Siapa yang tak kenal
dengan Tasripin? Sebagian besar orang pasti mengenal anak kecil yang berusia 12
tahun ini, lantaran beberapa waktu yang lalu menjadi magnet sorotan media lokal
hingga nasional. Beberapa orang penting di negeri ini pun terenyuh hatinya dan
simpati dengan perjuangan Tasripin yang mengayomi dan menafkahi ketiga adiknya
yang masih kecil. Sebut saja Bupati Banyumas, yang kala itu baru 2 hari
dilantik menjadi bupati langsung mendatangi rumah anak kecil ini, hingga Presiden
RI pun ikut tergerak hatinya dengan mendatangkan staf ahli presiden untuk datang
ke rumah Tasripin di Cilongok, Banyumas. Demikian pemaparan Pak Isrodin (kepala
sekolah Boarding School “Mbangun Desa”—disingkat BSMD) mengawali penjelasannya
dalam rapat silaturahim calon pengajar guru pengabdi untuk pertiwi di aula BSMD
desa Ketenger, Baturaden pada hari Kamis, 30 Mei 2013.
Lantas, apa hubungannya Tasripin dengan BSMD? (mungkin
pertanyaan ini muncul di benak orang awam atau para pembaca yang budiman ini,
hehe). Oke, saya langsung ambil benang merah hasil dari pertemuan tersebut.
Kang Is (sapaan akrab Pak Isrodin) menjelaskan sekilas tentang dirinya dan
sejarah berdirinya BSMD ini kepada para calon pengajar dan relawan yang sudah
terdaftar ada sekitar 30an orang (tapi yang bisa hadir dalam pertemuan ini
hanya 6 orang, sebagian besar ada yang izin). “Sebelumnya saya ucapkan selamat
kepada para hadirin yang sudah terprovokatori oleh saya atau mungkin tersesat
datang ke sini, tapi semoga ‘tersesat’ di jalan yang benar” papar kang Is
dengan nada guyonan tapi penuh makna ini. BSMD ini merupakan Sekolah Layanan
Khusus tingkat Menengah atau setara SMA. Siswa-siswi disini merupakan anak-anak
dari masyarakat desa hutan yang berasal dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah
(Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Kebumen, Brebes). Singkat kata (soalnya kalau
dijelasin panjang, hehe), konsep pembelajaran BSMD ini adalah pembelajaran
khusus yang diterapkan langsung yang diharapkan output setelah lulus dari BSMD
ini mereka akan menjadi kader pembangunan di desa masing-masing. Visinya adalah
“Belajar Dengan Senang, Membuat Orangtua
Senang, Dan Kembali Ke Desa Dengan Membuat Masyarakat Senang”. Mereka yang
belajar disini harus bisa memenuhi 30 standar kompetensi yang sudah ditentukan
mulai dari mengelola rumah tangga, dll seperti yang tertera di baliho yang
terpampang di ruangan ini.
Kang Is menambahkan bahwa Tasripin, saat ini sudah bisa
kembali sekolah lagi yang dulu sempat drop out karena harus mengurusi adiknya. Perjuangan
Tasripin untuk menuju ke tempat sekolah pun cukup jauh, harus berjalan kaki
kurang lebih sejauh 2 km melewati hutan karena sekolahnya berada di kampung
seberang. Jam setengah 6 pagi harus sudah berangkat, papar kang Is. (Mirip
cerita laskar pelangi, kataku dalam hati). Adiknya Tasripin juga sudah ada yang
sekolah di PAUD dan terkadang anak-anak BMDH inilah yang mengajar di PAUD
karena terbatasnya pengajar. Selain itu, anak-anak BMDH ini juga sering terjun
ke Pesawahan (kampungnya Tasripin) untuk belajar disana, tinggal bersama
mereka, secara bergiliran menempati rumah warga, ikut bertani, membuat jalan,
kerja bakti, dan memelihara puluhan ekor kambing mereka. Inilah benang
merahnya, hubungan antara Tasripin dengan BMDH. Kampungnya Tasripin merupakan
wahana pendidikan bagi anak-anak BMDH. Belajar, mengajar, mengabdi, mengamalkan
ilmu, dan mengenal kehidupan disana.
Intinya adalah masih banyak permasalahan yang dihadapi di
kampungnya Tasripin. Sehingga kang Is bersama rekan-rekannya sedang menyiapkan
mimpi dan visi besar yang sedang digagasnya. Bukan hanya oleh kang Is tapi oleh
kita bersama (para calon pengajar dan relawan). Agenda terdekat yang sedang
dirancang adalah membangun pesantren disana dan membuka pendidikan MI, MTs, dan
MA yang bergabung dengan pesantren tersebut. Apapun kondisinya (sudah berdiri
gedung atau belum) awal Juli akan tetap dibuka pendidikan tersebut dan
rencananya akan dibuka dan diresmikan oleh Pak Suryadama Ali (Menteri Agama RI)
pada awal Juli 2013 mendatang. Pada Sabtu kemarin dari pihak kemenang RI sudah
meninjau ke lokasi tersebut. Ada wacana juga dari pihak bupati Banyumas akan
mengaspal jalan yang menuju ke lokasi kampunynya Tasripin, tapi ini masih
wacana, kata kang Is. Rencana jangka panjangnya adalah akan menjadikan
kampungnya Tasripin menjadi “kampung wanawisata” sebagai kampung pendidikan,
wisata, dan rekreasi. Karena disana sudah ada telaga, kandang kambing nantinya
akan dijadikan satu tempat dari semua kambing milik warga akan dikelola secara
bersama. Nantinya kotoran dari kambing tersebut bisa dijadikan sebagai pupuk
maupun biogas. Saat ini di kampung tersebut menggunakan listrik dari PLTA. Dan
masih banyak lagi potensi-potensi lain yang bisa dikembangkan setelah pendirian
sarana pendidikan terlebih dahulu. Tentunya harus melibatkan mitra kerja dengan
berbagai pihak. Tadi juga ada calon pengajar yang merupakan guru IT di SMP
Purbalingga. Sepertinya beliau sudah ahli di bidang IT, dan nantinya bisa kita
kembangkan website sebagai sarana informasi dan menjalin kemitraan dengan
berbagai pihak. Yang jelas harus bergerak bersama untuk mewujudkan visi
tersebut.
Pada
akhir sesi kang Is memaparkan bahwa para siswa dan pengajar maupun relawan yang
datang kesini harus memiliki 7i Culture of Life yang terpampang di baliho di
aula BSMD ini. Ke-7i itu meliputi (Ibadah, Ikhlas, Intensif, Impactable,
Integrated, Investasi, dan Indonesia). Masing-masing dari ke-7i tersebut ada
filosofi makna dan penjelasannya masing-masing. Sembari kang Is memaparkan dan
menjelaskan point-point tersebut, saya sedikit menuliskan penjelasan point “i”
yang integrated, yang berbunyi: “Hidup
kita bagian dari kehidupan, kita tidak bisa hidup hanya dengan kehidupan sendiri.
Selalu siap untuk menjadi bagian dari apa pun juga. Menjadi bagian dari
siapapun juga, dimanapun saja dan kapan saja”. Kalau saya cermati, tulisan
tersebut merupakan bentuk pengejawantahan dari “khoirunnas anfauhum linnas”
atau digunakan dalam bahasa lain menjadi jargonnya Fakultas Biologi Unsoed
yaitu “simper excelcius pro proximo nostro”. Mari menjadi orang yang bermanfaat
di manapun kita berada. Mari berbagi ilmu dengan sedekah ilmu yang telah kita
miliki.
0 comments:
Post a Comment