-olah bau itu pun hilang seketika, tapi terkadang tiba-tiba muncul lagi saat ada desiran angin yang masuk ke dalam bangunan sederhana ini. Tapi, entah karena semangat yang menggelora, antusias anak-anak yang membahana dan tim ENJ yang tak kalah serunya dalam pembukaan taman baca ini, bau itu pun seperti hilang dengan sendirinya.

Pekikan suara anak-anak disertai dengan beraneka macam tepuk-tepuk kreatif bergema di depan bangunan ini. Senyuman mereka membumbung tinggi menjulangkan energi-energi positif bagi warga masyarakat sekitar yang juga mulai melirik sumber suara yang ramai tersebut. Sesi pengkondisian dengan ice breaking tersebut menghadirkan kesan tersendiri bagi anak-anak hebat Sebira. Tiba waktunya acara inti yaitu peresmian taman baca yang nantinya akan menjadi tempat belajar bagi anak-anak ini. Secara resmi Taman Baca Pulau Sebira ini dilaunching dan diresmikan oleh Ibu Hj. Hartuti selaku Ketua RW. Orang nomor 1 Pulau Sebira ini sangat menyambut baik dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim ENJ atas peresmian taman baca tersebut. Pemotongan pita dan penyerahan buku secara simbolis menjadi penanda resminya taman baca ini didirikan.

Usai diresmikan, anak-anak pun berduyun-duyun secara bergantian meminjam buku-buku yang ada di taman baca. Awal mulanya tim taman baca sempat kualahan menghadapi animo anak-anak yang hendak mau meminjam buku. Tapi berkat kekompakkan dan pembagian tugas dalam penanganan dan pengelolaan taman baca, situasi tersebut dapat berjalan dengan tertib dan rapi. Anak-anak harus mengantri dan bersabar ketika hendak meminjam buku. Mereka juga dibatasi peminjamannya. Maksimal peminjaman buku berjumlah 2 buah buku. Terus yang boleh pinjam adalah mereka yang sudah mendaftar dan memiliki kartu peminjaman taman baca. Selamat membaca anak-anak hebat Pulau Sebira.

Kreativitas dan Inovasi Pengelolaan Taman Baca

            Dimana ada gula disitu ada semut. Dimana ada taman baca, disitu ada buku dan pembaca. Pepatah ini menggambarkan pentingnya keberadaan buku dan taman baca bagi masyarakat. Dibalik pelaunchingan Taman Baca Plau Sebira oleh tim ENJ Jakarta kemarin, satu hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan taman baca masyarakat adalah “kreativitas dan inovasi” dari para pengelolanya. Sejak persiapan awal penggalangan buku, pendataan, pelabelan dan penomoran buku adalah suatu keharusan yang harus ada dalam taman baca. Dari belakang layar inilah keberhasilan taman baca bisa berhasil. Taman baca tidak hanya fokus dalam pengadaan buku semata. Hal yang lebih utama lagi adalah adanya pengelola (pengurus) taman baca tersebut.


            Awal mulanya pengelolaan taman baca ini dilakukan oleh tim taman baca ENJ. Ragam kegiatan taman baca juga tidak fokus hanya penyedian buku dan aktivitas membaca, tapi lebih dari itu harus ada seni kreativitas dalam pengemasan kegiatan. Ice breaking, games, tepuk-tepuk, nyanyian, mendongeng dan aneka jenis kegiatan menarik lainnya juga harus dilakukan untuk memancing, memantik dan menarik hati anak-anak agar tertarik berkunjung ke taman baca dan meminjam buku. Karena kalau hanya dengan menyuruh anak-anak membaca, maka mereka akan menemukan kebosanan. Maka harus dibarengi dan diselingi dengan kegiatan yang positif, menyenangkan dan membuat mereka nyaman.

            Dalam pengelolaan taman baca harus ada pengurus atau pengelola yang bertanggung jawab untuk mengurusnya. Oleh karenanya saat masih berada di Pulau Sebira, tim taman baca mengadakan musyawarah dengan RW, para ketua RT, karang taruna dan perwakilan guru untuk membahas pengelolaan taman baca ke depannya. Taman baca ini tidak berhenti sampai disini, tapi harapan kami (tim ENJ) terus berlanjut. Oleh karena itu harus ada pengelola yang siap mengelolanya. Awal mula sempat ada yang memberi saran, kenapa gak digabung saja dengan perpustakaan sekolah? Buku-buku taman baca ditaruh saja di sekolah, begitu saran salah seorang. Tapi kami (tim taman baca ENJ) menyampaikan bahwa taman baca harus terpisah, berdiri sendiri. Kenapa? Karena taman baca ini bisa diakses oleh semua kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua. Kalau ditaruh di sekolah, masyarakat umum akan sungkan (enggan) untuk meminjamnya karena merasa malu atau tidak enak. Rapat selesai, akhirnya mereka sepakat untuk dikelola sendiri oleh mereka.

Keberlanjutan Taman Baca Pasca Ekspedisi

“Mewujudkan masyarakat Pulau Sebira yang cerdas literasi dan berwawasan global”, itulah visi didirikannya taman baca ini. Oleh karenanya untuk mencapai visi tersebut, diperlukan keberlanjutan. Kegiatan ekspedisi di Pulau Sebira telah usai. Akan tetapi keberadaan Taman Baca tersebut terus berlanjut. Keberadaan buku-buku yang sementara ini ikut ditaruh di gedungnya karang taruna masih ada yang mengelolanya. Kami bikin pengurus dan pengelolanya. Secara teknis di Pulau Sebira sudah ada tokoh pemuda yang mengelolanya, sementara itu kami (tim ENJ) yang berada di wilayah jabodetabek juga membuat struktur pengelola lagi. Membuat website, bikin proposal dan penggalangan dana juga penggalangan buku adalah kegiatan yang akan kami lakukan lagi untuk menyuplai kebutuhan taman baca tersebut.

Monday, 10 October 2016

Memaknai Ekspedisi, Temukan Arti

Foto: team ENJ Jakarta berfoto bersama di bawah Menara Suar Jaga Utara Pulau Sebira

“Di atas segala lapangan Tanah Air aku hidup aku gembira.
Dan dimana kakiku menginjak bumi Indonesia, di sanalah tumbuh bibit cita-cita
yang kusimpan dalam dadaku
(Bung Hatta)

Hmm, kali ini pun aku merasakan beraneka macam cita-cita baru tumbuh dan bermunculan warna warni inspirasi. Bibit-bibit impian itu bermunculan di saat menjelajahi pulau dan perjalanan ekspedisi ini. Entah kenapa aku sangat suka dengan quote yang diutarakan oleh Bapak Proklamator negeri ini tersebut. Terlebih saat aku berada di pulau terluar yang masih bagian dari nusantara ini. Seperti perjalanan Ekspedisi Nusantara Jaya yang telah kami jelajahi di Pulau Sebira, 22-29 September 2016. Bibit cita-cita itu tumbuh dari pulau dan hamparan lautannya, warga masyarakat, anak-anak, hingga local wisdomnya.
Dalam ekspedisi ini terlahir banyak makna dan nilai-nilai kehidupan yang kami temukan. Kalau dirunut sejak awal, pertanyaan itu muncul lagi “Kenapa harus ikut ekspedisi?”. “Bagaimana kehidupan di sana?”, “Apakah disana penduduknya friendly atau sebaliknya?” “Terus manfaat apa yang akan saya dapatkan setelah mengikuti ekspedisi ini?” Dan beragam pertanyaan lainnya yang sempat muncul dalam benakku. Mulai dari pelepasan secara resmi di dermaga JICT Tanjung Priuk, pemberangkatan di pelabuhan Muara Kamal hingga perjalanan selama ekspedisi ini, aku mencoba merefleksikan diri memaknai tentang ekspedisi ini. Dalam memaknai ekspedisi ini, ada beberapa arti kehidupan yang bisa kita ambil hikmahnya, diantaranya adalah:

1.      Manajemen Team & Memahami Karakter Orang
Siapakah team ENJ Jakarta itu? Team ini adalah tim hasil seleksi nasional Ekspedisi Nusantara Jaya 2016. Total pendaftar yang berjumlah sekitar 7400an, dan untuk keberangkatan Jakarta terpilih 25 orang yang berhak untuk mengikuti kegiatan ini. Selain hasil seleksi web, tim ENJ Jakarta juga ditambah dengan 33 orang dari hasil seleksi UNJ (Universitas Negeri Jakarta). Jadi total team ENJ Jakarta berjumlah 58 orang. Meski berasal dari kampus, pekerjaan dan asal yang berbeda-beda. Nah disitulah muncul kebersamaan yang kuat. Mulai dari menyusun program sejak persiapan sebelum berangkat ekspedisi hingga berlangsungnya ekspedisi. Team dengan background dan keilmuan yang berbeda-beda ternyata bisa menyatu bersama untuk menjalankan misi dan program-program yang sudah kami buat.
Saling memahami, saling mengerti. Dalam kegiatan seperti ini kita jadi tahu karakter tiap orangnya. Ada yang melankolis tapi terus eksis. Ada sanguinis, koleris dan ada juga yang plegmatis. Berbeda-beda tapi masing-masing punya keunikan tersendiri. Kekompakkan dan kolaborasi yang harus dijaga. Ada yang extrovert, ada yang introvert. Tapi semuanya jadi saling bahu membahu. Bergotong royong dalam melaksanakan tugas ekspedisi ini. Perbedaan usia dan pengalaman diantara kita semua menjadikan team ini saling melengkapi dan saling support satu sama lain. Semua belajar dan menjalankan amanahnya masing-masing. Ada yang pendiam, serius, humoris, kocak, suka melawak, dan beragam karakter unik dan kekhasan masing-masing. Dari yang sebelumnya tidak saling mengenal, ternyata kita jadi tim yang kuat dan kompak.
Dalam memanajemen team dengan beragam karakter diperlukan komunikasi yang efektif agar tidak terjadi miss-communication. Koordinasi tidak hanya sesama team saja, tapi juga ketika berhadapan dengan masyarakat. Terlebih saat berhadapan dengan masyarakat pulau pesisir, diperlukan ketajaman analisa, serta yang paling utama adalah memahami medan juang yang menjadi tempat kegiatan berekspedisi, dalam hal ini adalah Pulau Sebira. Walau sebelumnya kita belum ada yang assesment atau survei ke lokasi ke pulau ini, tapi kita beruntung karena ada teman kami yang bernama Randi yang merupakan orang asli pulau ini. Akhirnya sejak saat itu Randi dijuluki si “sumber terpercaya”. Karena dia yang lebih tahu dan paling tahu dengan tanah kelahirannya yang akan menjadi tempat kita berekspedisi.
Pelajaran lain yang bisa diambil dari tim ini adalah perlunya menjalin komunikasi dengan semua pihak yang ada di Pulau Sebira. Saat kami mengadakan kegiatan di lapangan sempat terjadi miss-komunikasi dengan karang taruna setempat, tapi hal tersebut bisa kami atasi dengan cepat. Meski kami hanya seminggu berkegiatan disana, tapi komunikasi dan koordinasi adalah hal yang mutlak harus dilakukan. Karena kita adalah tamu, maka sudah sepatutnya kita berbaur dengan mereka, dekati dan silaturahimi semua ketua dan tokoh setempat khususnya yang berkaitan dengan program yang akan kami jalankan disana. Salah seorang pengurus RT setempat juga sempat menegur kami meminta rundown acara selama seminggu. Agar tidak terjadi lagi miss-kom. Maka kami pun mempublikasikan rundown acara kami pada tiap sudut penting agar semua masyarakat tahu tentang kegiatan kami.
Satu hal lagi yang tim ini lakukan adalah berkoordinasi secara internal. Beruntung karena kami tinggal dalam tempat yang sama yaitu di dekat menara jadi mudah untuk berkoordinasi. Tiap malam kami mengadakan evaluasi dan refleksi tentang kegiatan yang telah dilakukan pada hari itu. Setelah itu dibahas juga persiapan untuk program-program esok harinya. Evaluasi, refleksi dan koordinasi persiapan esok harinya lagi, itulah strategi kami selama berkegiatan di Pulau Sebira. Sebagai penutup tentang team kami ini ada sebuah quotes menarik berikut ini:

"Jika teman baik hanya tahu kisah-kisah hebatmu,
sahabat sejati justru menjadi bagian dari kisah hebat itu"
(Randi Apriansyah)

Semoga kita (team ENJ Jakarta) tetap dan terus menjadi bagian dari sahabat sejati itu. Sahabat sejati yang berdaya dan berkolaborasi melahirkan kisah-kisah hebat selanjutnya.

2.      Hangatnya Keramahan dan Kompaknya Warga Pulau Sebira

Muara Kamal telah kami tinggalkan sekitar pukul 22.30 (22/9/2016). Sepanjang perjalanan malam di atas kapal dengan desiran ombaknya yang berdawai. Sepoi-sepoinya angin malam menambah ketenangan perjalanan ekspedisi kali ini. Kami terbagi menjadi dua kapal kayu yang masing-masing kapal menampung ±30 orang ini. Gemerlapnya bintang nampaknya agak malu-malu berbalutkan selimut awan malam. Yang terlihat hanya gelap dan kesunyian malam. Terlihat tanda-tanda cuaca menunjukkan muka mendung. Betul saja di tengah perjalanan, sesekali tetesan H2O turun membasahi kami. Untungnya hanya gerimis kecil dengan rintik-rintiknya yang juga masih bersahabat. Aku dan beberapa teman yang memilih berada di muka kapal, harus langsung beratapkan langit. Alhasil gempuran air ombak sesekali bergelombang dan naik ke atas kapal. Cipratan demi cipratan ombak pun kerap kali membasahi tubuhku dan beberapa teman yang berada di bagian depan kapal. Tapi, it’s Ok.


Pagi hari disambut dengan senyumnya mentari pagi. Alhamdulillah, perjalanan kurang lebih 9 jam di atas lautan akhirnya sampai juga di Pulau Sebira sekitar pukul 06.00 pagi (23/09/2016). Begitu pertama kali menginjakkan kaki kami di pulau yang juga dijuluki Pulau Jaga Utara ini kami langsung bebersih. Ada yang di rumah warga, juga ada yang ke masjid. Beberapa warga terlihat sedang menjajakan ikan asin di pelataran depan rumah, para-para dan beberapa tanah lapang yang menjadi tempat penjemuran ikan. Rumah Bu RW menjadi tempat berkumpul kami semua untuk koordinasi perdana ini. Perkenalan yang hangat, sambutan yang romantis dan sajian menu makanan dan minuman pagi di rumah Bu RW membuat kami sangat terkesan dengan keramahtamahan mereka menyambut kedatangan kami.
Warga Pulau Sebira yang mayoritas bersuku Bugis ini sangat antusias setiap menyambut kedatangan tamu dari luar. Setiap bertemu dengan warga, mereka ramah menyapa. Asalkan kita juga menyapa dan menegur mereka, maka mereka pun akan memberikan senyuman hangatnya. Yang terpenting adalah koordinasi dan sosialisasi yang harus dibangun terlebih dahulu. Kunjungi semua elemen kepala/pimpinan/tokoh yang ada di warga setempat, khususnya yang berkaitan dengan program yang akan kita jalankan. Beberapa kegiatan yang kami programkan dengan mereka pun berlangsung lancar dan penuh antusias yang tinggi dari mereka. Mulai dari outbond, lomba-lomba, pelatihan kreasi memasak, senam bersama, pemeriksaan kesehatan dan aneka macam kegiatan lainnya alhamdulillah mendapat support dari mereka.

3.      Sumberdaya dan Potensi Pulau Sebira


"Bertualang sejauh kapal terkembang. Bertafakur sejauh mata memandang. Bersyukurlah sejauh apa pun kaki ini melangkah....". Alhamdulillah wasyukurillah sampai juga di atas puncak menara ini. Begitulah sepatah kata yang tersirat saat pertama kali dan berhasil menginjakkan kaki di puncak Menara Suar "Jaga Utara". Menara setinggi 48 meter ini merupakan ikon Pulau Sebira. Menara ini dibangun pada tahun 1869 oleh Belanda. Kalau di bagian bawah menara tertulis Z.M Willem III. Lokasinya yang sangat strategis memudahkan untuk memantau pergerakan kapal yang melintasi pulau ini. Sampai saat ini menara tersebut masih kuat berdiri kokoh. Oya saat kita mau naik atas puncak ini kita harus sabar dan hati-hati mendakinya. Tangga yang ada dalam menara ini berbentuk spiral double helix. Mirip seperti struktur DNA. Kalau kita sudah sampai di puncak menara, kita bisa melihat seluruh wilayah Pulau Sebira dan beberapa gugusan pulau lainnya.
      Selain menara suar Jaga Utara yang punya daya tarik dan nilai historis tinggi, ada banyak keunikan dan potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Pulau Sebira ini. Salah satu yang dominan menonjol lagi adalah Ikan Selar. Gara-gara selar, warga pulau ini bisa naik haji. Gara-gara selar, bisa tingkatkan ekonomi mereka. Lebih jauh sebelumnya, gara-gara selar warga Suku Bugis bermigrasi dan menetap di pulau ini. Begitulah ikan selar menjadi "strong why" bagi sebagian orang di kepulauan. Spesies endemik dan ikan khas Kepulauan Seribu ini menurut warga, terbanyak ada di wilayah sekitar Pulau Sebira. Bukan hanya ikan selar saja, ikan-ikan lain dan berjuta flora-fauna lainnya terkandung dalam lautan Indonesia. Seharusnya "Jalasveva Jayamahe" menjadi bangkit kembali, bukan jargon semata yang dulu pernah berjaya di kancah dunia.

Sunday, 2 October 2016

Jelajahi Negeri, Tingkatkan Wawasan Bahari

Foto; Tim ENJ Jakarta saat pelepasan di JICT

"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu,
maka berjalanlah di segala penjurunya......" (Q.S Al-Mulk: 15)
Bismillah. Subhanalladzi sakhoro lanaa hadza wamaa kunnaa lahuu muqrinin...

Setiap perjalanan menggoreskan sejuta rasa. Perpaduan antara deburan ombak dan semilirnya angin laut malam siap kami jelajahi. Mengarungi samudera menuju pulau terluar ibukota. Pulau yang lokasinya harus melewati hamparan lautan dan ombak yang menerjang. Tak ada macet, tak ada saling berdesak-desakkan. Tapi yang ada hanyalah pemandangan luas seperti permadani raksasa bernama lautan dengan aneka pulau di sekitarnya. Kembali menikmati perjalanan kapal. Dari pelabuhan Muara Kamal menuju ke Pulau Sebira, sama seperti dari Tobelo ke Loloda Kepulauan. Kurang lebih 8 jam perjalanan. Ah, rasa-rasanya jadi teringat lagi dengan aroma lautan Maluku Utara.

Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang. Itulah tekad. Sulit diungkapkan dengan kata-kata. Saat mengkritisi, mengkomentari dan keluhan lainnya mungkin begitu mudah diutarakan. Begitulah kurang lebih pasca pengumuman peserta ENJ yang lolos seleksi diumumkan. Pasalnya banyak perubahan informasi, pengumuman yang telat dan aneka macam komentar yang beragam pun berseliweran di IG ENJ. Oke, kalau problem tersebut biarlah menjadi bahan refleksi dan evaluasi bagi kemenko kemaritiman selaku penyelenggara kegiatan ini. Tapi yang paling utama adalah berbuat, berkarya dan berkontribusi meski hanya seujung kuku pun mungkin belum ada. Menyalalan pelita di tengah gulita. Bukan untuk hari ini semata. Tapi segores ilmu, secarik pengalaman, sebongkah network dan puing-puing cerita perjalanan ekspedisi ini akan menjadi energi untuk menggapai rangkaian mimpi di masa mendatang.

Karena setiap perjalanan itu adalah pembelajaran. Maka setiap jejak langkah harus menjadi proses aktualisasi diri. Bertafakur alam. Mentadaburi setiap penjuru panorama. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Setiap mimpi punya alur ceritanya masing-masing. Tergantung niat, tekad dan ikhtiar yang dilakukan. Mari mem-biru-i jejak di penjuru nusantara. Walau tak mungkin menjelajah semua lanskape bumi pertiwi, tapi setidaknya menjejakkan kaki di sebagian kecil titik-titik pulau itu adalah sebuah impian yg terus diikhtiarkan. Sama seperti halnya dalam perjalanan ekspedisi nusantara jaya yang aku ikuti ini. Rasanya ingin sedikit flashback mengingat proses sebelum akhirnya benar-benar berangkat menuju ke Pulau Sebira. Ingatanku pada proses seleksi ENJ sejak bulan Juli yang lalu. Catatan perjalanan terkait kegiatan ENJ selengkapnya bisa dibaca pada tulisan selanjutnya yah, hehe.

Buat Apa Ikut ENJ....???
            Pertanyaan ini terbesit saat pertama kali membaca informasi tentang pendaftaran Ekspedisi Nusantara Jaya atau ENJ 2016. Informasi yang berseliweran di grup whatsapp kala itu tepat di bulan Ramadhan dan kebetulan sedang liburan sekolah membuatku tak perlu berpikir panjang untuk mendaftar. Browshing informasi dan menelusuri websitenya adalah cara pertama yang aku lakukan. Baca syarat dan ketentuannya, ternyata masih bisa ikut. Oke deh, insya Allah ikut. Waktu itu aku tak langsung mendaftar, tapi aku save dulu informasi tersebut dan catet DL pendaftaran dalam stick note di laptop sembari aku membuat esai terlebih dahulu. Apa itu ENJ? Kegiatannya apa saja, berapa lama, rutenya kemana saja? Info lengkap tentang ekspedisi ini bisa dilihat di http://www.enj2016.info

            Buat apa ikut ENJ? Iya, itulah pertanyaan pertama sebelum melangkah lebih jauh saat kita hendak memutuskan suatu hal. Karena niat itulah kunci pertama saat hendak melangkah. Alasanku ikut ENJ salah satunya bisa dibaca dalam esai yang aku buat sebelum mempublishnya di kolom register atau pendafatran secara online dalam website ENJ tersebut. Oya, sekedar berbagi tips bagi kamu yang ingin ikut ENJ tahun 2017 nanti (jika ada lagi) yang harus diperhatikan adalah pastikan persyaratan yang diminta panitia harus dipenuhi, seperti mengisi biodata, riwayat organisasi, prestasi, penghargaan dan essai buatlah sesingkat mungkin tapi harus jelas. Biar gagasan kita kuat dalam menulis esai, kita harus pahamai dulu latar belakang masalahnya. Intinya dalam form pendaftaran tersebut adalah berisi tentang track record kita, rekam jejak kita selama ini gimana? Kalau punya rekam jejak yang bagus, maka peluang untuk lolos pun terbuka lebar. Track record itu meliputi pengalaman organisasi, jejak prestasi, aktivitas sosial, dan segala bentuk aktivitasmu yang bermanfaat buat masyarakat sekitar.

Oya kalau mau tahu contoh esai, berikut ini adalah esai yang aku buat dalam seleksi ENJ 2016. Selamat membaca....!!!


Budaya Maritim Indonesia
(Esaiku dalam seleksi ENJ 2016)

Tanamkan budaya maritim Indonesia kepada para pemudanya. Kenapa? Karena di tangan para pemudalah kemajuan negeri ini dipegang. Kemajuan teknologi dan pengaruh budaya asing telah meninabobokan peran pemuda sebagai agen of change di negeri yang dijuluki sebagai “negara maritim” ini. Dulu sejak SD hingga SMA, saya mengenal Indonesia sebagai negara maritim hanya lewat pelajaran di sekolah. Waktu itu saya malah beranggapan Indonesia lebih tepat dijuluki sebagai negara agraris (pertanian) karena mungkin waktu itu saya hanya mengenal wilayah Pulau Jawa saja. Baru ketika saya kuliah, saya mulai terbuka tentang maritimnya negara republik ini. Lebih tepatnya lagi saat pasca lulus kuliah, saya bertugas sebagai relawan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa dan ditempatkan di Loloda Kepulauan, sebuah pulau terluar dan terpencil di Maluku Utara selama setahun (2014-2015). Disinilah mata saya terbuka luas dan wawasan kemaritiman saya semakin dalam tentang potensi bahari dan kekayaan maritim wilayah Indonesia Timur. Sayangnya potensi laut yang luar biasa itu tidak dibarengi dengan penguatan pendidikan di pulau-pulau terpencil, terluar dan terdepan (daerah 3T). Disana mutu pendidikan masih rendah, ekonomi masih lemah, belum ada listrik dan akses informasi yang sulit terjangkau karena belum adanya jaringan sinyal.

Padahal kita semua tahu kalau sejak dulu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Julukan ini memang sangat tepat, mengingat wilayah negara kita 70% adalah laut. Luas wilayah lautan Indonesia kurang lebih 3.257.357 km2. Akhyari Hananto dalam bukunya yang berjudul Good News From Indonesia mengatakan “Apabila kita tinggal 1 hari saja di setiap pulau di Indonesia, maka kita akan menghabiskan setidaknya 46 tahun untuk bisa tinggal di seluruh pulau di negeri ini. Jarak antara Sabang dan Merauke adalah 5.248 km, lebih panjang daripada jarak antara London (Inggris) ke Mekkah (Saudi Arabia) yakni hanya 4.788”. Tak hanya itu saja yang sangat besar secara luas geografis dan banyaknya jumlah pulau yang mencapai 17.000 pulau bahkan lebih. Kita pun tahu dengan pepatah “nenek moyangku seorang pelaut”. Bahkan semboyan “Jalesveva Jayamahe” (yang artinya di lautan kita jaya) menunjukkan kejayaan dan kekuatan maritim Indonesia yang telah ada sejak zaman nenek moyang.  Belajar dari sejarah Indonesia, dua kerajaan raksasa kita (Sriwijaya dan Majapahit) kala itu berhasil menguasai sebagian wilayah Asia Tengara, dan cukup terkenal dengan kekuatan kemaritiman mereka. 

 

        
    Bagaimana dengan kondisi maritim sekarang? Apakah budaya maritim masih melekat di hati generasi muda saat ini? Jika pemerintah tengah berupaya untuk mengembalikan Indonesia sebagai pusat poros maritim dunia, lantas apa yang bisa generasi muda lakukan untuk membangun kembali budaya maritim negara kita? Salah satu cara kecilnya adalah berkunjung ke pulau-pulau pelosok yang ada Indonesia. Karena dengan begitu kita bisa menjadi mengenal dan semakin cinta dengan budaya maritim Indonesia. Kalau sudah kenal dan cinta, maka kita pun harus menjaga, merawat dan melestarikannya. Pemuda-pemuda yang sudah terdidik coba datanglah ke pulau-pulau terluar. Apa yang bisa dilakukan disana? Banyak hal yang yang bisa dilakukan seperti mengedukasi anak-anak dan warga masyarakat, karena rata-rata di daerah tersebut masih rendah mutu pendidikannya, memberikan pelatihan dan keterampilan tentang pengolahan hasil laut dan solusi-solusi lainnya yang bisa kita lakukan saat mengunjungi pulau-pulau tersebut. Wahai pemuda, bergeraklah untuk mengembalikan Jalesveva Jayamahe negeri ini.

Selamat mempersiapkan diri bagi kamu yang pengin ikutan ENJ tahun 2017 mendatang. Persiapkanlah dan pantaskan diri kalian mulai sekarang juga.
           




Wednesday, 31 August 2016

Refleksi 26: Ukur Diri, Ukir Prestasi


Tumbuh itu pasti, soal kuantitas. Seperti halnya usia yang berkurang. Maka, teruslah berkembang, meningkatkan kualitas. Berkembang secara akal, kedewasaan dan pola pikir. Berkembang keimanan dan ketakwaan dalam setiap langkah hidup. Berkembang fikriyah dan ruhiyahnya. Teruslah bersyukur, berbenah, bergerak dan berkarya.... Bismillah....
Terima kasih kepada semua sahabat atas ucapan, do'a dan harapannya. Semoga kebaikan juga menyertai sahabat sekalian. Karena tidak ada balasan kebaikan, selain kebaikan pula. Maka, teruslah tingkatkan saldo kebaikan kita. Mohon maaf bagi yg belum dibales ucapannya. Selamat menempuh (fase) hidup baru
@Ruang Teater Gedung A Perpustakaan RI, 27 Agustus 2016

Meneguk Ilmu dalam Final GRCC 2016
Hari ini (27/08/2016) adalah hari istimewa. Selain karena hari ini bertepatan dengan hari kelahiranku, juga di hari yang sama aku (mewakili Saung Ilmu) mendapat kesempatan untuk menghadiri Awarding Gramedia Reading Comunity Competition (GRCC) 2016 di Gedung Teater A Perpustakaan RI. Sejak awal pengin datang tepat waktu. Tapi apa boleh buat saat KRL baru sampai Tanjung Barat harus terhenti dan tertahan hingga hampir 1 jam karena gangguan sinyal. Alhasil saya pun telat datang dan tidak bisa mengikuti acara dari awal.

Padahal saat sesi pembukaan ada sesi Inspirational Speech dari Pak Anis Baswedan. Karena terlambat, sedikit saya kutipkan beberapa pesan pak Anis yang diupdate oleh Budi Iskandar (SGI 7 - Pegiat Komunitas Ngejah) yang sudah hadir sejak awal. Berikut kutipannya:

"Pendekatan gotong royong perlu dilakukan dalam peningkatan kemampuan literasi" begitu kata Anies Baswedan dalam inspiration speech sebagai pembuka final #GRCC2016 Jawa barat, jakarta, banten dan lampung.

Bicara upaya meningkatkan minat baca masyarakat, ini bisa diawali dengan sebuah gerakan buka program. Ya. Gerakan lebih memungkinkan untuk menginspirasi orang lain diluar. Lebih dari pada sebuah program. Anies berpesan agar para pegiat literasi lebih banyak melakukan sebuah gerakan yang continue di lingkungannya masing-masing.

Saat ini Indonesia menjadi negara ke 60 dari 61 sebagai negara dengan penduduk yang memiliki minta baca rendah. Harapan agar indonesia bisa menjadi negara cerdas dengan membaca, maka salah satu solusinya adalah sebuah gerakan yang terus dilakukan.

Begitu kurang lebih yg diupdate oleh Budi melalui akun FBnya. Nah, saya datang di gedung ini sedang berlangsung sesi penyerahan hadiah bagi pemenang GRCC wilayah Indonesia Timur. Merinding euy melihat momen ini. Sekaligus menggugah motivasi dari mereka.

Acara berlanjut dengan presentasi 3 menit dari 10 finalis GRCC regional Indonesia Barat. Kesepuluh finalis ini dipanggil maju ke atas panggung dan mempresentasikan gagasannya secara bergantian. Mereka disuruh memaparkan idenya dan apa yang akan dilakukan jika menjadi pemenang GRCC ini.

Dari kesepuluh finalis ini awalnya bercerita tentang komunitas taman bacanya. Tentang kegiatannya, ragam keunikan, sebaran lokasinya, jumlah volunter, hingga capaian prestasi yang sudah ditorehnya. Secara umum memiliki kegiatan yang hampir sama dengan Saung Ilmu. Tapi masing-masing punya keunikan dan kekhassan yang diusungnya. Kegiatan utamanya literasi. Terus ada ruang ceria anak-anak yang diisi dengan games, dongeng, dan lain-lainnya. Ada parentingnya, training motivasi, outbond, tebar buku, pojok baca dan ragam kegiatan lainnya.

Usai presentasi finalis, acara dilanjutkan dengan Inspirational Speech dari Butet Manurung tentang apa makna membaca bagi orang Rimba. Banyak sekali pelajaran hidup, ilmu dan informasi yang menarik yang disampaikan oleh Butet yang lebih banyak menceritakan kisah perjalanannya ketika berjuang di sekolah rimba di wilayah-wilayah pedalaman. Salah satu quotes menariknya adalah “merdeka adalah ketika mereka bisa menulis kisah hidupnya dan bebas menjalaninya di hutan belantara”.

Acara puncak final GRCC 2016 ini adalah penganugerahan hadiah kepada para pemenang. Closing kegiatan ini ditutup dengan talkshow inspiratif oleh Sulaiman Budiman dari Kompas Gramedia tentang “Bigger impact Through Your Community”.

Bahagia Kuadrat

Perasaan hari ini campur aduk. Seperti gado-gado. Berasa nano-nano. Entah apa namanya. Bahagia yang berbunga-bunga. Alhamdulillah. Wasyukurillah.
Setelah seharian dari pagi sampai sore di Gedung Perpustakaan RI di Jakarta. Menghadiri acara awarding GRCC 2016 yg penuh inspirasi dan bertemu dgn para pegiat literasi Indonesia. Pak Anis Baswedan dan Bu Butet Manurung pun turut serta mengisi inspirational speech dalam acara ini.
Sepanjang perjalanan Jakarta-Bogor naik KRL berdiri karena padat penumpangnya. Sampai Bogor malam badha maghrib. Tinggal lelah yang bertumpuk. Tapi ada satu rasa yang masih terngiang yaitu "bahagia". Rasa letih yang mampir, tiba-tiba hilang seketika dan tumpah rasa haru saat pulang ke asrama ada surprise dari anak-anak hebatku (Kelas Jawara), teman seperjuangan sekamar (Hakkin Nizar) dan dihadiri pula oleh kepala sekolahku (Pak Efa Nasrifa). Aku tak bisa berkata-kata lagi. Haru bercampur bahagia duduk bersama mereka merekatkan manisnya ukhuwah diantara kami. Terima kasih semuanya. Syukron katsir
"Khaasibuu, qobla an tukhaasaabuu" begitu nasihat Sahabat Umar ini tiba-tiba teringat. Hisablah (dirimu), sebelum engkau dihisab (kelak). Introspeksi diri. Evaluasi diri. Syukuri. Mantapkan. Bismillah. Cemerlangkan diri menatap masa depan. Karena hari ini adalah bahagia kuadrat.
@Asrama Bilik Bambu, 27 Agustus 2016

Ukur Diri, Ukir Prestasi

Setiap langkah perjalanan hidup selalu menghadirkan suka-duka, pahit-manis, susah-senang dan aneka lawan kata lainnya. Satu tahun telah berlalu, bulan demi bulan terus berjalan dan hari demi hari terus silih berganti. Lantas apa yang sudah saya lakukan selama ini? Apa yang telah saya perbuat? Apa yang sudah saya kontribusikan? Apakah langkah hidupku sudah dalam koridor yang benar? Ahh, rasanya begitu banyak beraneka macam pertanyaan yang ingin ditanyakan dalam diriku yang penuh dengan salah dan khilaf ini. Satu hal yang pasti adalah syukuri. Iya itulah yang harus selalu lisan ini ucapkan, hati ini rasakan dan perbuatan ini amalkan dengan penuh kesyukuran kepada-Nya. Alhamdulillah wasyukurillah.

Tentang pencapaian dalam hidup, apakah hanya sekedar tumbuh? Atau juga berkembang selama ini? Sungguh sangat rugi jika selama ini hanya tumbuh saja, bertambah secara usia, bertambah berat badannya atau bertambah tingginya. Iya, jika hanya itu saja, maka sungguh merugi. Tumbuh harus dibarengi dengan berkembang secara kualitas. Karena perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, tapi keduanya berjalan seiringan. Perkembangan adalah soal kedewasaan, kematangan berpikir, ketakwaan yang meningkat dan yang jelas kualitas yang meningkat. Kualitas diri, kualitas iman, kualitas fikriyah, dan kualitas ruhiyah kita. Resapi, renungi, hayati dan refleksikan dalam diri dan hati nurani yang terdalam. Bismillah, laa khaula walaa quwwata illa billah.

Gimana kabar mimpi-mimpiku? Gimana kabar target dan capaian yang ingin diraih? Menganalisis diri memang perlu banyak perenungan. Belajar, berkarya dan berkontribusi. Menjadi pembelajar adalah terus mengevaluasi diri, kembangkan dan tingkatkan terus menerus. Insya Allah tekad itu akan terus menyala, semangat ini akan terus membara, cerminan diri hari ini pancarkan visi masa depan. Maka, sebagai pembelajar teruslah “ukur diri” dan “ukir prestasi”.


Percayalah semakin banyak amanah, akan menjadikan diri ini semakin profesional. Semakin banyak kesibukan, menjadikan kita semakin pandai mengelola waktu. Jadi, teruslah bertumbuh dan berkembang. Pantaskan diri, mantapkan pribadi untuk menggapai ridho-Nya. Let’s go Kang Amrul....!!! @^,^