Friday, 25 March 2016

Membangun "Sense of Belonging" Komunitas

 Apa yang akan aku berikan untuk komunitas?
Bukan sebaliknya, apa yang akan komunitas berikan untuk aku?”

Itulah sebait pertanyaan penting yang harus kamu tanyakan pada diri sendiri saat engkau bergabung dengan sebuah komunitas (organisasi atau lembaga tertentu).
Jawabannya pun ada pada dirimu sendiri.

Foto: Kolaborasi 4 Komunitas (Saung Ilmu, Gerakin, Kopper dan Medina Society)

            Kenapa harus bertanya seperti itu pada diri sendiri? Karena pertanyaan itulah yang juga merupakan komitmen atas pilihan yang kamu pilih saat memutuskan untuk bergabung dengan komunitas, organisasi atau lembaga tertentu. Kata ‘berikan’ disini bisa bermakna kontribusi apa yang akan kamu lakukan. Jika kontribusi telah engkau torehkan, maka pertanyaan kedua tersebut secara tidak langsung akan terjawab dengan sendirinya. Inilah soal niat, kesungguhan dan komitmen saat menjadi bagian dalam sebuah organisasi baik formal maupun non formal.

Karena segala sesuatu berawal dari niat. Setelah itu tambahkanlah dengan kesunguhan dan komitmen yang kuat dalam menjalankannya. Termasuk saat menjadi bagian dari sebuah komunitas atau organisasi tertentu. Mungkin saat bergabung dalam organisasi atau komunitas yang sudah mapan, kita tinggal ikuti alur dan ketentuan yang ada dalam wadah tersebut. Lebih mudah, karena sistem sudah terstruktur. Tapi bagaimana jika komunitas atau organisasi itu masih baru? Untuk membuat sebuah komunitas itu sangatlah mudah. Asal ada SDM pengelolanya. Ditambah dengan membuat visi misi dan semua kelengkapan yang harus terpenuhi lainnya. Sekilas tampah simple dan memang mudah membuatnya.

Tapi terkadang yang sulit itu adalah menjaga kontinuitasnya dalam berkegiatan. Menjaga sistem agar tetap stabil dan tidak goyah. Cukup menguras energi, otak dan pikiran juga tentunya. Hal yang klasik adalah karena kesibukan tim SDM, ada anggota yang tidak aktif, pengurus yang masih labil, keterbatasan dana, minimnya kreativitas dan lain sebagainya. Itulah beberapa kendala yang sering muncul atau dihadapi oleh sebuah komunitas atau organisasi tertentu. Terus kalau sudah seperti ini, apa yang harus dilakukan? Apa yang harus dibangun sebagai pondasi komunitas tersebut agar tidak goyah? Agar komunitas tersebut tetap berjalan sebagaimana mestinya.

 Kalau menurutku berdasarkan pengalaman berkecimpung dalam sebuah tim komunitas dan beberapa organisasi yang aku ikuti, selain kebersamaan dan kesatuan gerak yang harus dijaga oleh komunitas tersebut. Yang tak kalah pentingnya adalah menjaga sense of belonging diantara sesama pengurus dan anggota yang lainnya. Apa itu sense of belonging? Sense of belonging adalah rasa saling memiliki terhadap komunitas atau organisasi yang digelutinya. Sense of belonging adalah kesatuan rasa seperjuangan dan se-ia sekata. Sense of belonging ibarat ruh atau bisa dikatakan juga semacam jiwa militansi yang sudah terpatri dalam hati. Kalau semua SDM/pengelola komunitas tersebut punya sense of belonging yang sama maka masalah seberat apa pun bisa dihadapi. Jika sense of belonging itu terpatri sama dalam diri pengurus dan semua anggota yang ada dalam komunitas/organisasi tersebut, maka akan tercipta satu frekuensi. Satu kekompakkan dan satu kekuatan bersama yang tak bisa dikalahkan.

            Membangun sense of belonging (rasa saling memiliki) terhadap suatu komunitas atau organisasi tertentu harus terus diasah. Disini harus ditumbuhkan juga rasa saling memahami antar anggota, pengelola dan pengurus komunitas tersebut. Semua anggota harus mau menerima perbedaan yang ada. Saling memahami dan saling mengerti satu sama lain. Karena bisa jadi masing-masing anggota atau pengurus lainnya punya kesibukan yang berbeda-beda. Yang terpenting juga adalah harus tetap bergerak walau selangkah. Jika moment kegiatan formal kurang mengakrabkan. Adakanlah moment kultural, misalnya makan bersama, jalan bersama, camping atau hal lainnya yang bisa menumbuhkan rasa saling memiliki terhadap komunitas itu muncul. Kalau ada anggota yang tidak aktif, atau menghilang tidak ada kabar, maka tengoklah dia.  Sesekali tanya terus walau sekedar sms atau telepon. Yang terpenting adalah harus tetap konfirmasi dan koordinasi satu sama lain dalam bergerak.

            Karena komunitas ini milik bersama, maka yuk jalankan bersama-sama. Karena organisasi ini kepunyaan bersama (semua anggota dan pengurus), maka sudah sepatutnya kita miliki bersama. Kita bangun sense of belonging. Kita tumbuhkan rasa saling memiliki terhadap komunitas atau organisasi tersebut. Karena tanggung jawab mengelola itu bukan hanya dipegang oleh ketua, sekertaris atau bendahara saja, tapi semua harus merasa memiliki terhadap organisasi atau komunitas tersebut. Seperti layaknya sebuah tangan yang memiliki 5 jari. Meski masing-masing bagian (jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis dan kelingking) punya peran secara individu. Tapi karena kelima jari tersebut berada dalam satu ikatan, maka harus memiliki rasa kebersamaan untuk bisa menggenggam, mengepal dan mengguncangkan satu kekuatan besar. Analogi ini pun sama halnya dalam komunitas atau organisasi tertentu. Masing-masing individunya harus punya sense of belonging yang kuat. Semua orang yang menjadi bagian dari komunitas atau organisasi tersebut harus memiliki rasa saling memiliki. Rasa yang mendalam dan mendarah daging dalam sanubari, untuk sama-sama bergerak dan berjuang secara berjamaah. Satu frekuensi untuk mencapai visi misi dari komunitas atau organisasi tersebut.



Generasi Pembelajar


Kota Hujan, 25 Maret 2016

0 comments: