Apa pun masalahnya,
pasti ada solusi. Problem siswa adalah ujian buat guru dan orangtua. Bukan
fokus ke masalahnya. Bukan pula menghakimi sepihak, ke siswanya. Terkadang
judgmen (meski kecil) juga berefek negatif. Butuh memahami dari hati ke hati.
Butuh pendekatan khusus kepada anak saat
ada masalah yang menimpanya. Ngobrol dengan baik dan santun. Karena kalau kita
keras, maka anak cenderung akan tertutup dan menutup diri.
Bagi pendidik,
menguasai pedagogik saja tak cukup. Harus punya kepekaan hati, mengasah
ketajaman nurani, dan yg terpenting punya iman yg kokoh. Punya empati, dan tak
kalah penting lagi memahami psikologi. Derasnya hujan kemarin sore pun
terkalahkan oleh derasnya perasaan yang saling berkecamuk diantara hati-hati yg
sedang bertaut itu. Untaian rasa yang saling berbicara dalam bahasa hati antara
siswa, orangtua, guru sekaligus wali kelas, wakasek beserta yayasan.
Aku sendiri selaku
wali kelas tak sanggup untuk menyampaikan langsung kepada siswaku ini. Oleh
karenanya dalam menyelesaikan masalah kali ini aku meminta yayasan langsung
yang menyampaikan kepada anaknya. Kenapa yayasan? Karena beliau juga BK
(Bimbingan Konseling) dan sangat ahli dalam psikologi. Hasil rundingan
sebelumnya antara aku, wakasek dan yayasan memutuskan untuk menyampaikan
langsung perkara tersebut kepada anaknya yang disaksikan bersama kedua
orangtuanya. Kalau diceritain disini tentu akan sangat panjang jalan ceritanya.
Oke, singkat saja.
Sehari sebelumnya aku sudah menghubungi kedua orangtua siswa tersebut. Keduanya
bisa datang. Strateginya kami (aku, wakasek dan yayasan) bertemu dulu dengan
kedua orangtuanya. Kita berlima ngobrol bersama. Poin penting yang disampaikan
oleh yayasan adalah menghadirkan peran orang tua dalam mendidik anaknya. Bukan
dengan marah-marah, tapi dengan rangkulan. Karena anak butuh dirangkul dan
didampingi oleh kedua orangtuanya.
Ceritanya masih
panjang,
kapan-kapan
dilanjutkan lagi cerita selengkapnya
to be
continued............
Kota Hujan,
3 April 2016
0 comments:
Post a Comment