Belajar untuk tahu. Belajar untuk melakukan. Belajar untuk menjadi. Belajar untuk hidup bersama. Begitulah kata-kata ini terpasang
di depan pendopo SMDH Boarding School “Mbangun Desa”. Persis di sebelah kirinya
juga tertulis “Mari Kita Ciptakan Budaya
Mau dan Mampu. Menjadi Bagian dari Siapa Saja”. Seolah-olah kata-kata
tersebut menyambut kadatangan kami (tim relawan SMDH). Tidak hanya di depan, hampir di setiap sudut
tempat ini (di tembok, tiang penyangga, teras, dan mading setiap kamar) berisi
kata-kata motivasi dari mereka. Kata-kata yang menurutku sarat akan makna yang
dalam. Kata, yang bukan sekedar kata. Di mading tertempel “13 Mimpiku di Tahun
2013” dari semua murid SMDH yang berjumlah 32 orang ini. Luar biasa mimpi
mereka dalam 1 tahun (tentang mimpi mereka, tunggu note selanjutnya). Ya,
karena mereka adalah anak-anak khusus dengan pendidikan khusus, yang membuat
tim relawan juga menjadi khusus.
Kedatangan kami disambut dengan hangat oleh mereka. Walau
sebagian mereka masih turun ke desa. Belajar di desa, bersama masyarakat, dan
mengabdi disana. Mungkin seperti KKN bagi mahasiswa. Tapi bagi mereka hampir
tiap hari turun ke desa. Inilah yang menjadikan mereka khusus. Seperti yang
sudah direncanakan sebelumnya oleh tim relawan SMDH, kali ini (23/5) adalah
agenda perdana kami setelah sebelumnya kami datang pertama kali ke sini (18/5),
syuro perdana di wisma Al-Izzah (21/5) dan silaturahmi ke rumahnya Pak Tedi di
Berkoh (21/3). Bergerak cepat, keputusan yang tepat, analisis yang dalam. Semua
berjalan lancar, sesuai rencana. Karena khusus, kita pun harus menyiapkannya
yang khusus juga buat mereka.
Agenda perdana ini berisi tentang “Bisnis Life Skill”
dengan pembicara utama adalah Pak Tedi (owner LURI Resto Purwokerto). Ternyata pak
Tedi membawa dua orang temannya, yaitu dari KPMI (Komunitas Pengusaha Muslim
Indonesia) dan Radar Banyumas. Inilah agenda pertama kami dalam sedekah ilmu
berbagi bersama anak-anak SMDH. Pak Tedi memaparkan tentang kisah perjuangan
wirausaha Rosulullah Muhammad SAW yang dilakukan sejak kecil. Banyak kisah yang
beliau sampaikan kepada anak-anak SMDH tentang sosok idola umat Islam ini. Pak tedi
menambahkan bahwa langkah-langkah dalam berbisnis diantaranya adalah jaga nama
baik diri kita sejak kecil (dikenal karena kemampuan), buang kegiatan sia-sia,
bangun kepercayaan (trush=separuh dari kesuksesan), belajar, belajar dan
belajar (meningkatkan pengalaman), berkumpul dan magang kerja dengan pengusaha,
menggali potensi yang ada di sekitarnya (kemampuan dan sumber daya alam).
Pedagang dan Pebisnis itu sama atau beda? tanya Pak Tedi
dalam pemaparannya. Jawabannya adalah beda. Kalau pedagang itu fokusnya
berjualan dan karakter pekerja, sedangkan pebisnis fokusnya pada pengembangan,
pemberian keunikan (nilai tambah) dan karakter manajerial. Tiga hal utama yang
dilakukan pebisnis adalah menyimpan, menghitung dan menganalisa pembeli. Beliau
begitu semangat menggebu-gebu dan mencurahkan semua ilmu pengetahuannya tentang
berbisnis yang sudah ditekuninya itu. Salah satu poin penting dalam berbisnis
adalah harus memiliki keunikan
tersendiri (berbeda dari yang lainnya) dan terkadang hal itu berawal dari
sesuatu yang konyol di luar kebiasaan. Keunikan tersebut bisa dilakukan dalam
hal keunikan bahan baku (material utama), keunikan dalam proses produksi,
keunikan tenaga kerja, keunikan dalam marketing dan promosi, keunikan dalam
service (pelayanan), kunikan dalam brand/merek dan kemasan. Pada akhir sesi pak
Tedi juga menyampaikan tentang kiprah beliau dalam mengembangkan bisnis
kulinernya melalui LURI (Lumbung Rizki) yang awal mulanya hanya dengan gerobak
di emperan tepi jalan dengan modal awal 3 juta, kini sudah memiliki banyak
cabang dengan omzet 150 juta dan beliau juga berencana membangun cabang LURI di
kota lain juga.
Anak-anak SMDH begitu antusias memperhatikan penjelasan
dari pak Tedi. Mereka yang juga sudah memiliki usaha berupa pembuatan sandal
dan ternak kambing tambah termotivasi untuk mengikuti jejak karir pak Tedi
dalam berbisnis. Produk sandal mereka dengan merk “eMDeHa” tersebut merupakan
BOSS (Bantuan Operasional Sekolah dengan jualan Sandal). Ya, dari usaha jualan
sandal tersebutlah mereka gunakan hasil penjualannya untuk kebutuhan logistic sehari-hari.
Sandal yang memiliki banyak perjuangan dan kerja keras hingga pernah menembus
rekor terjual harga sepasang sandal tersebut seharga Satu Juta Rupiah (cerita
mengenai hal ini aka nada edisi khusus, hehe). Usaha yang telah mereka jalankan
tersebut sebagai follow up ke depannya dan jika mereka benar-benar serius lagi
akan dibantu untuk proses menuju ekspor ke luar negeri dengan dibantu oleh
rekan-rekan dari KPMI. Tentunya harus dipersiapkan langkah-langkahnya dan perlu
dikreatifkan lagi dalam produksi maupun pengemasan sandal tersebut. Ini menjadi
PR bersama bagi para tim relawan SMDH untuk terus memberikan inovasi dan
semangat kepada mereka. Mari bersedakah ilmu…!!! Apa pun peran kita, mereka
sangat membutuhkan sentuhan ilmu untuk proses pembelajaran mereka. “Mari Kita Ciptakan Budaya Mau dan Mampu. Menjadi
Bagian dari Siapa Saja” seperti yang terpampang di depan pendopo SMDH. (To be continued……..).
0 comments:
Post a Comment