“Buku
yang kubaca selalu memberi sayap-sayap baru, membawaku terbang
ke
taman-taman pengetahuan paling menawan, melintasi waktu dan peristiwa, berbagi
cerita cinta, menyapa semua tokoh yang ingin kujumpai
sambil
bermain di lengkung pelangi”
(Abdurrahman Faiz, putra Helvy Tiana
Rosa, remaja yang begitu mencintai membaca dan sudah menulis buku sejak
kanak-kanak).
Buku ini akan membawa sayap-sayap baru bagi pembaca ‘tuk
membawanya terbang menggapai cita dan impian. Betapa banyak cerita yang
disuguhkan dalam buku ini dari mereka yang telah banyak menuai prestasi karena
gemar membaca. Membaca telah membuatnya menjadi sosok yang smart, bijak, kaya,
dan menyenangkan. Menjadi orang hebat tidak akan mungkin tanpa membaca. Subhanallah,
dengan membaca mereka mampu meraih segala impian untuk menjadi yang terbaik.
Cerita yang akan membuat kita tersentak, terharu, kagum, tersenyum bahagia.
Buku yang sangat menginspirasi pembaca untuk segera
memulainya. Yup! Mulailah gemar membaca dari sekarang. Buku yang sarat gizi dan
motivasi ini akan selalu mengingatkan kita, betapa banyak manusia yang tadinya
biasa saja menjadi sosok yang luar biasa hanya karena mau membaca. Kita bisa
belajar dari mereka. Kita akan dibuatnya tersenyum, ketika membaca kisah
seorang penulis yang akhirnya mampu bicara, bisa berkeliling nusantara mengejar
prestasi, mampu meredam amarah, menjadi tempat bertanya, dan tumbuh menjadi
sosok yang bijak karena cinta membaca. Yah, membaca adalah kuncinya, dan buku
inilah kunci untuk mencari inspirasi baru, membawa impian baru, dan mengubah
pembaca menjadi sosok yang serba baru. Buku yang mampu menggerakkan kita untuk
cinta membaca dan ingin belajar banyak. Gapailah mimpimu dengan banyak membaca!
Itulah sekilas kutipan buku antologi pertamaku yang berjudul “Cinta
Membaca”. Buku tersebut terbit tahun 2011 tatkala aku masih duduk di bangku
kuliah semester 5. Bermula dari titik itulah fase kebangkitan prestasiku
dimulai. Berani mendobrak segala aral yang menghadang. Tumbuh satu, terus
bertumbuh kembang pula yang lainnya. Entah ada energi apa yang bisa
mengantarkanku hingga bisa meraih beberapa kejuaraan pasca bermulanya buku
pertamaku ini. Senang, sudah pasti. Bahagia rasanya. Dan itulah jejak pertemuan
pertamaku. Pertemuan antara aku dan buku.
Kalau ditanya sejak kapan suka dengan buku? Mungkin jawabannya
adalah sejak masih duduk di tingkat dasar yaitu Madrasah Ibtidaiyyah (MI). Bukankah
ada pepatah Arab yang mengatakan juga “Khoiru jaliisin fii zamani, kitaabun” (Sebaik-baik teman duduk pada setiap waktu adalah BUKU).
Sejak saat itulah pertemuanku dimulai. Bahkan hobi ini pun berlangsung hingga
duduk di bangku SMA. Seringkali pinjam buku di perpustakaan sekolah hampir tiap
minggu pasti pinjam 1-3 buku. Walaupun gak dibaca semua, tapi setidaknya bisa
menambah referensi. Selain di perpustakaan sekolah, waktu itu juga sering
meminjam buku di perpustakaan daerah.
Iya, kalau diceritain pasti akan panjang jalan
ceritanya. Yang jelas banyak sekali manfaat yang aku dapatkan setelah membaca
buku-buku tersebut. Singkat cerita, kembali ke buku pertamaku yang terbit itu
membuatku semakin PeDe untuk mengikuti kompetisi menulis lainnya. Satu demi
satu karya buku antologiku pun juga bertambah. Ternyata menulis itu memang
mudah. Dan menulis tak kan bisa mengalir indah tanpa adanya banyak membaca. Kalau
kurang membaca, maka kita akan menjadi miskin ilmu. Sebaliknya kalau kita
banyak membaca, tentu kita akan bertambah wawasan dan pengetahuan kita.
Alhamdulillah nggak terasa, hingga pertengahan
tahun 2016 ini ternyata sudah ada 10 judul buku-ku. Walau masih antologi
(kumpulan dari berbagai penulis), tapi aku merasa bahagia ternyata bisa
berkarya lewat tulisan. Bertepatan hari ini dengan Hari Buku Sedunia (23 April
2016), maka teruslah berkarya. Semoga bisa menerbitkan juga buku yang solo
(buku pribadi). Bismillah.
Kota hujan pertengahan malam
Masih dalam rangka #WorldBookDay
Bacalah......!!!
0 comments:
Post a Comment