Thursday, 30 May 2013

Mendesain Visi Menuju “Kampung Wanaagrowisata” di Kampungnya Tasripin

Siapa yang tak kenal dengan Tasripin? Sebagian besar orang pasti mengenal anak kecil yang berusia 12 tahun ini, lantaran beberapa waktu yang lalu menjadi magnet sorotan media lokal hingga nasional. Beberapa orang penting di negeri ini pun terenyuh hatinya dan simpati dengan perjuangan Tasripin yang mengayomi dan menafkahi ketiga adiknya yang masih kecil. Sebut saja Bupati Banyumas, yang kala itu baru 2 hari dilantik menjadi bupati langsung mendatangi rumah anak kecil ini, hingga Presiden RI pun ikut tergerak hatinya dengan mendatangkan staf ahli presiden untuk datang ke rumah Tasripin di Cilongok, Banyumas. Demikian pemaparan Pak Isrodin (kepala sekolah Boarding School “Mbangun Desa”—disingkat BSMD) mengawali penjelasannya dalam rapat silaturahim calon pengajar guru pengabdi untuk pertiwi di aula BSMD desa Ketenger, Baturaden pada hari Kamis, 30 Mei 2013.

            Lantas, apa hubungannya Tasripin dengan BSMD? (mungkin pertanyaan ini muncul di benak orang awam atau para pembaca yang budiman ini, hehe). Oke, saya langsung ambil benang merah hasil dari pertemuan tersebut. Kang Is (sapaan akrab Pak Isrodin) menjelaskan sekilas tentang dirinya dan sejarah berdirinya BSMD ini kepada para calon pengajar dan relawan yang sudah terdaftar ada sekitar 30an orang (tapi yang bisa hadir dalam pertemuan ini hanya 6 orang, sebagian besar ada yang izin). “Sebelumnya saya ucapkan selamat kepada para hadirin yang sudah terprovokatori oleh saya atau mungkin tersesat datang ke sini, tapi semoga ‘tersesat’ di jalan yang benar” papar kang Is dengan nada guyonan tapi penuh makna ini. BSMD ini merupakan Sekolah Layanan Khusus tingkat Menengah atau setara SMA. Siswa-siswi disini merupakan anak-anak dari masyarakat desa hutan yang berasal dari beberapa kabupaten di Jawa Tengah (Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Kebumen, Brebes). Singkat kata (soalnya kalau dijelasin panjang, hehe), konsep pembelajaran BSMD ini adalah pembelajaran khusus yang diterapkan langsung yang diharapkan output setelah lulus dari BSMD ini mereka akan menjadi kader pembangunan di desa masing-masing. Visinya adalah “Belajar Dengan Senang, Membuat Orangtua Senang, Dan Kembali Ke Desa Dengan Membuat Masyarakat Senang”. Mereka yang belajar disini harus bisa memenuhi 30 standar kompetensi yang sudah ditentukan mulai dari mengelola rumah tangga, dll seperti yang tertera di baliho yang terpampang di ruangan ini.

            Kang Is menambahkan bahwa Tasripin, saat ini sudah bisa kembali sekolah lagi yang dulu sempat drop out karena harus mengurusi adiknya. Perjuangan Tasripin untuk menuju ke tempat sekolah pun cukup jauh, harus berjalan kaki kurang lebih sejauh 2 km melewati hutan karena sekolahnya berada di kampung seberang. Jam setengah 6 pagi harus sudah berangkat, papar kang Is. (Mirip cerita laskar pelangi, kataku dalam hati). Adiknya Tasripin juga sudah ada yang sekolah di PAUD dan terkadang anak-anak BMDH inilah yang mengajar di PAUD karena terbatasnya pengajar. Selain itu, anak-anak BMDH ini juga sering terjun ke Pesawahan (kampungnya Tasripin) untuk belajar disana, tinggal bersama mereka, secara bergiliran menempati rumah warga, ikut bertani, membuat jalan, kerja bakti, dan memelihara puluhan ekor kambing mereka. Inilah benang merahnya, hubungan antara Tasripin dengan BMDH. Kampungnya Tasripin merupakan wahana pendidikan bagi anak-anak BMDH. Belajar, mengajar, mengabdi, mengamalkan ilmu, dan mengenal kehidupan disana.

            Intinya adalah masih banyak permasalahan yang dihadapi di kampungnya Tasripin. Sehingga kang Is bersama rekan-rekannya sedang menyiapkan mimpi dan visi besar yang sedang digagasnya. Bukan hanya oleh kang Is tapi oleh kita bersama (para calon pengajar dan relawan). Agenda terdekat yang sedang dirancang adalah membangun pesantren disana dan membuka pendidikan MI, MTs, dan MA yang bergabung dengan pesantren tersebut. Apapun kondisinya (sudah berdiri gedung atau belum) awal Juli akan tetap dibuka pendidikan tersebut dan rencananya akan dibuka dan diresmikan oleh Pak Suryadama Ali (Menteri Agama RI) pada awal Juli 2013 mendatang. Pada Sabtu kemarin dari pihak kemenang RI sudah meninjau ke lokasi tersebut. Ada wacana juga dari pihak bupati Banyumas akan mengaspal jalan yang menuju ke lokasi kampunynya Tasripin, tapi ini masih wacana, kata kang Is. Rencana jangka panjangnya adalah akan menjadikan kampungnya Tasripin menjadi “kampung wanawisata” sebagai kampung pendidikan, wisata, dan rekreasi. Karena disana sudah ada telaga, kandang kambing nantinya akan dijadikan satu tempat dari semua kambing milik warga akan dikelola secara bersama. Nantinya kotoran dari kambing tersebut bisa dijadikan sebagai pupuk maupun biogas. Saat ini di kampung tersebut menggunakan listrik dari PLTA. Dan masih banyak lagi potensi-potensi lain yang bisa dikembangkan setelah pendirian sarana pendidikan terlebih dahulu. Tentunya harus melibatkan mitra kerja dengan berbagai pihak. Tadi juga ada calon pengajar yang merupakan guru IT di SMP Purbalingga. Sepertinya beliau sudah ahli di bidang IT, dan nantinya bisa kita kembangkan website sebagai sarana informasi dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Yang jelas harus bergerak bersama untuk mewujudkan visi tersebut.


Pada akhir sesi kang Is memaparkan bahwa para siswa dan pengajar maupun relawan yang datang kesini harus memiliki 7i Culture of Life yang terpampang di baliho di aula BSMD ini. Ke-7i itu meliputi (Ibadah, Ikhlas, Intensif, Impactable, Integrated, Investasi, dan Indonesia). Masing-masing dari ke-7i tersebut ada filosofi makna dan penjelasannya masing-masing. Sembari kang Is memaparkan dan menjelaskan point-point tersebut, saya sedikit menuliskan penjelasan point “i” yang integrated, yang berbunyi: “Hidup kita bagian dari kehidupan, kita tidak bisa hidup hanya dengan kehidupan sendiri. Selalu siap untuk menjadi bagian dari apa pun juga. Menjadi bagian dari siapapun juga, dimanapun saja dan kapan saja”. Kalau saya cermati, tulisan tersebut merupakan bentuk pengejawantahan dari “khoirunnas anfauhum linnas” atau digunakan dalam bahasa lain menjadi jargonnya Fakultas Biologi Unsoed yaitu “simper excelcius pro proximo nostro”. Mari menjadi orang yang bermanfaat di manapun kita berada. Mari berbagi ilmu dengan sedekah ilmu yang telah kita miliki.

0 comments: