Thursday, 23 May 2013

Titip Absen NO, Ngabsenin juga NO: Jujur YES!


Sudah lama sebenarnya pengin nulis tentang topik mengenai “Titip absen vs Ngabsenin”. Tapi baru sempat untuk menulisnya. Setelah ketemu dengan dosen PA-ku (22/5/13) ketika aku sedang mengobrol dengan beliau, tiba-tiba ada mahasiswa datang meminta maaf karena dia titip kartu semhas (seminar hasil) padahal dia tidak datang pada semhas tersebut. Beliau memang sosok yang tegas, disiplin, dan sangat menjunjung tinggi kejujuran. Tidak hadir semhas ya jangan titip absen (titip tanda tangan buat di kartu seminar). Setiap kali beliau menjadi moderator dalam semhas beliau selalu teliti dan jeli, jika ada kartu semhas tapi yang bersangkutan tidak hadir, beliau tidak akan menandatangani kartu tersebut dan menanyakannya siapa yang membawa kartu itu dan yang bersangkutan (yang nitip kartu seminar) disuruh menghadap kepada beliau. Ini semata-mata dilakukan untuk menegakkan “kejujuran” dalam segala hal. Begitu yang saya tangkap nasihat-nasihat super yang sering beliau utarakan kepadaku tentang pentingnya “jujur” di manapun berada. Berawal dari inilah aku terinspirasi untuk menulis tentang masalah ini.

Pikiranku langsung menerawang flash back ke memoriku yang dulu saat masih duduk di semester pertama. “Titip absen” apakah sudah membudaya di kalangan mahasiswa? “Kuliah itu ga masuk tidak apa-apa, kan masih bisa titip absen”, “eh, ntar gue absenin yach”, atau “bro, tolong absenin yah, NIM gue….. bla-bla”, dan beberapa slentingan lainnya tentang trik dan tips tindakan titip absen yang dikirim lewat sms ataupun ngomong langsung. Semoga saja itu hanya dilakukan oleh oknum semata. Tapi, lama kelamaan kok hal tersebut jadi sesuatu yang biasa. Semakin banyak yang aku temui tentang fenomena tersebut. Masa masih mahasiswa baru sudah berani titip absen? Pikirku waktu itu. Kalau sejak awal kuliah sudah berani-berani titip absen, gimana selanjutnya? Sepertinya hal tersebut sudah menjadi “salah kaprah, bener ora lumrah”. Semoga sedikit tulisan ini bisa menyadarkan dan meluruskan niat kita masing-masing.

            Sampai pada akhirnya aku pun menjadi korban akan hal tersebut. Ada seorang teman yang sms kepadaku, intinya dia minta kepadaku untuk megabsenkannya karena dia terlambat masuk kuliah. “Maaf bro, saya tidak menerima titip absen”, atau “Mohon maaf, saya tidak bisa mengabsenkan kamu, ini prinsipku”, begitu kurang lebih balasan smsku kepada teman yang beberapa kali meminta nitip absen. Terkadang aku sampaikan langsung selepas kuliah kepada yang bersangkutan. Hingga akhirnya teman-teman pun tahu tentang prinsipku ini. Tidak akan mengabsenkan orang lain, walaupun itu teman dekat. Tidak berangkat, yah katakan tidak berangkat, bisa izin jika berhalangan hadir baik karena sakit atau ada hal penting, atau kepepet sekali pun tidak sempat bikin surat izin, mending alfa sekalian toh masih ada jatah 25% yang bisa kita gunakan untuk tidak hadir. Intinya jangan “nitip absen”. Iya, itu prinsipku dan aku pegang hingga saat ini. Hingga teman-teman pun tidak ada yang berani lagi nitip absen kepadaku.

            Alhamdulillah, selama kuliah aku tidak pernah “mengabsenkan” orang lain (karena aku selalu menolak jika ada teman yang minta nitip absen), dan aku juga tidak pernah “nitip absen” ketika aku tidak masuk karena alasan apapun. Pernah waktu itu aku tidak masuk kuliah dan ternyata ada teman yang baik hati mengabsenkan tanda tanganku. Dia tidak bilang dan tidak klarifikasi kepadaku kalau namaku diabsenin oleh dia. Pada waktu kuliah selanjutnya aku kaget, kemarin aku kan ga masuk kok ada tanda tangannya? Seketika itu pula langsung aku hapus pakai tip-x dan aku beri tanda silang. Ya, karena aku memang kemarin tidak masuk dan tidak ada surat izin juga, jadi aku beri tanda silang. Meski maksud temanku itu baik, tapi bagiku itu adalah tindakan yang kurang bijak (salah kaprah menurutku). Tidak masuk ya katakan tidak masuk.

            Prinsipku ini tidak hanya aku lakukan di kuliah saja, tapi aku terapkan pada aktivitas lainnya juga. Pernah waktu itu ada upacara hardiknas di pusat dan bagi para penerima beasiswa diwajibkan untuk ikut karena ada absennya juga. Katanya jika tidak hadir akan jadi bahan pertimbangan bagi beasiswa selanjutnya. Kebetulan waktu itu aku yang aktif ikut dalam kegiatan upacara tersebut, baik sebagai petugas pengibar bendera atau aku sebagai undangan dari anggota Racana Soedirman. Ada teman yang sms minta tolong untuk diabsenin. Kalau mau absen yah silahkan ikut upacara dulu, baru setelah itu absen. Sama seperti waktu kuliah, aku balas sms tersebut dengan ”mohon maaf, saya tidak bisa mengabsenkan orang lain”. Waktu itu aku dibilang sok-sokan, pelit, tidak setiakawan, dan bahasa-bahasa lainnya. Tapi, aku tak menghiraukannya selagi aku berada pada jalur yang benar. Karena sekali lagi kalau mau absen yah silahkan ikut upacara dulu, jangan jadikan teman yang berangkat sebagai korban untuk dititipi absen. “Katakanlah yang sebenarnya (hak) meski itu pahit”, iya ini prinsipku.

            Begitu juga saat seminar hasil (semhas). Setiap mahasiswa harus mengikuti minimal 10 kali seminar hasil jika ingin mendapatkan tanda tangan kartu seminar hasil yang nantinya bakalan digunakan sebagai persyaratan untuk mendaftar semhas buat dirinya juga. Keuntungan ikut semhas selain mendapat ilmu, juga bisa menggali trik dan trip presentasi, mensiasati pertanyaan dosen, strategi semhas, dan sebuah proses pendewasaan diri untuk bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Masa cuma 10 kali saja harus nitip absen (nitip kartu semhas)? Emang sibuk banget yah, sampai kita tidak sempat menghadiri semhas. Kan 10 kali itu bisa dicicil, sejak semester 5, semester 6 atau satu semester sebelum kita tugas akhir. Jadwal teman-teman kita yang semhas juga banyak, apalagi sebulan menjelang yudisium berderet antrian jadwal semhas di papan ruang komisi. Jadi tidak ada alasan buat datang ke semhas, dan jangan titip absen (titip kartu semhas) jika kita tidak menghadirinya sendiri. Mari kita budayakan hidup “JUJUR” mulai dari hal yang terkecil dan mulai dari diri kita. Sekali lagi Titip Absen NO, Ngabsenin juga NO: Jujur YES!

Purwokerto, 23 Mei 2013
Dini hari pukul 01.25 WIB
            

Related Posts:

  • Gemar Literasi, Berbuah Prestasi Sungguh awalnya tak menyangka bisa berdiri di atas podium Gedung Andi Hakim Nasution IPB ini. Tapi pepatah ini memang ada betulnya juga, bahwa sebuah hasil tak kan mengkhianati proses. Berawal dari tekad, tergor… Read More
  • Profil Guru Inspiratif 25 Finalis Literacy Awards The mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires. (Guru biasa, memberitahu. Guru baik, menjelaskan. Guru ulung, memperagakan. Guru hebat, menginspi… Read More
  • Rahasia Dibalik Petir & Bakteri Hujan selalu menghadirkan berjuta perasaan. Terlebih saat kabut hitam itu juga mendendangkan suara menggelegar. Aku duduk termenung di depan bilik asrama bambu. Kenapa setiap hujan turun terkadang diiringi juga dengan pet… Read More
  • Jalin Silaturahim, Pererat Ukhuwah Kuah opor dicampur ketupat Biar sedap tambahin caysim Siapa yang ingin rezekinya berlipat Rajin-rajinlah bersilaturahim “Barangsiapa ingin ditambahkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung tali s… Read More
  • Latih Adaptif, Agar Ramadhan Produktif Tak terasa bulan yang dirindukan telah datang. Ramadhan namanya. Gimana rasanya? Senang atau sedih dengan hadirnya bulan puasa ini? Setiap kesan pertama harusnya menghadirkan perasaan yang istimewa. Gimana puasa di hari… Read More

0 comments: