Monday, 14 March 2016

Mengapa Jalan Menjadi Sungai?


            Hujan tak pernah berhenti menghadirkan kisah. Selain memberikan inspirasi, pasukan H2O yang turun membasahi bumi ini pun menentramkan suasana Kota Hujan yang tadinya sangat panas terasa mencekik leher, tiba-tiba saja sore menjadi gelap berselimutkan awan hitam. Tak lama kemudian tetesan uap yang berkoloni dalam awan tersebut pun turun berduyun-duyun. Seketika itu pun sejuk terasa. Meskipun begitu, hujan kali ini diiringi nada gemuruh yang bersaut-sautan. Sesekali memancarkan kilat. Jegeeerrrrrrr. Jegerrrrrrrrr. Begitu suaranya mengagetkan para pengendara jalan. Pikiranku masih teringat dengan 2 pengendara motor yang nyaris kecelakaan. Saat hendak pulang pun, persis di depan kampus IPB nampak pengendara sepeda motor terjatuh. Jadi, tetap waspada dan berhati-hatilah.

        Macet masih saja merayap di sepanjang jalan depan kampus IPB. Hujan masih saja deras melaju tak kunjung henti. Mie goreng, es kopi dan sejumlah gorengan sembari menanti hujan berhenti ternyata sudah habis juga. Akhirnya ku putuskan menerobos di tengah derasnya hujan. Kilat masih menyambar-nyambar. Tapi sudah ku putuskan tetap berjalan. Alon-alon asal klakon. Pelan-pelan yang penting sampai dengan selamat. Sepanjang ruas jalan dari Dramaga hingga Leuwiliang dihadapkan banjir yang menggenangi ruas-ruas jalan. Jalan menjadi seperti sungai yang mengalir deras.

            Yang cukup parah di sepanjang daerah Galuga mulai dari pertigaan hingga menuju jembatan perbatasan Leuwiliang. Disitulah jalanan berubah menjadi seperti sungai. Air hujan yang menyumbat di selokan seakan-akan seperti sedang berdemo turun ke jalan. Mereka berbondong-bondong mengalir menyusuri jalan raya. Kalau gak hati-hati, bisa saja terjatuh seketika. Disini masih mending, karena motor dan kendaraan roda empat pun masih bisa dan mudah menerobos jalanan yang berubah menjadi sungai ini.

Yang lebih parah lagi adalah di daerah Barengkok, Leuwiliang menuju tempat asramaku tinggal. Baru kali ini jalanan di daerah Barengkok kurang lebih sepanjang 1 km macet. Macet karena jalanan telah berubah menjadi sungai yang mengalir deras. Persis seperti sungai. Ketinggian banjir yang mengalir di sepanjang jalan ini tingginya sekitar 15-30 cm. Kaget juga melihat fenomena ini. Tidak seperti biasanya. Kendaraan macet tak bisa melaju menerobos jalan tersebut. Beberapa motor pun memilih berhenti dan menepi di jalan yang tak berair. Beberapa angkot pun tampak mogok. Ada juga yang ramai-ramai didorong agar bisa berjalan melaju jalan yang berubah menjadi sungai ini. Sayangnya pada saat kejadian ini Hpku mati, jadi tidak bisa mengambil gambar.

Jalan di wilayah Barengkok mendadak menjadi sungai. Air dari selokan yang berwarna coklat pekat ini berbondong-bondong meluap berdemo di jalanan. Sepertinya selokan tersebut tak kuat menahan debit air. Sampah-sampah yang tadinya menyumbat di selokan pun nampak ikut berdemo di sepanjang jalan. Sore sudah semakin larut, akhirnya aku putuskan tetap melaju menerobos jalanan yang berubah menjadi sungai tersebut. Persis di depanku ada angkot yang didorong oleh anak-anak dan banyak orang karena mogok di tengah jalan. Beberapa motor yang mesinnya agak rapuh pun terpaksa berhenti di tengah jalan dan menepi di tempat yang tidak terkena hujan. Aku tetap menerobos meski harus bertabrakan dengan derasnya debit air yang menggenang di jalan ini. Beberapa sampah pun ada yang mengenai motorku. Aku tetap berjalan bersama beberapa motor yang masih sanggup berjalan di jalan yang telah berubah menjadi sungai tersebut.

Apa yang bisa kita ambil dari hujan deras tadi sore? Bukan salah hujan yang deras. Bukan pula salah sampah yang ikut berdemo di jalanan? Apa lagi salah air selokan yang coklat pekat yang juga menyerbu jalanan hingga seperti sungai nan deras ini. Yang harus ditelusuri adalah kenapa selokan itu menyumbat? Kenapa sampah-sampah itu mengumpul di selokan itu? Apa ini ulah hewan atau tumbuhan yang tak bertanggung jawab? Tentu bukan. Tidak lain adalah sumber utama sampah itu adalah di perilaku orang yang buang sampah sembarangan. Hal sepele memang. Jika satu orang buang sampah di selokan walau sedikit tapi diikuti oleh banyak orang hingga sampah-sampah itu tak terhitung banyaknya. So, lakukanlah hal yang simple itu yaitu "buanglah sampah pada tempatnya". Jangan buang sampah ke selokan atau ke sungai. 

0 comments: