“Apa
yang akan aku berikan untuk komunitas?
Bukan sebaliknya, apa yang akan
komunitas berikan untuk aku?”
Itulah sebait
pertanyaan penting yang harus kamu tanyakan pada diri sendiri saat engkau
bergabung dengan sebuah komunitas (organisasi atau lembaga tertentu).
Jawabannya pun
ada pada dirimu sendiri.
![]() |
Foto: Kolaborasi 4 Komunitas (Saung Ilmu, Gerakin, Kopper dan Medina Society) |
Kenapa harus
bertanya seperti itu pada diri sendiri? Karena pertanyaan itulah yang juga
merupakan komitmen atas pilihan yang kamu pilih saat memutuskan untuk bergabung
dengan komunitas, organisasi atau lembaga tertentu. Kata ‘berikan’ disini bisa
bermakna kontribusi apa yang akan kamu lakukan. Jika kontribusi telah engkau
torehkan, maka pertanyaan kedua tersebut secara tidak langsung akan terjawab
dengan sendirinya. Inilah soal niat, kesungguhan dan komitmen saat menjadi bagian
dalam sebuah organisasi baik formal maupun non formal.
Karena segala sesuatu berawal dari
niat. Setelah itu tambahkanlah dengan kesunguhan dan komitmen yang kuat dalam
menjalankannya. Termasuk saat menjadi bagian dari sebuah komunitas atau
organisasi tertentu. Mungkin saat bergabung dalam organisasi atau komunitas
yang sudah mapan, kita tinggal ikuti alur dan ketentuan yang ada dalam wadah
tersebut. Lebih mudah, karena sistem sudah terstruktur. Tapi bagaimana jika
komunitas atau organisasi itu masih baru? Untuk membuat sebuah komunitas itu
sangatlah mudah. Asal ada SDM pengelolanya. Ditambah dengan membuat visi misi
dan semua kelengkapan yang harus terpenuhi lainnya. Sekilas tampah simple dan
memang mudah membuatnya.
Tapi terkadang yang sulit itu adalah menjaga
kontinuitasnya dalam berkegiatan. Menjaga sistem agar tetap stabil dan tidak
goyah. Cukup menguras energi, otak dan pikiran juga tentunya. Hal yang klasik
adalah karena kesibukan tim SDM, ada anggota yang tidak aktif, pengurus yang masih
labil, keterbatasan dana, minimnya kreativitas dan lain sebagainya. Itulah
beberapa kendala yang sering muncul atau dihadapi oleh sebuah komunitas atau
organisasi tertentu. Terus kalau sudah seperti ini, apa yang harus dilakukan? Apa
yang harus dibangun sebagai pondasi komunitas tersebut agar tidak goyah? Agar komunitas
tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Kalau menurutku berdasarkan pengalaman
berkecimpung dalam sebuah tim komunitas dan beberapa organisasi yang aku ikuti,
selain kebersamaan dan kesatuan gerak yang harus dijaga oleh komunitas tersebut.
Yang tak kalah pentingnya adalah menjaga sense of belonging diantara sesama
pengurus dan anggota yang lainnya. Apa itu sense of belonging? Sense of belonging adalah rasa saling
memiliki terhadap komunitas atau organisasi yang digelutinya. Sense of
belonging adalah kesatuan rasa seperjuangan dan se-ia sekata. Sense of
belonging ibarat ruh atau bisa dikatakan juga semacam jiwa militansi yang sudah
terpatri dalam hati. Kalau semua SDM/pengelola komunitas tersebut punya sense
of belonging yang sama maka masalah seberat apa pun bisa dihadapi. Jika sense
of belonging itu terpatri sama dalam diri pengurus dan semua anggota yang ada
dalam komunitas/organisasi tersebut, maka akan tercipta satu frekuensi. Satu kekompakkan
dan satu kekuatan bersama yang tak bisa dikalahkan.
Membangun
sense of belonging (rasa saling memiliki) terhadap suatu komunitas atau
organisasi tertentu harus terus diasah. Disini harus ditumbuhkan juga rasa
saling memahami antar anggota, pengelola dan pengurus komunitas tersebut. Semua
anggota harus mau menerima perbedaan yang ada. Saling memahami dan saling
mengerti satu sama lain. Karena bisa jadi masing-masing anggota atau pengurus
lainnya punya kesibukan yang berbeda-beda. Yang terpenting juga adalah harus
tetap bergerak walau selangkah. Jika moment kegiatan formal kurang
mengakrabkan. Adakanlah moment kultural, misalnya makan bersama, jalan bersama,
camping atau hal lainnya yang bisa menumbuhkan rasa saling memiliki terhadap
komunitas itu muncul. Kalau ada anggota yang tidak aktif, atau menghilang tidak
ada kabar, maka tengoklah dia. Sesekali tanya
terus walau sekedar sms atau telepon. Yang terpenting adalah harus tetap
konfirmasi dan koordinasi satu sama lain dalam bergerak.
Karena komunitas
ini milik bersama, maka yuk jalankan bersama-sama. Karena organisasi ini
kepunyaan bersama (semua anggota dan pengurus), maka sudah sepatutnya kita
miliki bersama. Kita bangun sense of belonging. Kita tumbuhkan rasa saling
memiliki terhadap komunitas atau organisasi tersebut. Karena tanggung jawab
mengelola itu bukan hanya dipegang oleh ketua, sekertaris atau bendahara saja,
tapi semua harus merasa memiliki terhadap organisasi atau komunitas tersebut. Seperti
layaknya sebuah tangan yang memiliki 5 jari. Meski masing-masing bagian
(jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking) punya peran secara
individu. Tapi karena kelima jari tersebut berada dalam satu ikatan, maka harus
memiliki rasa kebersamaan untuk bisa menggenggam, mengepal dan mengguncangkan
satu kekuatan besar. Analogi ini pun sama halnya dalam komunitas atau
organisasi tertentu. Masing-masing individunya harus punya sense of belonging
yang kuat. Semua orang yang menjadi bagian dari komunitas atau organisasi
tersebut harus memiliki rasa saling memiliki. Rasa yang mendalam dan mendarah
daging dalam sanubari, untuk sama-sama bergerak dan berjuang secara berjamaah. Satu
frekuensi untuk mencapai visi misi dari komunitas atau organisasi tersebut.
Generasi Pembelajar
Kota Hujan, 25 Maret 2016
0 comments:
Post a Comment